Smile Morning - 149

16 6 0
                                    

“Apa lo pernah suka sama seseorang?”
Hawa Arul menggelap. Rautnya yang muram semakin jelas. Anna tahu itu bukan suatu pertanda yang baik. Apakah Arul tidak suka ada seseorang yang menanyakan hal itu atau bagaimana?

“Pernah.” Jawabannya singkat, ingin Anna kuak lagi tetapi Anna seakan sudah tidak memiliki tenaga. Kekuatan Anna untuk bertanya lenyap entah ke mana mendengar suara Arul yang mendadak berat, tegas, dalam, dan menekan dada Anna. Denyutan sesak membuat suasana makan bersama ini terasa tak nyaman. Youka mengambil alih pembicaraan.

“Nasi uduknya enak lho, Kak! Mau nggak?” tawar Youka sambil menunjuk ke arah nasi uduk miliknya, Anna tersenyum kecil menunjukkan penolakan. Arul tertawa melihatnya membuat Anna tertegun. Meski Arul sedang dalam masa yang berat, tetapi Youka bisa mengembalikan dirinya pada keceriaan.

“Lo udah cosplay, kan. Menurut lo rasanya gimana?” Setelah memasang senyum tulus yang jarang dilihat Anna, Arul melontarkan pertanyaan. Anna bingung ingin menjawab apa, dalam hatinya Anna memang sedikit menikmati cosplay yang ternyata menyenangkan dan seru. Pantas saja Arul terperangkap dan semakin terjun ke dalamnya, karena menemukan teman sehobi itu merupakan salah satu idaman. Sama seperti  dirinya yang pergi konser bersama teman-temannya sesama pecinta Kpop.

“Seru, kok.” Anna memilih jujur mengungkapkan perasaannya. Mengenal dunia baru seperti ini menambah pengalaman hidup Anna, memang Anna masih tidak menyukai anime tapi menerima budaya baru yang hadir bukan sebuah masalah kan? Setidaknya pemikiran terbuka Anna adalah sebuah modal yang baik dalam meniti kehidupan.

“Youka mau liat Arul-nii sama Kak Anna couple cosplay lagi. Lucu! Kak Anna cocok banget jadi Nakiri Erina!” Youka dengan berbinar-binar menghentak-hentakkan kakinya, beberapa butir nasi uduk hinggap dengan manis di sudut bibirnya. Youka dan nasi uduk adalah pasangan yang tidak bisa dipisahkan, mungkin.
Anna tidak menjawab, Arul terus tertawa dengan puas. Melihat Youka dan Arul yang terbahak-bahak dengan riang, Anna jadi ikutan. Setidaknya kali ini, wajah muram Arul itu sudah lenyap.

***

Keesokan paginya, ketika Anna mau melangkah keluar kamar dengan berseragam menuju sekolah. Youka memberi tahu bahwa seseorang datang, menjemputnya. Anna terheran, siapa manusia pagi-pagi begini dengan halu ingin menjemput Anna? Anna memilih tidak tahu dan melangkah dari kamarnya, berniat membuat segelas susu tapi ternyata benda tersebut sudah ada di atas meja.

“Minum aja, dulu.” Anna menoleh, mendapati papanya sedang duduk santai sambil meletakkan kedua tangan di atas meja. Anna tersenyum kecil, mengangguk patuh, lalu mengambil posisi duduknya sendiri. Menyeruput segelas susu buatan papanya yang baru pulang dari kerjanya beberapa hari. Sayangnya papa mengingatkan Anna agar tidak lama-lama sarapan. Anna mengernyit, Youka dan papanya betul-betul aneh pagi ini.

Anna mengiyakan, setelah itu Anna bangkit dan membuka pintu rumah. Menganga melihat orang yang ternyata menjemput adalah ....

Anna berbalik dan papanya tersenyum. “Udah sana berangkat!”

“P ... papa nggak nganter?”

“Nggak enak, Na. Jangan ditolak niat baik orang,” ucap papa senyum. Papa sempat melambaikan tangan dengan orang itu. Anna tidak paham lagi, sejak kapan mereka menjadi cukup dekat.
Anna pasrah dan memakai kaus kaki serta sepatu lalu membuka pagar cukup lebar.

Kini Anna berpandangan dengan manusia kulkas itu. Anna langsung mengatakan to the point. “Gue nggak punya uang, lagi bokek. Kalo lo nganterin, pasti gue bayar, kan?”

Kilatan mata Anna menunjukkan dirinya sangsi. Arul menepuk-nepuk jok motornya, memandang Anna santai. “Nggak usah bayar gak apa. Gue cuma mau utang budi karena lo mau jadi couple gue kemaren.”

“Lah, kan, bayarannya nomor Kak Viki?”

“Emang lo beneran naksir sama dia?” Arul memberi tatapan menusuk, membuat bibir Anna gemetaran.

“I ... itu ....”

“Naik, cepet!” seru Arul mengalihkan, kembali melepaskan pandangan ke depan. Anna terdiam lalu kembali meminta kebenaran.

“Bener gratis?”

“Iya! Cepet!” Arul mendengkus, khawatir mereka akan terlambat. Walau rumah Anna tidak begitu jauh bila ditempuh menggunakan sepeda motor tapi, kan, siapa yang paham kejadian di jalanan? Bisa saja macet parah!

Anna menyunggingkan senyum. Sepertinya tawaran ini tidak bisa dielakkan.

-----
Uhuy😗 Apa kabar pembacaku? Yuk komen wkwkwk

Posted : 23 November 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang