Part 7

297 45 0
                                    

Keesokan hari nya..

Ujian sudah hampir dimulai. Juna merasa sangat takut. Juna masih mengingat kejadian malam itu. Setiap kata, setiap detik yang ia lewati malam itu, ia ingat dengan baik. Juna ingin melupakannya, tapi nyatanya ingatan itu menempel terlalu kuat dalam pikirannya.

Kertas ujian mulai di bagikan, Juna mulai merasa kekhawatiran yang lebih besar kali ini.

Bel mulai berbunyi.

Tangan juna bergetar hebat, ia menutup kedua matanya, berharap bisa sedikit tenang. Tapi yang terbayang hanya amarah papa dan mama nya semalam. Kesedihan yang ia rasakan juga masih melekat hingga saat ini.

Kosong.

"Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun?" Gerutu Juna, memegang kepalanya. Frustasi.

Juna mulai menulis jawaban, apapun yang ia pikirkan saat itu, langsung ia tulis. Tangannya bergetar hebat. Ia berhenti. Menenggelamkan kepalanya.

"Aku gak sanggup lagi..." Gerutunya.

Dia hanyut dalam mimpi. Otaknya terlalu lelah karna tekanan yang ia terima. Bahkan air matanya masih belum kering.

KRIIING !!

Bel sekolah berbunyi tanda waktu ujian telah usai.

"Juna?" Panggil seseorang.

"Ahh??" Juna terkejut. Ia terbangun dari tidurnya.

"Kau tidur di kelas? Apa kau tidak tidur semalam?" Tanya wanita. Ia adalah wali kelas Juna.

"Ehh.. emmm.. saya..."

"Dan mengapa kertas ujianmu masih banyak yang kosong?"

Juna menunduk. Ia ingin menangis tapi ia tahan sekuatnya.

"Apa kau kelelahan? Apa kau begadang semalam? Apa yang terjadi denganmu? Ahh.. sepertinya aku harus memanggil orangtua mu." Kata Wali kelas, ia merasa keadaan Juna semakin buruk. Ia berpikir harus berbicara dengan orangtua Juna.

Juna masih menunduk. Ia semakin takut begitu mendengar orangtuanya akan datang ke sekolah.

Wali kelas menelepon Mama Juna.

"Selamat pagi, bu. Saya wali kelas Juna. Apa saya sedang bicara dengan orangtua Juna?"

"Selamat pagi, iya. Saya mama nya. Ada perlu apa?"

"Bisakah anda datang ke sekolah saat jam pulang nanti? Ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan dengan anda mengenai Juna."

"Ooh tentu. Saya akan datang."

"Terimakasih. Saya akan menunggu anda."

Telepon tertutup.

"Apa yang terjadi denganmu, Juna? Ceritakan kepada Ibu." Tanya Walikelas dengan sabar.

Juna hanya menggeleng-gelengkan kepala. Ia takut jika ia bicara akan semakin membuatnya tertekan karna mamanya akan memarahinya.

"Hm.. bagaimana aku tau masalahmu jika kau tidak bicara? Apa ada yang membully mu?"

Juna menggeleng. Masih menunduk.

"Hff.. baiklah, kita akan tau masalahnya nanti."

Bel pulang berbunyi.

Disaat yang lain bersemangat saat pulang, Juna hanya diam duduk di tempat. wajahnya sangat murung.

Tak lama mama Juna datang, dengan ekspresi yang menurut Juna menyeramkan di balut dengan pakaian yang elegan.

Dia duduk di sebelah Juna, berhadapan persis dengan walikelas.

"Kekacauan apa yang di lakukan anak saya kali ini bu?"

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang