"Na, nyontek pe-er dong."
Suasana pagi ini, disaat bel yang suaranya berisik bukan main dan mengganggu itu belum berdentang serta kelas masih sepi tanpa adanya guru-guru yang memasuki. Di pojokan sana itu, ada seorang cewek yang sedang khusyuk membaca novel kesayangan miliknya. Namun, nahasnya di mana ada ketenangan dan kenyamanan maka disitu pula ada yang namanya penganggu yang tak punya akhlak. Iya, buktinya si tukang nanya dan monyet sahabatnya yang asyik berpetualang saja diganggu oleh rubah kampret naudzubillah. Ya, sama saja keadaannya dengan saat ini.
Si cewek yang tengah membaca dengan syahdu itu lantas menolehkan kepalanya ke samping. Iyalah ke samping, kalau ke belakang terus berputar, kan, seram. Nanti cerita ini berubah genre, lagi.
"Na, nyontek pe-er." Si tukang pengganggu tidak kehabisan akal. Hebatnya, dia bisa tahu kalau si murid pintar, jenius, nan teladan ini selalu datang lebih pagi dari yang lain. Dan sekarang demi menarik perhatiannya, dia menggosok-gosok lengan kanan Anna. Anna lantas menguap ringan. Bosan dengan obrolan pagi begini. Sebenarnya pe-er Agama itu sudah dikerjakan Anna dari tiga hari yang lalu dan tidak perlulah Anna datang pagi ke sekolahan, apalagi ke kelas. Tetapi karena punya urusan kecil dengan si 'pengganggu' ini, maka mau tidak mau ya Anna wajib dan kudu datang sekilat mungkin ke sekolah.
"Gue contekin pe-er." Anna menatap Indah tajam dengan senyuman penuh arti. Setelahnya, cewek itu melipat kedua tangannya di atas meja, makin menunjukkan sisi lain darinya. "Tapi ... ada syaratnya."
Indah yang sudah telanjur kegirangan mirip tante-tante yang telah bernegosiasi dengan mas-mas brondong langsung mengangguk cepat. Untungnya, kepala itu cukup kuat dan tidak copot. "Iya gampang! Apa? Apa? Apa? Apa syaratnya? Cepetan!"
"Gini yak, kemaren gue teleponin lo. Kenapa lo nggak ngangkat?"
Indah nyengir. "Hehe maaf, hape gue low-bat terus gue ketiduran dan lupa nge-charge! Abisnya gue capek banget ngurusin adek bontot gue, kudu mandiin lah, nyuapin lah. Bokap nyokap sibuknya kerja mulu terus bikin anak. Gatau apa susahnya ngurus? Duh maap-maap, jadi curhat kan. Maklum derita anak sulung, Na!"
"Ndah, Ndah. Lo itu baru jadi ketua kelas aja sibuknya setengah mampus. Gimana lo jadi presiden? Mokad semua rakyat lo gak didengerin aspirasinye!" sergah Anna yang masih dibalas cengiran.
"Maap sih elah," rajuk Indah. "Udah buruan, apa yang kudu gue bantuin biar lo ngasi gue pe-er?"
Anna memasang mode serius sekarang. Ditatapnya mata Indah lima detik lurus-lurus. Tanpa kedip, tanpa mengubah objek pandangan sedikit pun.
"Gini ... boleh nggak sih kalo—"
Belum kelar mengucapkan aspirasinya sebagai warga 11-A, kelas langsung diserbu makhluk-makhluk predator pengincar pe-er. Apalagi kalau pe-er Anna, wah! Sekali pun harus dibayar goceng, siapa yang tidak mau? Jawaban perfecto dan otomatis bakal dapat seratus, hm ... kalau di game ibaratnya item SSR mungkin, ya!
"Na, nyontek!"
"Na, peer!"
Keysha cepat-cepat merampas buku itu. Indah melirik nista. "Dih, Key! Gue duluan! Ngantre, kek!"
"Gak, gak bisa. Bel tiga menit lagi, Ndah! Mending lo foto deh!"
Indah manyun tak terima. Sedang Anna menghela napas saja melihat kejadian di depannya. Tidak heran kalau buku pe-er miliknya selalu kembali dalam keadaan bobrok, entah sampul lepas, bagian kertas lecek sana sini, ya lihatlah betapa barbarnya kelas 11-A ini? Lagipula Anna pun adalah tipe manusia tidak tegaan, mana bisa dia marah-marah?
Tapi yang Anna ratapi bukanlah perkara itu, baginya ini sudah biasa. Yang membuatnya benar-benar jengkel adalah ... kenapa jadi sulit sekali mengatakan saran dari Gifari yang sudah capek-capek disimpan dalam benaknya? Geez, apa yang harus Anna lakukan? Bagaimana jadinya saat Malam Keakraban nanti? Siapa pasangan Anna dalam pesta dansa? Huum. tunggu saja jawabannya dalam Robot Sang Peri Cinta, muehehe.
-----
Halo!!! Apa kabar? 😊❣ Semoga kalian baik-baik saja ya, aku masih menunggu komen dan votes dari kalian hehe :") semoga kalian suka cerita ini, Aamiin...Posted : 12 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
Jugendliteratur"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...