The Challenge - 64

61 12 1
                                    

Seusai menaruh beberapa bubuk cabe yang banyak banget di gelas milik Arul, Anna membawa nampan tersebut dan langsung menyerahkannya di depan Arul. Cowok itu memang sedingin kulkas, tapi apakah dia akan memahami kalo es teh yang diberi Anna ada 'sesuatu'-nya?

Anna meneguk saliva waktu Arul mulai mengangkat gelas tersebut, baru saja dia ingin minum tiba-tiba Arul kembali menaruhnya di meja. Anna terkesiap. Apa Arul tahu niat buruknya?

"Bentar, Ka. Perut aku tiba-tiba mules. Tadi kebanyakan makan bakso pake cabe banyak di kantin." Arul bangkit. Youka memandangnya dalam.

"Kakak ... nggak bisa makan pedes?"

"Nggak bisa, aku ada maag."

"Lah terus kenapa masih makan bakso pake cabe?" Youka melotot. Baru tahu soal penyakit Arul. Anna juga baru tahu itu, entah ya untuk kali ini Arul serius atau tidak. Kalo soal dehidrasi tadi, jelas pastinya bohong. Tapi untuk yang ini ....

Arul menggaruk tengkuk. Tidak tahu harus menjelaskan bagaimana.

"Ya ... pokoknya urusan cowok lah!"

"Heh?"

Arul nyengir. "Intinya aku kalah taruhan bola sama Fariel." Sedetik kemudian dia kembali memegangi perut. "Ya udah. Aku pinjem toilet ya!"

Anna dan Youka melongo. Bingung sekaligus kagum, tanpa basa-basi Arul pun berjalan ke belakang. Meminjam toilet di sana. Anna kini memandang segelas es teh manis milik Arul, sedikit merasa bersalah kalo Anna justru memperparah penyakit Arul jikalau dia memang betulan punya riwayat maag. Sambil menghela napas, Anna meninggalkan Youka dan membawa gelas tersebut ke dalam dapur. Dia menggantinya dengan es teh manis tanpa campuran bubuk cabe dan kembali membawanya di dekat Youka.

Meski benci dan ilfil, Anna harus profesionalitas. Tidak boleh menyerang Arul dari belakang. Karena itulah saat Arul hampir kembali ke ruang tamu, Anna langsung menghalanginya. Siap menantang tanpa diketahui Youka.

"Woi, wibu bau bawang!"

Arul menyadari bahwa Anna menutupi jalan, untuk menunjukkan rasa penghormatan dia lalu mendongak. "Yo, plastik."

"Kalo gue berhasil ngalahin lo dalam basket lo bakal ngapain?" tawar Anna tiba-tiba.

Arul tertawa kecil. Perutnya terasa geli. "Lo kerasukan apa sih tiba-tiba ngomongin basket?"

"Gak ada." Anna membuang muka. "Gue benci aja sama lo."

"Iya sih, kita emang saling benci." Arul mengangguk kecil lalu menarik wajah Anna agar tetap memandangnya dan tidak dapat mengalihkan. "Tapi ... yang lo tantang itu gue, lho. Gue, Arul, seorang kapten basket SMA Cattleya. Nggak salah, tuh?"

Arul sendiri heran. Dia bukan tipikal cowok narsis seperti Fariel, tapi Arul itu cukup cerdas untuk mengukur kemampuan dirinya sendiri. Seenggaknya, integritas dan kehormatannya sebagai kapten basket dipertaruhkan di sini. Semudah itu, Anna yang notabene cewek kutu buku menantangnya. Apa dia mabuk?

Nomor satu; Arul dan Anna memang musuh. Nomor dua; kalau pun mau menguji rivalitas, seharusnya dalam hal yang menurut Arul 'setara', kalau yang ditantang basket bukankah kesannya berat sebelah? Sudah jelas di atas kertas sembilan puluh persen kemenangan sudah dicium Arul. Anna beneran sadar itu nggak?

"Emang kenapa?" Anna mengangkat satu alisnya. Jawabannya cukup di luar dugaan. "Gak takut, tuh!"

Arul memundurkan wajah lalu kembali cekikikan. Anna di mata orang lain adalah cewek kalem dan tukang pengalah, tapi bagi Arul berbeda. Anna adalah seorang cewek nekat yang akan selalu menggunakan seribu cara untuk menunjukkan bahwa dia jauh lebih hebat daripada Arul dalam hal apapun.

"Kalo lo bisa ngalahin gue ...." Arul memandang Anna serius. Kedua alis tebal miliknya menunjukkan ketegasan. "Gue rela lakuin apapun buat lo selamanya, plastik."

Anna mengacungkan senyum licik, dia ingin membuat Arul mempermalukan dirinya sendiri.

------
Yahoo!!! Apa kabar sobat Robot Sang Peri Cinta? ^^
Bagaimana pendapat kalian tentang ch ini? Hayo kenapa tiba² Anna nantang Arul ngebasket ya???😝

Posted : 24 Agustus 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang