Tyan sedang duduk di kursi teras belakang, kedua tangannya terapit oleh kakinya. Masih dengan celana pendek merah. Sudah disana sejak pagi.
Tantan berlari dan mengeong di kaki Tyan.
"Uh? Kau disini?" Tanya Tyan. Dia menggendong Tantan dan memangkunya.
"Kau rindu padaku? Maaf aku gak perhatian sama kamu akhir-akhir ini. Aku masih sedih."
Tantan hanya diam memandang Tyan, seakan ia memahami apa yang tuannya rasakan.
"Aku masih sedih. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mulai sekolah lagi? Aku sudah tiga hari tidak masuk."
Meong...
"Ah ya, aku rasa aku harus mulai sekolah. Aku gak bisa begini terus. Benarkan? Aku bisa merepotkan yang lain."
Meong..
"Kemarilah, ayo bermain. Aku ingin mengubah suasana hatiku menjadi sedikit lebih baik."
*
Ini sudah pukul 6 malam. Zayn akan pulang, dan cafe akan di serahkan kepada dua karyawannya."Aku akan pulang, jangan lupa langsung kunci cafe nya ya, dan serahkan padaku nanti."
"Oke." Kata salah satu karyawannya, Bagas yang sedang membuat Coffe Latte."
"Hari ini ramai sekali, gak apa-apa nih aku tinggal?" Tanya Zayn, dia mulai membereskan meja bar yang sekaligus bersatu dengan meja untuk membuat makanan seperti roti isi, burger, roti bakar dan beberapa menu lain.
Untuk pelanggan yang ingin makanannya di bungkus, bisa duduk di depan meja bar dan menyaksikan pembuatan makanan secara langsung.
"Gak apa-apa. Kita berdua bisa ngatasin. Pulang aja, adik-adikmu pasti udah nunggu."
"Ah.. iya. Aku juga harus membeli makan malam untuk mereka."
Baru saja Zayn melangkah, seorang gadis datang dengan nafas yang terengah-engah.
"Huff.. huff.. huff... Aku... Huff.. pesan 12 porsi roti isi, 4 porsi kentang goreng, 5 porsi omelet dan 3 porsi crispy chicken. Sekarang."
"Hah? Apa semua di bungkus?"
"Iya. Apa bisa? Aku sedang terburu-buru."
Zayn celingak celinguk, Bagas sedang sibuk membuat minuman pesanan. Dan satu lagi, Aryo juga sibuk mencatat dan mengantar pesanan pelanggan.
"Ah.. mereka sibuk. Aku harus membuatnya sendiri. -Emm.. silahkan duduk dulu, aku akan membuatkannya untukmu."
"Terimakasih. Apa kau akan pulang?" Tanya gadis itu. Dia melihat Zayn meletakkan kembali tas nya dan memakai lagi celemeknya.
"Sebenarnya iya. Aku biasa pulang jam segini. Dua karyawanku yang akan membukanya sampai nanti malam." Kata Zayn mulai membuat roti isi.
"Maaf, aku mungkin merepotkanmu. Aku benar-benar terburu-buru. Tadi macet sekali."
"Begitu? Kau pesan banyak sekali makanan. Apa akan ada pesta di keluargamu? Atau.. apa ini untuk teman-temanmu?"
"Ah.. tidak. Ini untuk adik-adikku."
"Adik? Sebanyak ini?"
"Emm.. yah.. anggap saja mereka adik angkat. Aku berjanji, kalau hari ini aku dapat nilai bagus di ujian semester, aku akan mentraktir mereka dengan makanan yang enak. Ah.. aku harus terlambat karna mereka menghalangiku"
"Mereka menghalangimu? Siapa?"
"Bodyguard Papaku. Mereka gak ngizinin aku pergi. Jadi aku pergi diam-diam dan naik bis."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...