Dining Room - 148

14 6 0
                                    

Beruntunglah semua pertikaian itu berlalu cepat bahkan sebelum memanas karena Youka berhasil menengahi, suasana kembali mencair tapi Anna masih merasakan bahwa aura negatif Arul begitu kuat. Kemudian masing-masing cosplayer dibiarkan mengganti pakaian dengan baju kasual awal, saling memberikan high five dan membuat rencana untuk projek berikutnya, saling pamit, dan pulang masing-masing.

Awalnya Anna sedikit tertarik pada Viki, ingin lebih dekat dengan si Koikun tapi melihat aura Arul yang nampak muram Anna menjadi sedikit kasihan. Bagaimana pun, Anna tidak pernah melihat ekspresi Arul yang seperti itu.
Ketika dalam perjalanan bertiga di atas motor pun, Anna menarik napas dalam-dalam dan menepuk bahu Arul membuat cowok itu bergumam.

“Kenapa, Kak?” Youka menyadari gerak-gerik Anna, dia pun bisa berguna sebagai media penyampaian pesan Anna ke Arul begitu pun sebaliknya. Anna memberikan kode dengan menunjuk ke arah perut. Youka mengangguk paham lalu menoleh ke depan. Menyampaikan pesan Anna.

Arul-nii, cari tempat makan! Kak Anna laper!”

Arul terdiam paham lalu mulai membelokkan motornya ke arah kiri, menuju ke arah pemukiman warga yang pastilah banyak kios atau pedagang makanan. Hari semakin gelap. Mentari meninggalkan singgasana langit dan membiarkan bulan yang menggantikan tugas untuk menerangi bumi di peraduan. Meski penerangan bulan tak maksimal, mestilah manusia sangat bersyukur karena setidaknya malam hari tidak sepanas dan segerah siang yang membakar.

Beberapa kios mulai terlihat ramai, belum lagi banyak juga penjual makanan kaki lima yang menjajakan dagangan di pinggir jalan. Arul menyerahkan kehendak pada Anna untuk memilih lokasi makan mereka, apakah di restoran, ruko, atau pinggir jalan. Youka bergerak sebagai penyampai pesan dan tempat yang dipilih Anna adalah ruko karena merakyat, tidak terlalu cenderung menengah ke atas atau menengah ke bawah. Saat menu sudah diberikan, Anna memilih makanan yang sederhana yaitu seporsi nasi ikan bawal lengkap dengan sayur kangkung dan minumnya jus mangga. Arul yang pecinta fast food memilih seporsi nasi ayam goreng tepung dan minumnya air mineral. Youka memesan nasi uduk dan minumnya es teh manis.

“Udah, Kak!" seru Anna mengangkat tangan untuk memberitahukan pada penjual bahwa mereka sudah memesan. Setelahnya Arul menatap Anna serius, auranya masih sama. Apa mood Arul bisa mudah buruk dengan tiba-tiba? Tidak Anna sangka seorang kulkas berjalan pun moody-an.
“Kenapa?”

“Apanya?” Anna terkejut diserang tiba-tiba dengan pertanyaan aneh seperti itu. Arul mengembus napas kasar. Tidak suka dengan sikap Anna yang sok lugu.

“Kenapa ngajak makan?”

“Laper,” jawab Anna singkat.

“Gue nggak napsu,” ungkap Arul sambil mencebikan bibir.

“Terus kenapa mesen?”

“Jadi harus diem liatin lo makan?”

Arul membalikkan. Nada datarnya kali ini membuat Anna hampir tertawa, lucu juga jika dibayangkan Arul hanya datang untuk memelototinya menghabiskan makanan. Pastilah Anna pun akan menjadi risih. Sebenarnya tujuan Anna mengajak Arul makan bukan sekadar lapar, tapi ada lebih dari itu.

“Ah udahlah, gue lagi males ribut.”

“Udah sejak kapan jadi cosplayer?” Berganti Anna yang mengajukan pertanyaan. Segaris kernyitan muncul di dahi Arul, masih garisan halus yang pertanda dirinya sedang berusaha tetap datar. Arul merasa itu bukan sesuatu yang harus dijawab tapi anehnya bibirnya berkhianat.

“Dari awal kelas 11.”

“Eh, baru?” Itu bukan Anna, tapi Youka. Bocah itu tentunya tidak mau tenggelam dalam keheningan lama-lama. Selanjutnya bukan Anna lagi yang mengorek informasi tentang Arul, melainkan Youka.

“Iya.”

“Alesannya apa? Kenapa kok Arul-nii cosplay?”

“Pelarian masalah keluarga dan kalo jenuh basket.”

Anna tersentak halus. Ternyata seseorang seperti Arul yang notabenenya berjati diri sebagai atlet basket SMA Cattleya, setiap harinya berkencan dengan bola, menghabiskan waktu hidupnya berlatih, bisa merasa jenuh juga. Lebih hebat lagi, pelarian yang dipilih adalah cosplay yang dibanding dikatakan sebagai hiburan ringan dan pelepas penat, justru makin bisa buat lebih pusing lagi. Cosplay tidak semudah yang ada di pikiran orang-orang; dari membeli kostum—bahkan ada yang membuat sendiri dengan menjahit bahan-bahan. Mereka disebut cosmaker. Namun sepertinya level Arul tidak dari sana—lalu mencocokkan dengan tubuh—ukuran kostum yang beragam juga merupakan indikator penting karena sudah pasti M dan L berbeda—, memerhatikan aksesoris yang terdapat di setiap karakter dari mulai kepala sampai kaki agar semakin mirip, terakhir melakukan sentuhan make up yang menyesuaikan karakter. Make up di sini saja tidak selalu tentang wajah, terdapat pula riasan untuk tubuh. Misalkan untuk karakter dari serial thriller dan berdarah-darah, pastilah tubuhnya dicat menggunakan body painting merah pekat.

Karena itu ... Anna yang baru pertama kali melakukan cosplay sepakat bahwa cosplay itu ribet. Arul benar-benar di luar dugaan. Apa yang pertama kali dipikirkan cowok itu hingga terjun ke hal-hal macam ini? Mengherankan.

Anna baru teringat sesuatu. Arul, dia berubah setelah mendengar nama ‘Dita’ disebutkan. Pantaskah bila Anna menyinggung itu? Anna terdiam sebentar, membiarkan Arul yang mengajak bicara. Saat ini Youka yang sedang mengorek walau rata-rata pertanyaannya tidak ada yang menjurus.

“Masalah keluarga yang Arul-nii hadapi, sesusah apa?”

“Kalo aku katakan ....”

Perkataan Arul terpaksa terputus karena makanan datang. Pemilik kios datang dan membawakan pesanan mereka menggunakan satu nampan, setelahnya menurunkan piring dan gelas tersebut ke tiga orang tersebut. Anna penasaran dengan kelanjutan kalimat Arul, sayangnya ucapan tersebut harus dihentikan sementara. Youka langsung meraih sendok dan garpu lantas menikmati hidangannya dalam satu-dua sendok. Melihat situasi yang sudah cenderung normal, tak lagi tegang, Arul malah dengan gampangnya memutar telapak tangan.

“Aku hampir bunuh diri.”

Glek!

Sendok yang dipegang Anna gemetar. Tidak menyangka dengan empat kata yang diucapkan cowok itu. Begitu pula dengan Youka, biasanya dia menyukai cita rasa dari nasi uduk namun entah kenapa makanan tersebut tidak bisa melewati kerongkongannya. Seakan tertahan sesuatu yang keras di ujung mulut.

“Intinya ... itu cukup berat buatku.”

“Terus apa yang mau lo lakuin, bawang?” Anna tidak tahan berbicara. Dengan tegas, Anna menjatuhkan sendok yang hampir melayang di udara kembali ke piring. Anna ingin berbicara tanpa makan, atau memilih makan tanpa bicara.

“Nggak ada. Selama gue kenal basket dan cosplay, everything will be okay,” kilah Arul lagi. Anna khawatir apabila Arul nekat benar-benar akan suicide karena masalah keluarga yang entah seberat apa. Pastilah hanya orang terdekat Arul seperti Fariel dan Yugha yang mengetahuinya. Anna? Dia hanya rival Arul, mana mungkin berhak tahu.

“Bawang ....”

“Hm.” Arul melirik Anna. tidak memedulikan nasi dan ayam goreng tepung yang seakan sudah memanggil-manggil untuk dimasukkan ke perut.

Anna menghela napas dalam-dalam. Fokus Anna bagaikan sebuah anak panah yang siap diluncurkan. Mau tidak mau, suka tidak suka, harus pas pada target yang dituju. Pertanyaan itu, anak panah itu, akhirnya dilepas. Melontar lurus ke arah Arul, menusuk ulu hati Arul begitu sampai.

“Apa lo pernah suka sama seseorang?”

------
Haii! Seperti janjiku hari ini up 5 chapter! Siap-siap yaa boom notifnya wkwk

Posted : 23 November 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang