Anna meredam rasa cemasnya lalu memikirkan cara lainnya, ternyata benar bahwa sepiring mie goreng dapat membuatnya jauh lebih rileks. Anna menelungkupkan kepalanya di atas satu tangan, lalu tangan yang lain mulai memasukkan satu alamat yang disampaikan Youka semalam ke dalam maps gawai.
Detik berikutnya, muncul petunjuk pratinjau yang bisa digunakan untuk beberapa kendaraan yang mengakomodasi Anna hingga ke salah satu SMA negeri yang berada di daerah Jakarta Timur. Kurang lebih perjalanannya berjarak 26 km dan rute tercepat menggunakan kendaraan sepeda motor adalah 45 menit. Anna tercengung sebentar, Youka betul-betul ke sana?
Sisi lain dari Anna mengatakan ya, Youka pasti senekat itu! Anna menggulir layar gawainya dan memilih ikon ojek online. Anna akan menyusul Youka, pasti! Menggunakan laju moda transportasi online tersebut, bukan tidak mungkin Anna akan cepat sampai bukan?
"Mau ke mana, Na?"
"Anna ada tugas kelompok, Pa. Di rumahnya Indah."
Maaf, Ndah, terpaksa Anna minjem namamu karena tempat terdekat dari SMA situ adalah rumah Indah. Papa mengangguk menyetujui kepergian putrinya tersebut. Hanya dalam hitungan menit, ojek yang dipesan Anna lantas berhenti di depan rumahnya dengan rapih. Driver-nya sedikit melongokkan kepala seakan menunjukkan pada sang empunya rumah bahwa dia sudah sampai.
"Mbak Anna?"
Anna berlari kecil-kecil membuka pagar dan mengangguk kecil. "Iya, Pak Jajang. Saya naik ya."
"Oke," ucap Pak Jajang, sang driver yang kemudian meminjamkan Anna helm sebelum cewek cantik pemilik riasan wajah tipis itu menaiki motor. Selama perjalanan berlangsung, Anna hanya terdiam. Tidak tertarik untuk membuka pembicaraan, yang ada di dalam pikirannya sekarang adalah Youka. Apa yang dilakukan bocah itu?
***
Riuh-riuh orang bersahut-sahutan, Anna tidak begitu suka berada di tempat keramaian seperti ini. Anna pecinta ketenangan dan menikmati kesendirian, itulah mengapa dia tidak mempermasalahkan piket sendirian meski teman-temannya pulang duluan.
Entahlah, kadang Anna pun tidak mudah memahami perasaannya sendirian.
Gawat. Kalau sudah seperti ini hanya bergantung pada intuisi saja untuk menemukan Youka di tengah ribuan gelombang orang-orang, terutama kaum hawa yang sudah bersorak ria memanggil nama-nama pemain.
Anna menutup telinga, merasa tidak nyaman sendiri.
Kenapa pula Youka seniat ini mengajak Anna ke tempat yang bahkan tidak pernah Anna pikirkan akan datang? Kenapa pula meski Anna sudah menolak mentah-mentah, Youka tetap memaksa datang bahkan membuat Anna mengejar sejauh ini?
Kenapa pula Anna khawatir dan terpaksa datang ke sini?
Huft, sudahlah nasi sudah menjadi bubur.
Waktu pertandingan sudah akan dimulai, para pemain yang sudah memakai kostum nomor masing-masing dan warna yang berbeda berjalan ke arah lapangan. Dada Anna berdesir, siapa sangka matanya fokus ke arah Arul meski tim dari SMA Cattleya juga banyak. Babak pertama dimulai, salah seorang dari tim SMA negeri sini mulai men-dribbling bola dan kemudian melakukan bound pass, setelahnya bola itu memantul sebentar sebelum teroper ke satu timnya.
Arul menajamkan mata, mendekat dan menjaga lawannya secara dekat. Dia menunggu sang lawan lengah dan segera merebut bola karena kebetulan di belakangnya ada Fariel yang ikut bertahan.
Tidak ada pelanggaran. Dada Anna berdegup, antarlawan mau pun dari tim SMA Cattleya memiliki kekuatan, ketangkasan, dan kelincahan yang cukup setara. Dapat terlihat bahwa Arul dan kawan-kawannya kewalahan dalam menghadapi.
Anna menepuk-nepuk pipinya sendiri. Astaga! Apa yang dia lakukan? Dia harus segera mencari Youka, bukannya malah berhenti di sini dan asyik fokus menonton hal yang tidak penting.
Meski begitu ... entah kenapa Arul kelihatan cukup keren. Ternyata dia seserius itu kala bermain, Anna benar-benar tidak punya kesempatan menang untuk menghadapinya, mungkin.
***
Youka, bagaimana kabarnya? Tentu saja bocah itu langsung menghadang masuk ke lapangan dan mendekati Arul, benar-benar nekat parah! Untung saja permainan sudah selesai dengan tim Arul yang berhasil mencetak poin yang hanya berbeda tipis, yakni dua poin akibat lay up terakhir. Kompak sekali! Lagi-lagi SMA Cattleya akan membawa pulang piala.
"Kak Arul! Kakak keren!" pujinya tulus. Arul dapat merasakan kehangatan di sana, tanpa berbasa-basi dengan senyum yang mengulas tinggi Arul mendekat dan mencubitnya kecil.
"Kamu kok bisa di sini?" Arul terus tersenyum meski heran. "Sama siapa?"
"Errr ...." Gawat! Youka tidak tahu harus menjawab apa. Dia sudah ngebet kangen parah sama Arul dan mengajak Anna hanya dikacangi saja, berakhirlah dia berangkat sendiri dengan keberanian yang tinggi pula.
"Sama gue." Sebuah suara menyapa mereka berdua. Youka terkejut menyadari fakta bahwa Anna mengejarnya hingga sejauh ini. Anna menjewer Youka pelan dan berbisik kecil membuat Youka bergidik ngeri. "Kita bahas nanti di rumah, ya."
"A ... nnandita ...." Arul bingung tidak tahu harus menjawab apa, canggung rasanya bertemu Anna kembali setelah 'mantan rival'-nya itu secara terbuka berani mengusirnya untuk tak lagi saling berhubungan.
Anna sendiri takjub mendengar Arul menyebutkan namanya, bagaimana pula cara Anna menjelaskan bahwa dia sampai di sini? Anna kelihatan seperti bocah labil yang semalam bilang tidak mau hari ini bilang mau.
Cewek itu menggigit buku-buku jari dan berpikir. "Errr ... gue ke sini terpaksa kok. Pertama, gue cuma mau nemenin Youka dan kedua karena gue ngabulin permintaan lo yang pengen gue dateng ke sini."
Di luar dugaan, Arul memasang senyuman miris dan berkata lirih. "Gue nggak nanya alasan, lo datang aja gue makasih kok."
Pipi Anna memerah. Ada apa dengan Arul? Dia kelihatan sempat berseri-seri dan rapuh bersamaan. Hal berat apa yang sudah dilaluinya? Anna tidak bisa dibohongi, terkadang dia dapat membaca raut wajah orang lain hanya dengan melihat lebih dalam di balik kelopak mata yang menyiratkan banyak hal itu.
Arul memandang Anna dalam beberapa detik. Cewek itu dengan jutek langsung membentak. "Napa liat-liat?"
"Gapapa, kok."
"Rul, sini! Kita evaluasi!" seru Wisnu memanggil. Arul paham lalu bergerak pergi meski sebelumnya dia sempat berpamitan.
"Gue duluan. Thanks dah dateng."
Anna menghela napas selepas kepergian Arul lalu menengok ke bawah. Youka masih terpaku, senyum tidak luntur dari sana. Sekagum itukah Youka pada permainan Arul yang maha dahsyat?
"Ayo pulang, Youka."
------
ALHAMDULILLAH 99 CHAPTER🤗🤗🥰😋😘 MASI ADA YG NUNGGUIN GAK?😁😆Posted : 29 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
Teen Fiction"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...