Seorang wanita cantik bersurai lurus sebahu dan memakai pakaian serba hitam yang memerlihatkan belahan dada seolah itu bukan hal aneh—bahkan wajar baginya—tampak memasang seringai tajam. Netranya sibuk memerhatikan mesin di depannya sembari menopang jemari di dagu, kelihatan sedang memikirkan sesuatu yang berat namun mungkin hanya dirinya saja yang tahu. Sesekali kedua sayap putih lembut miliknya yang mirip seperti gumpalan kapas itu mengepak berkali-kali persis seseorang sedang mengerjap mata. Sekarang dia bangkit lalu berpindah ke sebuah sofa santai seraya menopang kepala dengan kedua telapak tangan, memasang wajah lelah.
"Huh ... apa yang kurang, ya?" Monolognya yang lebih mirip sebuah gerutuan. Dia memijati pelipisnya yang penat lantas memikirkan macam-macam hal.
Tanpa sadar posisi tubuhnya dapat dikatakan cukup nyaman di atas sofa empuk itu membuatnya langsung terlelap cepat tanpa aba-aba, tak lama kemudian terdengar sebuah dengkuran halus.
Beberapa menit kemudian, terdengarlah suara pintu mendecit ringan pertanda terbuka dari luar. Seorang wanita lain dengan surai ikal dikuncir dua dan pipi yang gembul membuatnya tampak menggemaskan lantas masuk dan dengan santainya mengepak sayap putihnya yang indah walau memiliki tekstur lebih kasar daripada milik wanita bersurai sebahu yang sekarang masih terlelap nikmat itu.
Kini wanita bersurai kuncir dua itu menggeleng ringan, "Astaga Mizkah, udah kubilang kalo tidur jangan di sini."
Kedua lengan miliknya yang disematkan sebuah gelang putih dari kumpulan mutiara asli itu langsung menggoyang tubuh wanita tak berdosa yang masih mendengkur itu. "Hei bangun, hei Mizkah!"
Si wanita bersurai sebahu dan merupakan pemilik belahan dada yang cukup menggoda itu langsung bangkit dari sofa—sebut saja dia Mizkah—dan tertegun ringan.
"Hei Mizkah, katamu mau menyelesaikan 'itu'!" protes si pipi tembam padanya.
"Itu?" tanya balik Mizkah dengan wajah pongonya pertanda baru bangun.
"Ya ampun, itu lho ... projekmu," jawab si pipi tembam sontak menunjuk ke arah mesin berlapis logam milik Mizkah yang membuatnya langsung menepuk dahi.
"Astaga! Gue lupa!" Mizkah langsung berdiri dan kemudian berpikir sesaat, tiba-tiba sebuah cahaya bohlam muncul di atas kepalanya. Tak lama dia langsung melompat dari sofa membuat si tembam kaget dengan hal itu.
Mizkah langsung mengutak-atik mesin miliknya sambil tersenyum riang, tak lama usai melakukan itu dia memberikan sebuah ancungan jempol pada sosok wanita berpipi tembam yang sekarang pelongo heran di atas sofa.
"Nah, makasih Sarah! Berkat lo gue punya ide sekarang!"
"Hah? Ide apaan maksudnya?"
------------
Hai guys habis baca jangan lupa vote & comment ya 😘
Thanks utk apresiasi kalian😘
Posted : 20 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
Teen Fiction"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...