Part 44

222 34 0
                                    

"jika.. aku mati.. tolong.. cegah Jey untuk menari, hentikan dia. Aku tak akan bisa membayarmu lagi.. aku.. juga.. tidak ingin.. dia.. bertemu ibunya.. atau seperti ibunya.. tolong hentikan dia.."

Bu Yasmin benar-benar mengingat kata-kata terakhir bapak Jey, dengan nafas yang tersengal-sengal dan suara yang hampir tak terdengar.

Itu adalah mimpi buruk untuk bu Yasmin, juga menjadi pilihan yang sulit.

"Bagaimana mungkin aku menghentikan Jey?? Dia adalah anak yang berbakat, bahkan menjadi impiannya. Tapi.. aku tidak bisa melanggar janjiku kepadanya.." kata bu Yasmin dalam hati.

*
Hari sabtu adalah hari dimana SMP tempat Zayn, Yoogi, Juna dan Joe sekolah.  Dan itu adalah hari ini, dimana menteri olahraga dan pemuda di dampingi menteri pendidikan dan kebudayaan datang berkunjung ke sekolah mereka.

Pagi itu sangat sibuk di rumah nenek.

"Juna juna, kau hari ini berpidato untuk pembukaan acara kan? Ayo, makan kue coklat ini, ayo aa !! Buka mulutmu." Kata Zayn. Ia menyuapi Juna dengan kue kering coklat yang ia buat tadi pagi-pagi sekali.

"Yoogi, kau hari ini tanding basket kan?

"H'm." Kata Yoogi sambil memakai sepatu.

"Buka mulutmu."

Zayn menyuapi Yoogi dengan kue coklat yang masih hangat.

"Kak, aku juga mau. Aku juga akan tampil hari ini." Kata Joe.

"Ah, tentu saja. Ayo buka mulutmu."

Zayn juga menyuapi Joe dengan kue cokelat.

Tyan dan Kiki gandengan tangan dengan senyum khas masing-masing menghampiri Zayn.

"Ah.. kalian berdua. Ayo, buka mulut masing-masing."

Zayn juga menyuapi adik-adik bungsunya.

"Tinggal satu, aku makan sendiri."

Dan mereka berangkat ke sekolah bersama-sama.

*
"Semuanya !! Ayo berkumpul.. !!" Kata bu Yasmin. Anak-anak sanggar yang sudah hadir berkumpul mengelilingi bu Yasmin.

"Hari ini kita akan tampil sekitar jam 10 pagi, apa kalian gugup?"

Beberapa mengangguk, beberapa menggeleng.

"Kalian sudah latihan keras selama dua minggu terakhir, ini saatnya. Kalian harus membuat kesan yang baik, dengan begitu sanggar kita bisa lebih maju dari sebelumnya. Paham??"

"Iya bu Yasmin...!!" Jawab anak-anak serentak.

"Dan ingat, jangan membuat kesalahan sedikitpun. Tampilkan dengan semangat, ini adalah kesempatan yang bagus karena akan di tonton langsung oleh menteri kebudayaan."

"Iya... !!"

"Sekarang, masuklah ke ruangan itu dan tunggulah. Periksa kembali penampilan kelian."

Semua anak sanggar masuk kedalam sebuah kelas yang telah di kosongi untuk peserta yang akan berpartisipasi dalam acara tersebut.

"Jey.." panggil bu Yasmin.

"Ya?"

"Semangatlah hari ini. Hm?? Bu Yasmin akan sangat senang jika bisa melihatmu ceria dan menari dengan semangat seperti dulu."

Jey tersenyum dan mengangguk.

"Hmm.. bu, bolehkah aku melihat sebentar ke sisi panggung? Oh bukan. Ke sisi lapangan? Aku ingin melihat panggung sebentar."

"Tentu saja. Pastikan kau benar-benar siap saat kita tampil."

Jey langsung berlari di salah satu sisi lapangan, terlihat suasana nya sudah ramai. Bahkan tamu menteri juga sudah tiba, acara sudah di mulai. Di awali dengan pidato penyambutan kepala sekolah, lalu di lanjutkan menteri dan di buka oleh siswa paling berprestasi, Juna.

"Wah.. kakak itu hebat dalam bicara. Bagaimana dia bisa bicara di depan banyak orang?"

".......welcome to our school, I represent all students, warmly welcoming the minister of education and culture and the minister of sports and youth. I hope that the Minister and all the guests present, will like the program and talent shows of our school students. begins."

Juna mengakhiri pidato nya dengan senyum dimple khasnya dan di sambut dengan tepuk tangan meriah dari tamu dan seluruh siswa sekolah yang menonton.

Beberala detik, mata Namjoon melihat Jey yang berdiri dengan mulut ternganga memandang dirinya.

Berbagai bakat siswa dari kelas ekstrakulukuler dan luar ekstrakulikuler di tampilkan. Salah satunya adalah kelas tari, sekolah hanya bisa mengeluarkan satu genre, yaitu modern dance, dimana Joe tampil dalam mini grup. Hanya 3 murid terbaik dari belasan anak yang ikut ekskul yang tampil.

"Woah.. kakak itu keren sekali. " Kata Jey. Pandangan matanya hanya tertuju pada Joe yang menjadi center di mini grub dance itu.

"Aku tidak bisa membayangkan apa aku akan tetap percaya diri saat menari di atas panggung dan di tonton puluhan orang. Hmm.. aku kadang masih sering gugup walaupun aku menari dengan kelompok yang lebih banyak."

Jey masih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Joe yang memang di jadikan pusat perhatian.

"Kakak itu luar biasa.."

Pukul 10 telah tiba. Sebelumnya Bu Yasmin telah memanggil Jey untuk berkumpul dan bersiap-siap untuk tampil.

Mereka tidak tampil di atas panggung, namun tampil di area depan panggung yang sudah di beri jarak karena anak-anak akan merasa cepat gugup jika berada di atas panggung.

Sementara nnak-anak perempuan tampil dengan tari kipas, Jey dan anak laki-laki lainnya bersiap membawakan tari reog ponorogo. Mereka bahkan telah menyiapkan atribut pendukung seperti topeng reog warug dan gemblak yang cukup besar untuk anak-anak.

"Kalian harus berhati-hati pakai topengnya, jaga keseimbangan karena topengnya cukup berat."

Joe yang telah berganti pakaian dan kembali ingin menonton acara. Dia melewari sebuah ruangan kelas yang sangat ribut didalamnya.

"Woah !! Topeng itu besar sekali. Apa itu untuk kebutuham menari? Apa mereka menari dengan memakai topeng besar itu?"

Joe melihat Jey yang menunggu asisten bu Yasmin memakaikan topeng warug untuknya. Ukuran topeng itu bahkan lebih besar dari dirinya.

"Ayo Jey, aku akan memasangkan ini untukmu. Apa kau tidak gugup?"

"Sebenarnya aku sedikit gugup. Tapi aku udah liat seseorang menari di panggung, aku pikir aku bisa percaya diri seperti dia. Dia sangat hebat."

"Ah, benarkah? Apa dia salah satu anak yang menari tari modern tadi?" Kata asisten bu Yasmin sambil memakaikan topeng warug kepada Jey.

"Yah.. kau harus seperti dia. Kau harus bisa menari dengan baik seperti dia. Ah tidak, kalau bisa lebih baik dari dia. Hmm?"

"Iya. Lagi pula wajahku tertutup topeng, harusnya aku lebih percaya diri karena tidak akan ada yang melihat wajahku."

"Kau benar. Sudah selesai. Bagaimana rasanya? Apakah cukup berat?"

"Em... Lumayan. Tapi aku bisa pastikan aku bisa menari dengan baik."

"Bagus kalau begitu."

"Ayo semuanya? Apa sudah selesai? Kita harus segera berbaris di sisi arena. Merka akan segera selesai dan kalian akan segera tampil." Kata Bu Yasmin memberi aba-aba.

"Siaaaaaaaaaapppp !!" Seru anak-anak.

Anak-anak keluar dengan barisan yang rapi. Bu Yasmin dan asistennya mendampingi dan menuntun jalan.

"Woah.. anak itu... Aku harus melihatnya."

Sekarang giliran Jey dan kawan-kawannya tampil. Musik telah di mulai. Joe mengambil ponsel dan merekam mereka dari sisi area yang cukup bagus.

Suara kendang, sorakan dan hentakan kaki mengundang semangat para penonton. Jey dan kawan-kawan menari dengan sangat lincah dan bersemangat. Seolah tarian itu tidak di bawakan oleh anak SD, mereka benar-benar menunjukkan kemampuan selayaknya orang dewasa.

Ponsel Joe merekam, tapi pandangan matanya tak lepas dari anak yang memakai topeng warug itu, Jey.

"Dia benar-benae hebat. Bagaimana dia bisa menari seperti itu?"

*

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang