A & R - 71

48 9 1
                                    

Anna menghela napas sebanyak-banyaknya. Dia tidak bisa tidur dari semalam, dadanya berdegup. Diliriknya jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan. Bingung! Anna pun bangkit dan mendekati cermin yang memperlihatkan pantulan wajahnya. Kantung mata yang semakin menebal akibat kurang tidur, padahal ini hari Minggu! Bukan tanpa alasan cewek itu tidak dapat tidur. Tentu saja karena hari ini seseorang akan datang.

Youka menyembulkan wajah imutnya dari balik pintu. Takut-takut untuk menyapa Anna, sepertinya dia trauma sejak saat Anna membentaknya kala itu. Anna menurunkan alis, merasa sedikit bersalah. Anna memilih berbasa-basi.

"Ada apa, Ka?"

"I ... itu ...." Youka tampak ragu. "Kakak udah sarapan?"

Anna menggeleng. "Belom."

Youka mengusap-usapi perutnya.

"Kenapa?" Anna berinisiatif untuk kembali bertanya, sementara yang bersangkutan hanya menunduk. Takut untuk mengatakan yang sebenarnya. Anna mengerjap heran lalu berjalan dari cermin di dekat lemari ke arah bocah itu. Tak lupa untuk sedikit menunduk karena perbedaan tinggi yang cukup jauh. Anna mengelus-elus rambut Youka membuat si bocah melenguh kecil.

"Hei," panggil Anna.

Youka masih menunduk.

Anna kembali bertanya. "Hei, kenapa?"

Youka takut-takut sedikit mendongak, mengangkat kepalanya sambil memainkan kuku jari. "I ... itu ...."

"Ya?"

"Y ... Youka ...."

"Ya?" Anna menaikkan nada suaranya satu oktaf, sedikit tidak sabar.

"Y ... Youka .... m ... mau ... n ... nasi uduk," ungkapnya.

Hening seketika.

Detik berikutnya, Anna langsung membuka lemari dan mencari jaket untuk menemani adiknya membeli dua nasi uduk terdekat.

***

Hari Minggu ini papa tetap berangkat ke kantor, katanya ada keperluan mendadak. Anna hanya berusaha memahaminya. Jadilah sekarang di rumah hanya ada dirinya dan Youka yang terlelap sehabis kekenyangan makan nasi uduk.

Anna agak iri, kenapa bocah itu mudah sekali terlelap ya? Berbeda dengan orang dewasa yang cenderung susah tidur. Apakah jawabannya karena bocah belum memiliki beban pikiran yang banyak seperti orang dewasa? Dunia mereka hanya sebatas dunia permainan. Tidak dipusingkan dengan urusan percintaan, perkembangan perekonomian, masalah keluarga, jenjang pendidikan, bahkan prospek karier, bukan?

Lagipula hari ini ... 'orang itu' akan berkunjung.

Tok tok tok.

Sebuah suara ketukan pintu terdengar. Anna bangun dari ranjangnya, tadi dia sengaja menemani Youka sebelum tidur bahkan menyanyikan lagu Nina Bobo yang sudah dimodifikasi menjadi Youka Bobo. Sekarang Anna berada di depan pintu, dadanya kembali berdegup. Perlahan-lahan diputarnya kunci dan kenop pintu. Kini sebuah tubuh yang tak asing berdiri menghadangnya.

"Anna!" teriak sang empunya suara lalu langsung memeluk erat yang bersangkutan tanpa ampun. Anna langsung batuk-batuk akibat serangan brutal tanpa izin barusan.

"Woi, lepas, woi! G ... gue ... uhuk!" Anna menepuk kasar tangan yang bersangkutan karena memberikan pelukan yang tidak ada bedanya dengan cekikan penuh dendam. Detik berikutnya, sang pelaku pun melepaskan pelukannya lalu menyengir lebar.

"Gue kangen lo, Na!"

Anna mengernyit. Si pemilik suara gede itu yang datang.

"Lo ketemu gue Senin sampe Jumat. Dari jam tujuh pagi sampe jam dua siang. Istirahat bareng, salat bareng, tidur bareng juga pas Makrab. Kadang kalo ada kerja kelompok bisa sampe sore. Terus sekarang lo bilang kangen?" Anna mencerocos sambil geleng-geleng takjub. Tidak paham sama sekali dengan jalan pikiran Ririn. Ririn menggembungkan pipi lalu menyilangkan kedua tangan.

"Heum, abisnya lo sombong banget semenjak pacaran sama Arul, terus gue dilupain!" Ririn mengeluh seraya membuang muka, ngambek.

"Ogah!" Anna menyembur tidak terima. "Najis banget gue pacaran sama dia."

"Boong lo." Ririn menyipitkan mata. "Abisnya lo sering bagnet di lapangan sama dia seabis pulang sekolah. Ngapain coba? Ngapain? Cewek dan cowok lo, berduaan! Pasti pacaran!"

Penyerangan balik Ririn sangat berbahaya. Mulutnya benar-benar memiliki daya ledak yang setara dengan bom yang membantai kawasan Hiroshima dan Nagasaki. Duh, benar-benar! Anna langsung menarik tubuh Ririn dan menyeretnya masuk ke dalam. Bisa bahaya kalo tetangga sekitar pada mendengar gosip tak berdasar barusan, bakal jadi topik hangat tuh Anna terus menyebar sampe kawasan ibu-ibu PKK dan sekitarnya!

Brak.

Seusai menyeret tubuh Ririn tanpa berdosa, Anna membanting pintu.

"Gue nggak pacaran sama Arul, bangke!"

"Hehe. Masa?"

"Yaiyalah! Lo katanya tau sebesar apa rasa benci gue sama dia?" Kepala Anna memanas, sepertinya aliran darahnya naik hingga ke otak. Mendidih dan gerah.

Ririn mengangguk, memasang wajah bego. "Yaiya sih, t ... tapi, kok ... belakangan ini bareng dia terus?"

"Gue mau ngalahin dia dalam basket, Bambang! Gue pan benci banget sama dia!"

"Ya gue kan gatau, Markonah!"

"Ya makanya jangan suudzon aja, Sapri!"

Ririn mendengkus. Tak ubahnya balas-balasan nama orang bersama Anna. Anna menghela napas, berusaha menambah stok sabar. Andai sabar dijual secara online, bayangkan betapa kayanya si pengusaha yang menjual 'kesabaran' tersebut?

-----
Welcome September!
Apa kabar? Apa kabar? Apa kabar? Aku sayang kalian!
H-22 lho /plak 😘

Posted : 1 September 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang