Reason Why I Hate You (2) - 152

14 6 0
                                    

Arul bersiap untuk latihan basket sendirian. Dia malas pulang ke rumah, apalagi setelah mengetahui bahwa peringkatnya lagi-lagi berada di urutan ke dua. Sudah pasti, dirinya akan dihabisi sang mama tercinta. Daripada buru-buru merasakan kepahitan hidup, jauh lebih baik bila waktunya dihabiskan untuk melatih skill-nya demi menyalonkan diri sebagai kapten basket nantinya. Karena dirinya mendapatkan beasiswa non-akademik melalui jalur basket, Arul langsung menjadi atlet basket SMA Cattleya. Namun untuk mencapai posisi kapten, Arul baru bisa mendapatkannya setelah kelas 10 semester dua akhir mendekati kelas 11. Sekaranglah perjuangan beratnya harus dimulai.

Demi melatih kemampuannya, Arul harus pulang terlambat! Namun dia butuh ‘bekal’, mungkin sebotol air dan camilan akan bisa membuatnya sedikit rileks. Dengan cepat, Arul membeli kedua benda tersebut di kantin. Saat ini sekolah sudah sepi, murid-murid sudah pada pulang. Itu pikirannya sampai kemudian apa yang dilihatnya membuatnya bungkam.

Arul meneguk saliva susah payah. Ada seorang cewek di pojokan sedang sendirian. Tidak, bukan masalah Arul ingin mengusik kehidupan seseorang apalagi cewek. Arul merasa ada gerak-gerik aneh yang ditimbulkan. Sedari tadi bahu cewek itu bergetar naik turun dengan deru napas yang tak stabil. Apa yang terjadi? Apa cewek itu baru saja putus? Dimarahi ibunya karena mendapat peringkat jelek? Ya, pertanyaan kedua hanya tebakan saja, sih.

Entah dari mana datangnya, jiwa iba Arul muncul. Cowok itu dengan gesit mendatangi si cewek dan berdiri di depannya. Kemudian bertanya dengan santai. 

“Hei, lo kenapa?”

Satu detik. Dua detik.

Tidak ada respons. Arul mengernyit lantas menyadari bahwa si cewek tengah sibuk menggunakan earphone dan pandangannya terus tertuju ke layar gawai.

Kedua pupil coklat milik cewek ini sama sekali tidak mengedip, terus mengalirkan buliran-buliran hangat yang membuat matanya sembab. Ingus juga terus berceceran membuat Arul agak mual. Meski begitu, Arul jadi kasihan. Ternyata ada juga orang-orang sepertinya yang malas pulang ke rumah hingga tetap tinggal di sekolah, Arul jadi ingin membantunya.

“Lo kenapa?” Arul menaikkan oktaf suaranya tapi masih tak terdengar.
Gemas, Arul menundukkan kepala berusaha melihat ke dalam layar si cewek. Ingin tahu gerangan penyebab yang membuat si cewek terus saja sesunggukan seperti itu. Setelah melihatnya, tempias sudah semua keinginan Arul untuk menolong. Malah sekarang cowok itu menguarkan tatapan jijik.

Tanpa sadar, dengan refleksnya Arul berteriak kencang di hadapannya.

“Najis!”

Anna mengerjap, mendongak dan baru menyadari bahwa ada seorang cowok berdiri di depannya. Sejak kapan? Kenapa Anna tidak tahu? Anna yang paham attitude pada orang lain lantas membuka earphone miliknya, berniat menyapa tapi sebuah kalimat menyakitkan kembali terdengar.

“Plastik ditonton, alay!” kelakar seorang cowok di depannya yang membuat Anna shock hampir mati rasa. Anna pernah mengalami kejadian pembully-an ketika masih kecil, itu pun sudah lama sekali. Apakah ini berarti kisah hidupnya di masa SMA akan terulang kembali?
Apa yang harus Anna lakukan? Bagaimana ini?

Tidak!

Tidak boleh ada yang mengusik masa SMA yang sudah diimpikannya! Setidaknya meski tidak memiliki teman dekat, Anna tidak mau punya haters!

Brak!

Anna bangkit dari tempatnya dan memandang cowok itu tajam. Manik coklat miliknya menantang dengan berani manik hitam itu. Tak luput sedikit pun, sayup-sayup Anna membalas sinis. “Maaf, tadi lo bilang apa?”

Sekarang ganti Arul yang tersentak ringan. Baru sadar bahwa Anna sudah bisa meresponsnya, sedari tadi cewek ini diam saja tidak mendengar saat ditanyai ‘kenapa’, tapi giliran dihina langsung paham. Mengerikan!

“Maaf, gue nggak sengaja bilang gitu.” Lebih baik Arul jujur saja, kan, daripada urusannya semakin runyam!

“Alah!” Anna tidak terima. Selain karena dihina, Anna harus kelihatan kuat sehingga tidak bisa sembarangan dibully. Orang-orang berani memperlakukan seseorang dengan buruk karena terlihat lemah dan tak berdaya. Tentu saja, Anna tidak boleh menunjukkan itu. Dengan ketus, Anna melanjutkan ucapannya sambil tunjuk-menunjuk. “Sok banget sih, lo! Liat aja! Gue nggak akan tinggal diem lo hina gitu!”


Author sakit🥺 Hari ini up 3 chapter aja ya😭 Doain❤🥺

Posted : 24 November 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang