Whats Happen? - 14

132 23 3
                                    

"Hey girl, what happen with you?" tanya Pak Romi, sementara orang yang diajak bicara beliau masih terus membeku di tempat.

"Anna, hei!" Pak Romi menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Anna membuat cewek itu terkesiap.

"Eh i-iya, Sir!"

"Kamu kok tumben nggak ngumpulin tugas? Kamu lagi ada masalah?" tanya Pak Romi menggunakan bahasa Indonesia, guru bahasa Inggris itu memang sudah dekat dengan Anna mengingat Anna adalah murid juara satu di kelas A sehingga sudah jelas dikenal banyak guru.

Anna tidak dapat menjawab pertanyaan itu, sejujurnya juga dia juga tidak mengerti kenapa buku tugas yang sudah ditaruhnya di dalam tas tiba-tiba lenyap dan digantikan sebuah bola basket yang ukurannya tidak terlalu besar.

"Anna, muka kamu pucet banget? Mending kamu istirahat, pulang ya?" tawar Pak Romi yang tadi ingin menegur Anna malah jadi kasihan dan khawatir dengan keadaan cewek itu. Anna pun menimbang-nimbang hal itu, dia masih merutuki diri.

"Udah Na, balik aja. Kasian lo tauk," bisik Ririn pada Anna membuat cewek itu mengangguk dan memilih menggunakan tawaran Pak Romi sebagai kesempatan. Buru-buru Anna merapihkan tas dan memilih bangkit dari tempat duduknya.

"Nanti bagi catetan ya," pesan Anna.

"Beres!" Ririn mengangkat jempol. Anna kini berpaling pada Pak Romi yang masih menunggu Anna.

"I ... iya, Sir. I'm sorry," balas Anna sambil menyalami guru itu dan dibalas dengan senyuman lembut.

"Get well soon, Anna."

***

Anna menghela napas lelah, dia tidak habis pikir siapa yang berani-beraninya mengganti seluruh buku-buku pelajaran yang sudah dia siapkan dengan sebuah bola basket yang sama sekali tidak berarti buatnya. Cuma nyampah aja gitu. Padahal semalam Anna sudah yakin sekali menyiapkan buku-buku yang akan dipelajarinya hari ini dengan benar, tidak mungkin ketinggalan atau tidak mengerjakan. Anna bukan tipe cewek pemalas apalagi pelupa.

Untungnya Pak Romi memaklumi hal tersebut dan membiarkan Anna untuk pulang saja, entah kenapa Anna sedikit bersyukur tadi mampu memasang wajah pucat. Ya, mau bagaimana lagi sih.

Dengan langkah yang gontai, Anna berjalan melewati lorong demi lorong SMA Cattleya sampai di depan lapangan yang digunakan untuk upacara bendera. Cewek itu mengedarkan pandangannya sampai berhenti pada satu titik. Yang kebetulannya sosok yang dia pandang pun membalas pandangannya.

Anna tersentak beberapa langkah, dia baru ingat sesuatu. Dengan cepat Anna menarik tas gendongnya ke depan lalu membuka resleting tas. Buru-buru diambilnya sebuah bola basket mini misterius yang tidak diketahui darimana munculnya, sama seperti cokelat. Bedanya Anna sudah tahu kalau cokelat itu adalah ulah Youka yang salah mengira kalau meja Anna adalah meja Arul, lantas kalau bola basket? Siapa orang gabut yang akan melakukan hal tidak berguna begitu?

Kini Anna kembali memokuskan pada sosok yang berada kurang lebih tiga puluh meter di hadapannya. Orang itu menahan napas ketika melihat Anna lalu memilih membuang muka, Anna mengatupkan bibir. Aneh sekali, sedang apa dia berdiri di depan tiang bendera begitu? Terlalu gabut? Jam kosong? Atau apa?

Tiba-tiba Anna merasa ada yang jatuh entah apa, cewek itu pun menunduk kecil mencari-cari barang apa yang rasanya terjatuh. Setelah ditemukan, kening Anna berkerut.

Apaan nih? Batinnya pada secarik kertas putih terlipat yang sekarang tengah digenggamnya. Dengan segera Anna membuka lipatan kertas tersebut. Sebuah tulisan yang rapih terbaca olehnya. Dada Anna rasanya seperti dibakar saat mengetahui kenyataannya. Dengan sigap, Anna berlari mendekati tiang bendera.

"Eh, bawang!"

Orang yang diajak bicara itu seakan tidak mau tahu, tidak mau dengar, atau bahkan tidak peduli.

"Woi, bawang!" Anna masih tidak mau kalah. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus, benar-benar kesal sekali!

Akhirnya orang bersangkutan yang dipanggil bawang itu menghadapkan wajahnya menatap Anna lantang tanpa rasa takut, dengan lempengnya dia menunjuk diri lalu bertanya. "Lo ngomong sama gue?"

"Iyalah, bego!" sungut Anna kemudian dilanjutkan. "Lo ngapain sih bawang, naro-naro bola basket di tas gue?"

Bukannya tersinggung, lawan bicara Anna itu malah terkekeh penuh arti. Sebuah tawaan penuh penghinaan sarat akan nada meremehkan. Anna sedikit tersinggung tapi memilih bodo amat, urusannya dengan bawang alias Arul ini harus segera diselesaikan. Lagian Anna sering berpikir, kenapa si bawang ini tidak ada bosan-bosannya mengganggu hidupnya?

"Haha." Arul masih tertawa culas. "Sejak kapan ya gue se-gak ada kerjaannya gitu naro harta berharga gue di tas lo, plastik?"

Anna makin jengkel lalu mengangkat bola basket itu di depan wajah Arul. "Terus ini apa?"

Arul terdiam.

------
Hai! Rygga di sini! Ku sudah update RSPC lagi lho dan masih menunggu kalian, iya kalian, jodoh pembacaku. Huhu ... di mana kalian? Kapan kalian muncul? Kapan kalian mampir dan menampakkan diri?🥺 Btw stay safe yaa cirini ini makin banyak😭
Posted : 18 Mei 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang