The Gift - 16

130 22 1
                                    

Dengan antara senang dan berat hati, Anna menarik buku itu dari Arul. Anna yang sudah menerimanya agak ragu-ragu lalu bertanya. "Lo ngasih ini buat gue?"

"Iya," jawab Arul enteng.

"S-serius? T-tumben? Ngapain sih sok asik lo ngasih-ngasih ginian?" tanya Anna dengan wajah memerah. Sialan, ini momen menyebalkan dan mengherankan buat seorang cewek seperti Anna. Ada angin apa coba seorang Syahrul Abidzar Maulana yang katanya sedingin es kutub itu malah ngasi-ngasi barang ke rivalnya? Mau baikan? Padahal lebaran aja belum, masih lama juga.

"Nggak lah, bego!" tukas Arul pedas. Tanpa babibu, tangan kanannya yang uratnya sudah kelihatan jelas karena keseringan bermain basket itu menunjukkan sebuah kertas putih yang membuat Anna menahan napas: Untuk Anna.

Melihat reaksi Anna, Arul tiba-tiba menyerocos. Jarang sekali tipikal cowok seperti dia berbicara satu paragraf penuh. "Males banget gue beliin lo kayak ginian, mending gue tabung duitnya! Buku ini emang punya lo, kan? Tujuan lo tuh apa? Puas ngeliat gue dihukum Pak Rofik berjemur di tiang bendera panas-panasan karena nggak bawa baju olahraga terus malah bawa buku gak jelas kayak gini? Puas lo, Annandita?"

Ini pertama kalinya Arul benar-benar membentaknya dan Arul adalah cowok pertama yang berani membentaknya, papanya saja tidak pernah seperti itu. Anna melihat adalah sorotan berapi-api di kedua netra hitam pekat milik Arul. Dada cowok itu bahkan naik turun. Keringat yang turun dari pelipis cowok itu lantas membasahi seragam putihnya.

"Itu bukan punya gue!" Meski sempat terdiam beberapa saat, Anna tidak akan mau kalah. Dia harus meluruskan semua ini. Lagipula posisi mereka sama, di tas Anna tiba-tiba ada bola basket yang entah milik siapa dan ternyata di tas Arul ada buku novel yang juga entah siapa yang menaruhnya.

Anna menampar Arul sekali, tidak terlalu keras tapi membuat Arul hampir terjengkang. Setelah itu Anna berteriak di depan wajah Arul. "Eh Syahrul, denger ya! Gue juga dihukum! Gue diizinin pulang sama Pak Romi karena gue pucet nggak bawa tugas bahasa Inggris, gue dikira sakit. Entah kenapa isi tas gue hanya bola basket gak jelas itu."

Anna menyimpan buku novel itu dalam tasnya lalu melempar kasar bola basket misterius yang tadi ada di tasnya ke dekat sepatu Arul, setelah itu Anna melengos pergi meninggalkan Arul dengan sejuta pertanyaan. Arul memegangi pipinya yang sedikit nyeri dengan penuh rasa tidak paham, jadi siapa orang iseng itu?

***

"Eh, cowok! Sendirian aja!" panggil suara yang tak asing di mata Arul, huft, setan jenis apalagi yang datang kali ini?

Seragam kecil yang tidak mengikuti peraturan sekolah, rambut yang berwarna cokelat hampir pirang, dan riasan yang berlebihan; siapa lagi kalau bukan Kiara. Oh ya, sebagai informasi, Kiara berhasil masuk SMA Cattleya karena lolos jalur tes masuk. Meski begitu, sikapnya juga selama ini baik dan lembut sehingga guru-guru seolah tak mau mempedulikan penampilannya yang seperti itu.

Dengan santainya, cewek ketua cheerleader itu mendekati pujaan hatinya, ketua basket yang selama ini selalu dikatakan cocok bersanding oleh semua teman-teman Kiara.

"Sendirian aja, babe!" Kiara senyum-senyum membuat Arul bergidik ngeri. Dia hanya memasang wajah datarnya, enggan bertegur sapa dengan cewek horror semacam ini.

Sungguh apes, sudah ditampar Anna malah sekarang berurusan sama mak lampir. Kesal karena tidak ditanggapi, Kiara langsung menepuk-nepuk bahu Arul membuat cowok itu langsung membersihkan bahunya seolah Kiara meninggalkan kotoran di sana.

"Rul, kok diem sih sayang?"

"Sana, ah. Ganggu aja lo," jawab Arul sinis. Kiara merasa banyak orang yang melototi mereka, belum lagi ada suara-suara tawaan yang seakan menghinanya karena baru saja ditolak Arul mentah-mentah. Sial, malu banget!

"Ra, ayo beli bakso!" Bila langsung menarik lengan Kiara untuk membuatnya menjauh, bukan karena apa, dia tidak ingin sahabatnya ini menjadi pusat perhatian orang-orang. Malu banget, asli!

"Iiih, Bil, gue masih mau sama Arul," rengek Kiara yang tak didengarkan sama sekali. Bila menyeret Kiara menjauh dan menuju kantin. Karena kesal, Kiara berteriak dari jauh. "Arul, liat aja! Pasti gue bakal ngedapetin lo!"

Arul menghela napas. Dalam hati dia berterima kasih pada Bila yang untungnya masih punya kewarasan untuk menjauhkan cewek gila alias mak lampir itu di hadapannya. Cowok itu kembali menatap tiang bendera lagi, memikirkan sampai kapan hukuman ini harus dijalani. Keringat terus bercucur dari pelipisnya, sudah dari tadi pagi dia dihukum sampai sekarang hari sudah mulai panas. Ternyata begini ya rasanya dihukum. Huft. Bosan banget pastinya sampai-sampai ....

Pok!

-----
Hai teman-teman, gimana gimana RSPC kali ini?? Makin seru atau nggak ya? Makasi lho kalian sudah menyempatkan waktu membaca cerita ini😭 super bgt pergulatan dalam diriku menulis teen, aku tu baru banget huhu🥺
Posted : 22 Mei 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang