Uninvited Person - 107

22 6 4
                                    

“Ajarin gue, ya!”

“A ... a ....” Anna tidak tahu harus merespons apa, rasanya seluruh tubuhnya mati rasa dan tidak bisa dikendalikan. Kedua pupil miliknya bertemu dengan pupil Ervan yang sipit dan semakin sipit karena senyuman yang cerah.

Ervan mendekat ke arah Anna dan menyatukan kedua tangannya membuat Anna mengerjap bingung. Ervan memohon dengan mengedipkan satu mata sembari menggoda. “Please, ajarin gue ya! Biar gue lolos SBM, cantik.” Astaga. Nikmat Tuhan mana yang harus didustakan? Meski wajahnya laki banget, kelakuannya ternyata semanis ini. Jauh bila dibandingkan dengan si kulkas berjalan, eh! Ini bukan saatnya memikirkan makhluk aneh itu.

Kedua makhluk itu saling duduk bersama di sofa rumah. Youka harap-harap cemas, seakan ada sesuatu yang dipikirkannya dan mengganjal. Ada hubungan apa antara Anna dengan makhluk tampan berwajah keturunan Chinese ini?

Apakah Arul sudah didepak dari kehidupan Anna? Ini gawat! Youka meremas jari, semua bisa jadi berantakan.

Tok tok.

Youka mendongak, itulah suara yang sedari tadi ditungguinya. Suara pintu yang menandakan bahwa seseorang sudah datang, semoga kali ini yang datang sesuai dengan ekspektasinya!

Begitu pintu sudah terbuka, sesosok cowok berkaus hijau army dan celana pendek selutut berdiri di hadapannya. Menggunakan gaya pakaian yang sangat kasual namun tidak menghilangkan ciri khasnya sebagai makhluk yang memiliki aura dingin dan datar. “Yo, Youka-gami!”

“A ... Arul-nii-san.” Kedua bola mata Youka melebar, senyumnya mengembang. Arul membalas senyuman tipis sambil melirik ke dalam rumah, tentu saja hal itu dilakukan tanpa sengaja mengingat tubuh Youka yang mungil sehingga pandangan Arul menjadi lebih luwes untuk memandang kondisi di dalam. Anna sedang berbincang dengan seorang cowok yang kulitnya sangat cerah, keduanya terlihat begitu akrab. Arul meneguk saliva, apa ini alasan Anna tidak mau lagi mengajarinya Fisika menjelang PAS? Oh ternyata, begitu.

Ervan menyadari kehadiran Arul lalu mengulas senyum manis. “Hai, gue Ervan.”

Arul mengalihkan pandangan, tidak mau sok akrab. “Gak ada yang nanya tuh,” ketusnya.

Ervan tidak menurunkan senyumnya, cowok itu kembali melirik Anna dan buku cetaknya. “Ayo, Na, ajarin gue lagi.”

“Arul-nii-san, ayo nonton anime!” Youka menarik-narik celana Arul membuat cowok itu kewalahan menghadapinya, Youka super berisik kalo sudah berkaitan dengan kesukaan memang. Anna gelisah, suasana belajar semacam ini sangat tidak kondusif. Bagaimana dia bisa mengajar Ervan?

“A ... anu, Kak.” Anna teringat sebuah restoran yang pernah digunakannya bersama Arul, lokasinya tidak begitu jauh dari rumah.

Ervan menyadari gerak-gerik Anna yang tampak tidak nyaman. Dia menarik tangan cewek itu agar tubuhnya mendekat kemudian membisikan sesuatu yang membuat Anna membatu.

Ok? Gapapa, kan?” Ervan masih memasang senyum manisnya. Anna bingung, apakah hal itu tidak apa dilakukan? Rasanya ... aneh dan terlalu berisiko. Ervan mengangguk berusaha meyakinkan Anna bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kini cowok berkulit cerah dan pemilik mata sipit itu bangkit berdiri dari sofa dan berkata. “Na, gue pinjem toilet, ya.”

“I-iya, Kak.”

Cowok itu segera cabut dari lokasinya, sebelumnya dia kembali menatap Anna dan memberikan senyuman termanis.
Arul melirik sedikit bersamaan dengan Anna yang sekarang balas menatapnya. “N ... ngapain lo ke sini?”

“Oh. Biasa, Youka mau nonton anime.”

Anna tidak lagi bertanya apa pun, dia menggeser posisinya bermaksud membiarkan Arul dan Youka yang menggantikan posisinya. Arul merasa aneh, kalau dia dan Youka yang di ruang tamu lantas Anna dan si cowok bernama Ervan itu akan ke mana? Mencari tempat lain pastinya, kan?

Tanpa sadar, Arul menyindirnya. “Gue nggak nyangka, lo segampang itu ngizinin cowok buat main ke rumah lo.”

Anna menyipitkan mata. “Emang lo bukan cowok?”

Arul terkekeh sinis. “Gue dateng bukan buat lo, plastik.”

“Karena lo dateng bukan buat gue, jangan ikut campur. Bisa kan, bawang?” Anna membalas, Arul hanya terkekeh saja. Suasana keributan seperti ini, sudah berapa lama Arul tidak lagi merasakannya?

Entah kenapa momen-momen seperti ini terasa hangat bagi si cowok kulkas, tanpa sadar dia menyunggingkan senyum.

-----
Yuhuuu! Aku suka hari Kamis, apa kabar temen-temen? Suka cerita ini?🥺

Posted : 15 Oktober 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang