Jey melewati berjalan pulang sambil bernyanyi. Ia berpikir, bernyanyi adalah pilihan kedua agar ketika berjalan pulang tidak merasa lelah. Jika biasanya dia akan pulang bersama Tyan, kali ini dia harus pulang sendiri karena Tyan masih sakit.
Sampai di jalanan perkomplekan gedung dan bangunan toko, ia melihat di sisi jalan raya yang ramai lalu lalang. Tiba-tiba seorang anak kecil perempuan berlari dan menabraknya.
"Uh??"
"Sakiiit.." rintih anak kecil itu sambil memegangi dahi nya.
"Mana yang sakit? Biar kakak tiup sakitnya." Kata Jey, mengelus-elus rambut anak kecil itu dan meniup dahinya.
"Kau mau permen? Aku punya satu permen lolly. Tadi nya aku mau berikan ini kepada adikku, tapi karena aku sudah menabrakmu, bisakah kau menganggap ini sebagai permintaan maaf dariku?"
"Tentu. Terimakasih." Kata anak itu.
Jey tersenyum dan membelai rambut anak itu.
"Sebenarnya dahiku gak sakit, aku hanya pura-pura. tapi kakak sudah memberiku permen. Jadi terimakasih."
"Ah.. kau nakal juga rupanya. Hmm??" Kata Jey gemas.
Seorang wanita datang menghampiri mereka.
"Kau ini susah sekali jika disuruh makan. Ayo masuk, kau harus makan dulu."
"Gak mau !!" Kata anak itu, ia langsung bersembunyi di balik badan Jey.
"Anak ini benar-benar merepotkan. Ayolah, orangtuamu akan marah jika kami tidak memberimu makan." Kata wanita itu, ia terdengar putus asa.
Jey berinisiatif mencoba membujuk anak kecil ini.
"Apa kamu gak lapar?" Tanya Jey kepada anak itu. Anak itu menggeleng.
"Kau hanya suka main rupanya, benar?"
Anak itu mengangguk semangat.
"Kau tau? Aku juga pernah sepertimu. Aku suka berlari, memanjat pohon, aku suka bermain. Sampai aku lupa makan, setiap hari aku hanya bermain sepertimu."
Anak itu diam mendengarkan.
"Lalu tiba-tiba, aku kehabisan tenaga, aah... Kakiku lemas, aku kayak gak bisa bergerak lagi. Dan aku sakit. Kau tau apa yang terjadi?"
Anak itu membuka matanya dengan lebar dan menggeleng.
"Aku di datangi dokter dengan jarum suntik yang paaaanjang sekali. Katanya, kau harus di suntik dengan jarum ini, aku bilang, aku gak mau. Kata dokter, ini lah akibatnya kalau kau tidak makan, dan hanya bermain. Tenagamu habis. Dan sejak itu aku selalu makan tepat waktu. Aku gak mau di suntik dengan jarum panjang seperti itu."
Anak itu diam.
"Apa kau ingin disuntik dengan jarum seperti aku?"
Anak itu menggeleng dengan cepat.
"Kalau begitu, kau harus makan. Setelah itu, kau boleh bermain lagi."
Anak itu diam dan berpikir sejenak.
"Aku mau makan, tapi harus kakak yang suapin."
"Aku? Kenapa?"
"Kalau dokter itu datang, kau bisa melindungiku. Ibu pengasuh tidak akan bisa melindungiku, dia perempuan."
"Hei, apa yang kau katakan? Jangan merepotkan kakak ini."
"Ah.. tidak apa-apa bu, saya akan bantu. Hanya menyuapinya makan kan? Itu tidak akan lama."
"Anak ini setiap hari sangat merepotkan, dia terlalu lincah, kalau saja bukan cucu dari investor daycare ini, aku pasti akan memarahinya. Kami kewalahan mengurus anak ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...