Waktu berlalu cepat, Arul melirik ke jam yang terdapat di laptop. Ternyata sudah cukup lama dia berada di samping Youka dan menonton anime bersamanya, meski begitu pikiran Arul terbang ke mana-mana. Dia tidak bisa fokus. Youka cemberut.
"Kak ... itu Todo-kun-nya keren!" komentar Youka, berusaha menarik perhatian Arul. Arul menoleh lalu hanya mengangguk kecil.
"Eh ... i-iya!"
Youka mengernyit. Kenapa Arul jadi aneh sekali? Dia seakan-akan tidak memahami alur anime yang mereka tonton. Pandangannya ke layar tetapi isi pikirannya tidak. Napasnya seolah tidak beraturan. Entah apa yang jadi beban untuknya.
Sebelum Youka sempat bertanya, Arul sudah mengatakan terlebih dahulu.
"Aku ... mau pulang, soalnya udah malem," ujarnya sambil memberi alasan yang masuk akal. Youka menatap nanar. Tampaknya masih ingin mencari tahu lebih dalam akan perihal apa yang mengganggu pikiran Arul namun ya sudahlah, mungkin masalah privasi. Arul tanpa berkata apapun langsung mematikan laptop miliknya dan menaruhnya dengan hati-hati ke dalam tas. Setelahnya cowok itu bangkit dan berjalan beberapa langkah menuju pintu setengah membungkuk.
"Kak Arul!"
"Iya?" Mau tak mau, langkah itu terhenti.
"Kakak nggak izin ke Kak Anna dulu kalo mau pulang?"
Arul menggeleng. "Nggak usah, aku titip salam aja ya."
Tiba-tiba terdengar suara kendaraan dari luar pagar rumah. Youka melongo antusias. Dia langsung menggenggam tangan Arul kuat-kuat, seolah tidak membiarkan cowok itu pergi.
Arul menggaruk tengkuk, beneran bingung.
"Kenapa, Ka?"
"Kak Arul jangan pulang dulu!"
Arul mengerjap, merasa aneh tapi tidak mengatakan apa pun. Detik berikutnya cowok itu paham. Youka mungkin sudah telanjur menyayanginya sebagai kakak lelaki, tanpa ragu Arul mengulurkan tangannya dan dengan lembut mengelus surai halus milik Youka. Ada rasa kenyamanan di sana. Cowok itu tertegun, dia tidak memiliki adik sama sekali. Jadi bertemu dengan Youka benar-benar memberi warna baru.
Deru kendaraan bermotor tadi sudah berhenti. Tak lama kemudian seorang lelaki paruh baya berjalan mendekat memasuki rumah. Saat itulah dia berpapasan dengan Arul dan Youka. Lelaki itu memasang senyum kecil.
Youka mengempas tangan Arul pelan lalu berlari kecil-kecil mendekat. "Papa!" panggilnya.
"Iya, Youka."
Arul menyaksikan kejadian itu sambil membuat persepsi sendiri. Entah apa lelaki ini sungguhan papa Youka atau bukan, yang jelas dia memberi sikap respect pada Arul meski jauh lebih muda darinya. Anna berjalan melewati Arul lalu mendekat menuju si laki-laki tersebut dan Youka.
"Kenalin! Ini pacarnya Kak Anna!"
Pletak!
Anna menepuk kepala Youka pelan.
"Duh, akit!"
"Makanya jangan sembarangan kalo ngomong!" Anna mendengkus, wajahnya memerah. Kini dia melirik belakang. Arul tidak mengeluarkan ekspresi apa pun. Papa tertawa kecil melihat kejadian tersebut. Betapa lucu kedua putrinya. Kehangatan keluarga dan momen semacam ini belum tentu bisa terulang kembali. Tiap detik haruslah disyukuri.
Arul berdeham sekali lalu menunduk sopan. "Misi Om, nama saya Arul."
Papa Anna mempertahankan senyum hangatnya. "Kamu cakep juga, ya. Apa kamu pemain film?"
"Bukan, Om. Saya satu sekolah sama Anna," jawab Arul santai. Benar-benar berbanding terbalik dengan Anna yang sudah kepanasan. Kenapa Arul sama sekali tidak mengelak, marah, atau apa?
"Oh gitu." Papa mengangguk lalu memandang ke Anna. "Na, Arul beneran pacarmu?"
"Ogah!" Sudah diduga, jawaban macam itu yang dilontarkan Anna, saat mendengarnya refleks Arul langsung membuang muka. Setengah menahan tawa. Benar-benar ciri khas seorang Annandita Aurellia Hafsah.
"Jangan ogah-ogah, nanti kamu suka, repot lagi," nasihat papa. "Lagian kenapa, Arul ini kayanya baik, kok. Malah kamu yang harus memperbaiki diri!"
Anna memelotot kesal. "Kok gitu, sih Pa? Anak papa itu kan Anna, bukan dia! Ngapa belain dia?"
"Haha, bercanda! Tapi emang di sinetron kan gitu, benci-benci entar ending-nya suka." Ternyata papa Anna menggoda. Lelaki itu kembali memandang Arul. "Kamu nggak mau makan dulu, Nak?"
Arul menunduk sopan. "Oh nggak, Om. Saya buru-buru, izin pulang dulu."
"Oh gitu." Arul berjalan mendekat lalu meminta izin mencium tangan sang papa sebagai bentuk penghormatan pada orang tua. Detik berikutnya, papa Anna bertanya lagi.
"Kamu nggak mau macarin Anna?"
-----
Asli ini chapter ter-absurd menurut saya. Kalo menurut kalian bagaimana?😂
Posted : 26 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
Teen Fiction"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...