Indah buru-buru mengambil sebuah buku kecil beserta pulpen, menyiapkan jawaban-jawaban yang mungkin akan dilontarkan teman-temannya. Kalau usulan itu menarik dan pantas dipergunakan, baru akan ditaruh di dalam kertas. Kalau tidak, ya jangan harap. Mau sampai bulan menempel di bumi pun tidak akan ditulis cewek yang rambut lurusnya digerai itu.
"Ngemodus ae, kan ada Roni. Berbakat tuh," usul Septa sambil menggoyangkan kepala, tak luput dengan menunjuk-nunjuk si pihak yang bersangkutan.
"Nggak!" tolak Indah keras. Bakal dicap apa kelas 11-A sama kelas lainnya? Kelas fakboi cap jengkol? Najiseun-able kali!
"Ngebacot? Ririn kan jago tuh ngebacot!" Lagi-lagi ada saja saran yang unik yang bikin Indah rasanya ingin menceburkan diri ke kolam renang depan sekolah.
"Ngebacot? Yang berguna dikit, kek!"
"Ya udah ... ceramah atau pidato! Kan itu ngebacot juga tapi kek speaking pabrik kan?" Fina ikut memberi saran
"Public speaking, woi!" ralat Rio, si cowok horror yang kerjaannya tidur-tiduran di pojokan belakang. Entah kenapa ucapannya malah membuat anak kelas 11-A bergidik ngeri, soalnya jarang sekali makhluk itu terbangun dari tidurnya.
"Hm, boleh deh. Ririn nggak keberatan, kan?" Indah kini mengalihkan pandangannya pada Ririn. Dia tidak mau kalau cewek bersuara toa itu melakukannya dengan terpaksa, nantinya malah merusak acara yang sudah dipersiapkan matang-matang lagi?
"Tulis dulu deh, Ndah. Siapa tau ada yang mau nyaranin lagi?" Ririn mengambil kebijakan lain. Indah pun mengangguk setuju. Cepat-cepat cewek itu menunduk sembari menuliskan sesuatu di dalam catatannya. Tak perlu dipertanyakan apa yang dicatat karena teman-temannya sudah pasti tahu.
Kini dia kembali mengangkat kepala. "Ada yang mau kasih saran lagi?"
"Nyanyi!"
"Ada yang bisa nyanyi?"
"Anna mungkin bisa?" usul Ririn kemudian. Dia teringat saat pergi karaokean berdua dengan cewek itu, suara Anna dapat dikatakan tidak buruk sekali. Malahan tidak malu-maluin kalau dipertunjukan di muka umum.
Anna lantas melototi Ririn. "Dih, nggak bisa gitu. Gue malu, tau."
"Udah percaya deh." Ririn menutupi mulut Anna agar cewek itu tidak lagi memprotes. "Suara Anna bagus, kok."
Entah kenapa mendengarnya, Indah malah ragu. Apalagi kesannya Anna seperti dipaksakan, ketua kelas itu cukup bijak. Dia ingin seseorang yang maju karena keberanian dan tidak dipaksakan sama sekali.
"Gue aja, deh. Suara gue emang nggak bagus-bagus banget, sih. Tapi ya coba aja dulu deh," tawar Saskia si anak kalem. Dia baru akan mengeluarkan keseriusannya disaat-saat genting seperti ini. Indah tersenyum cerah, kemudian mengangguk dan menulis di catatannya. Anna mengelus dada, syukurlah bukan dia yang akan ditunjuk.
"Masih ada saran lain?"
Kelas hening.
"Oke, gue tutup ya. Langsung aja kita voting, angkat tangan kalau setuju. Oke, siapa yang milih public speaking?"
Krik. Krik.
"Yang milih nyanyi?"
Satu kelas mengangkat tangan, bahkan Ridho mengangkat kaki. Err, mungkin saking setuju dan antusiasnya sampai kakinya terbawa segala.
Indra yang duduk di sampingnya langsung menutup hidung. "Woi, bau sikil!"
"Berarti fix ya nyanyi!" Indah kemudian mencoret tulisan public speaking. "Lagunya bebas deh asal jangan galau-galau, nanti makrabnya malah ambyar."
Indah baru saja akan menutup rapat kelas sampai tiba-tiba gawainya berdering kencang. Dia lupa men-silentnya hari ini, untung kelas kosong! Cepat-cepat dia mengangkat telepon tersebut.
"Halo, Ndri?" sapa Indah lalu hening beberapa detik. "Apa? Seriusan? Lah emangnya jadi? Buset!"
Pip. Indah menutup telepon lalu langsung mengetuk papan tulis dengan penghapusan. Meminta perhatian teman-temannya sekali lagi. "Sorry guys, ada yang kudu gue sampein lagi. Tadi gue abis ditelepon Andri, anak OSIS yang bilang kalo pas Makrab ada yang namanya dansa berpasangan!"
***
Nah itulah yang sedari tadi mengganggu pikiran Anna. Bagaimana ini? Apa itu dansa pasangan? Cewek itu memilih untuk menautkan jarinya dan memokuskan pikirannya ke sana. Malam keakraban yang mungkin akan terjadi minggu depan akan mencengkamkan untuknya.
-----
Halo! Selamat membaca Robot Sang Peri Cinta, semoga masih bisa dinikmati sejauh ini ya ^-^
Posted : 6 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
Teen Fiction"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...