Part 3

495 45 0
                                    

Siang itu Zayn berlari kegirangan saat pulang sekolah. Tangan kanannya mengangkat buku rapor sedang tangan kirinya membawa keranjang kue yang telah kosong.

"Neneeeeekk... !" Teriak Zayn dengan bahagianya.

"Ahh.. kau ini berisik sekali. Apa yang membuatmu senang hari ini?" Tanya Nenek dengan lembut.

"Nilai rapotku semua dapat nilai A. Hampir semua sampau di angka 90." Kata Zayn. Dia terlihat sangat bahagia.

"Waah.. pintar sekali cucu nenek. Kau sudah belajar dengan baik. Nenek bangga sekali." Nenek memeluk Zayn.

"Aku sudah buktikan, walaupun aku sambil jualan, nilai ku masih bagus."

"Yah.. cucu nenek memang hebat."

"Ooiya, kue hari ini juga sudah habis. Aku akan mengganti baju, dan kita buat kue lagi."

"Yasudah, pergi ganti baju sana. Jangan lupa cuci tangan dan kaki."

"Iyaaaa.." teriak Zayn sambil berlari kekamar nya.

Malam telah tiba, saat itu hujan sangat deras.

Setelah selesai membuat kue, Zayn langsung pergi ke kamar untuk belajar.

Tapi Zayn merasa telah mendapat nilai bagus di semester pertamanya, jadi dia tidak ingin belajar malam ini. Dia hanya duduk di meja belajarnya tanpa melakukan apapun.

"Aku bosan sekali." Zayn bicara pada dirinya sendiri.

"Apa yang bisa aku lakukan?" Lanjutnya.

Tiba-tiba nenek masuk dengan senyumnya yang khas.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Aku tidak melakukan apapun. Aku merasa bosan. " Kata Zayn sambil mencoret-coret buku gambar.

"Zayn kecilku merasa bosan? Hmmm.. kalau begitu bagaimana jika kau berbicara dengan teman kecil ini?" Nenek memberikan sebuah kotak kecil, dimana ada anak kucing jenis persia di dalamnya.

"Waahh.. apa ini anak kucing?"

"Iya.. seorang pelanggan nenek memberikannya. Induknya baru saja melahirkan." Kata nenek sambil membelai rambut Zayn.

Nenek adalah seorang penjahit, dia juga bisa merajut baju. Banyak orang yang ingin di jahitkan baju oleh nenek.

"Waahh.. dia imut sekali. Aku beri nama apa ya?" Zayn mengelus anak kucing itu dengan gemas.

"Terserah kau saja. Dia akan menurut kepadamu."

"Hmm.. kalau begitu aku beri nama Mochi. Dia lucu seperti kue mochi. Hai teman kecil, mulai sekarang aku akan memanggilmu mochi."

Zayn terlihat sangat bahagia, kucing itu langsung menurut pada Zayn.

"Sekarang kucing kecil ini akan menjadi temanmu, kau tidak akan bosan bersamanya."

Zayn mengangguk senang tanpa melihat nenek. Nenek sedikit merasa lega. Setidaknya Zayn tidak lagi merasa kesepian.

"Hai mochi, aku akan merawatmu seperti merawat saudaraku. Aku akan memberimu makanan yang enak, melatihmu, dan mengajakmu bermain. Pasti menyenangkan."

"Setelah ini, kita makan malam. Oke?"

Zayn mengangguk. "Aku masih ingin membuat sesuatu."

Nenek pergi.

Zayn menggambar bintang di kertas yang telah dilipat. Lalu mengguntingnya sesuai dengan pola bintangnya. Jadilah bintang kertas yang bergandengan.

"Satu.. dua.. tiga.. empat.. lima.. enam.. tujuh. Ternyata cuma jadi 7 bintang. Aku akan menempelnya di meja belajar nanti. Sekarang aku warnai dulu."

Zayn mengambil kotak pensil warnanya, lalu mengambil warna pink.

" Entah kenapa warna ini sangat unik. Bintang pertama aku beri warna pink. Lalu biru, lalu ini abu-abu, yang tengah hitam, lalu ungu lalu hijau dan terakhir kuning. Yang gelap ada di tengah." Zayn sibuk mewarnai bintang kertasnya. Lalu menempelkannya di meja belajarnya.

"Harusnya tadi yang abu-abu aku beri warna merah, dan yang hitam aku beri warna abu-abu. Hmmm... Mana ada bintang warna hitam? Tapi nggak apa-apalah, sudah terlanjur." Kata Zayn mengoceh sendiri.

Zayn membereskan meja belajarnya. Dia membawa si Mochi untuk pergi makan bersama.

"Ayo kita makan dulu, kau pasti lapar bukan? Apa kau suka susu hangat? Aku akan memberimu sedikit."

Zayn menggendong si mochi dengan lembut dan penuh kasih sayang. Ia membawanya pergi.

Di meja makan yang kecil itu sudah tersedia banyak makanan. Yang paling terlihat adalah bakso dan susu hangat yang selali tersedia di meja makan.

Rumah mereka sangat sederhana, bergaya rumah jepang, hampir keseluruhan rumahnya terbuat dari kayu dan kaca yang besar. Halaman rumah baik depan maupun belakang mereka lebih luas. Disana sangat rindang dengan pohon mangga dan rambutan yang tumbuh di halaman belakang, dan taman bungan di halaman depan.

Zayn duduk selonjor di bawah meja, bermain dengan Mochi sambil minum susu.

"Kau mau? Aku akan memberimu sedikit."

Zayn menuangkan susu hangat di mangkok kecil untuk mochi.

"Minumlah, mochi. Cepatlah tumbuh." Mochi terlihat sangat senang meminum susu hangat yang diberi Zayn. Zayn mengelus tubuh kecil mochi.

"Setidaknya hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membahagiakan mu, Nak. Jika aku bisa, aku akan memberimu saudara." Batin Nenek.

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang