Sepulang dari menonton turnamen Arul, Anna lebih banyak diam. Entah kenapa, wajah Arul yang sedang bertanding tadi sedikit pun tidak bisa Anna lupakan. Peluh yang membanjiri, semangat yang tangguh, tim yang solidaritas.
Gyut!
Anna mengencangkan pelukannya lebih dalam pada boneka beruang pemberian sang papa saat Anna ulang tahun ke-15. Anna berpikir, apa waktu tidak bergerak untuknya?
Arul sebegitu kerasnya mengejar mimpi, Anna tidak tahu motivasi macam apa yang Arul miliki hingga dia begitu konsisten dan berkomitmen begitu dalam. Sedang dirinya? Apa yang dia lakukan? Cita-cita Anna hanyalah sebatas harapan saja bila Anna tidak bergerak. Waktu tidak bisa menunggu Anna, sial. Apa Anna dirundung rasa iri?
Anna belum menemukan motivasi kuat, selama ini dia hanya menjadi bayangan saja. Bolehkah Anna menjadi tokoh utama? Bolehkah Anna meraih mimpinya sekeras Arul yang berjuang sebegitu besar untuk memenangkan turnamen bersama timnya?
Meski banyak orang yang bilang hidup Anna sempurna karena kepintarannya, jujur saja Anna masih merasa hampa. Anna merasa dirinya tidak bisa melakukan apa pun, makanya dia belajar begitu keras. Apakah itu bisa disebut motivasi?
Tapi ... Anna ingin bisa melakukan sesuatu, dengan motivasi yang lebih besar tentunya.
Apa?
Korea?
Bisakah itu menjadi motivasi? Anna menarik bibir, konyolkah apabila dia menjadikan Korea sebagai urutan pertamanya mengejar mimpi? Anna mau kerja di Korea, apa pun. Apa saja. Cita-cita yang cukup aneh, tapi kenapa dada Anna berdebar-debar? Perasaan berbunga macam apa ini? Seakan ada kupu-kupu yang hinggap di perut, geli sekali.
Oke, Anna sudah menentukan motivasinya. Sekarang hal pertama apa yang dia lakukan?
Ah, mungkin segitu saja cukup deh. Anna belum kepikiran hal lain. Anna merasa hidup adalah untuk hari ini, jadi tidak usah terlalu memusingkan hari esok. Anehkah cara pandang Anna?
Dia meraih gawai dan mulai berselancar di sosial media, tiba-tiba sebuah iklan lewat di akun Instogramnya.
"Hah? Apaan, nih?" Anna mengernyit dan terfokus pada background pemandangan jalanan di kota Daegu, Korea Selatan. Tanpa sadar, Anna ngiler. Habisnya, indah banget! Metropolitan parah!
Sekarang netra Anna membola untuk membaca tulisan yang berada di atas gambar.
Yuk kejar cita-citamu dengan mengikuti Daegu University International Leaders Scholarship!
Anna ternganga. Kenapa bisa pas banget, gini? Bingung juga. Mungkin sudah diatur sama penulisnya, kali, ya.
Cepat-cepat jemari Anna melakukan tangkapan layar dan tanpa sadar Anna malah menjadikannya sebagai wallpaper gawai. Benar-benar Anna merasa diselimuti api-api semangat yang kokoh. Dia mengulas senyum lebar.
Suara pintu yang dibuka mengecohkan semangatnya. Youka baru mau masuk tapi tertahan di depan pintu, dia agak parno melihat senyum Anna yang lebar banget. Anna jadi mirip seperti orang yang punya filosofi 'orang jahat terlahir dari orang baik yang tersakiti'. Hm, hm!
"K ... kak?" panggil Youka dengan mata sarat ketakutan. Anna baru sadar bahwa dia menyeringai mirip kayak psikopat. Buru-buru bibirnya turun ke bawah.
"I-iya?"
"L ... lagi ngapain?" Youka menyadarkan Anna pada kenyataan pahit bahwa dia masih di rumah, belum di Daegu. "Papa ngajak makan malem, tuh."
"Oke! Aku nanti nyusul!" jawab Anna kemudian, Youka terdiam sebentar lalu meninggalkannya di kamar. Mungkin Anna butuh waktu sendirian, mengingat hari ini pun Youka sudah membuatnya kesulitan karena harus mengejar sampai ke SMA Negeri yang menjadi lokasi turnamen basket antar-SMA, termasuk SMA Cattleya yang dikepalai oleh tim Arul dkk.
Begitu Youka pergi, Anna mengelus dada lega. Semoga Youka tidak menganggapnya aneh-aneh, deh!
Anna bangkit dari rebahannya lalu mulai membuka buku diary. Saatnya Anna mencatat apa-apa saja yang akan menjadi tujuannya di masa depan nanti.
Anna mau kerja di Korea.
Oke, itu mungkin target yang terlalu besar. Namun ... itulah yang diincar Anna? Dengan santai dia menuruni tangga dan mendapati papa yang sedang makan bersama Youka. Wajahnya sangat serius. Anna sampai berpikir apakah teradi sesuatu yang besar?
Semoga tidak ada apa-apa.
Tanpa ragu, Anna memilih menempati kursi di samping Youka dan mengambil piring. Kemudian tangannya dengan cekatan menuju tempat penanak nasi dan membukanya, bersiap mengambil. Papa berdeham menarik atensi Anna dan Youka.
Tidak ada ucapan apapun, Anna melanjutkan aktivitasnya mengambil nasi dan lauk secukupnya. Papa memasang rahang tegas. Anna mengambil sesuap nasi, perutnya sudah keroncongan akibat terlalu banyak memikirkan sesuatu.
"Na. Kamu kan udah kelas 11, udah lewat PTS juga. Dikit lagi PAS, terus semester 2. Terus nggak lama lagi juga kelas 12. Papa tau sih, ini kejauhan tapi kira-kira mau ada pikiran mau lanjut kuliah di mana?"
Anna tersedak mendengar ucapan itu, Youka dengan sigap mengambilkan air untuknya. Anna ternganga, tidak menyangka mendapatkan serangan tiba-tiba. Serius papa mulai menanyakan masa depannya?
Anna menggigit pipi dalamnya, sedikit malu untuk mengungkapkan bahwa dia ingin berkuliah di Korea. Bagaimana pun, mungkin akan terasa lucu atau sekadar mimpi belaka. Anna pun belum tahu apakah dia mampu mewujudkannya atau tidak, jadi lebih baik jangan beritahu papa dulu.
Karena Anna tak kunjung memberikan jawaban, papa mengusap hidung. "Papa liat nilaimu bagus, kamu juga juara kelas. Kamu nggak ada niatan masuk UI?"
"Eh?"
"Iya, Na. Pasti keren banget kalo kamu beneran bisa masuk UI, papa bangga!"
Anna tahu itu bukan bentuk tuntutan, melainkan harapan. Seandainya Anna tidak berhasil, papa tidak akan mempermasalahkannya asalkan Anna sudah berusaha. Toh, itu sebuah kesempatan, kan? Kenapa Anna harus menolak? Kalau pun tidak bisa berkuliah di Korea pada jenjang pendidikan S1, mungkin Anna akan mendapatkan kesempatan untuk S2 di sana. Lagipula, berat juga kalau meninggalkan papa jauh ke negeri ginseng.
Anna mengangguk. "Iya, Pa. Aku pengen masuk UI!"
"UI itu apa?" Youka bertanya polos.
"UI itu Universitas Indonesia, jadi kalo aku lulus dari SMA Cattleya aku lanjut ke sana, Ka." Anna menjelaskan dengan riang.
"Kak Arul juga masuk UI?"
"Eh?" Pipi Anna memerah tanpa disengaja. Kenapa? Aneh, banget.
Papa tersenyum, berusaha menyelamatkan Anna. "Yah, belom tau tuh Ka. Lagian mereka masih sama-sama kelas 11."
Youka mengangguk.
"Jadi kamu serius, Na, mau berusaha ke UI?"
"Iya, Pa." Anna menjawab mantap. "Boleh kan aku les SBMPTN mulai dari sekarang? Lebih cepet lebih baik."
Papa mengangkat jempol. "Luar biasa!"
Setelahnya keluarga sederhana itu pun menikmati aktivitasnya makan bersama dengan penuh canda tawa. Ah, Anna jadi penasaran. Dia mengangkat kepala, membayangkan banyak hal. Di masa depan nanti dia akan menjadi apa, ya? Sukses kah? Berhasil kah? Membuat papa bangga dengan kariernya yang cemerlang?
Berhasilkah Anna ... menggapai mimpinya untuk berkuliah di Daegu?
Semoga saja, semua yang diharapkan Anna mau pun para pembaca dapat tercapai. Semangat mengejar cita-cita kita masing-masing! Ganbatte, nee!
Jangan lupa berdoa, berusaha, dan mengatakan bahwa kita bisa melewati lubang sebesar apa pun dengan keyakinan dan kemampuan kita. Tetaplah berusaha menjadi yang terbaik di hari ini! Aamiin.
-----
HASYIIKKK HAPPY 100 CHAPTER ROBOT SANG PERIII CINTAAAHHH
*TEBAR BUNGA*
Apa harapan kalian untuk cerita ini?😭😭Posted : 30 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
Teen Fiction"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...