"Kita mau ke pos mana dulu, Kak?" tanya Wanda polos. Anna memasang wajah kecut, sumpah nih anak nyebelin abis!
Sepanjang perjalanan bocah kecil kelas sepuluh ini terus saja menanyakan ke arah mana mereka pergi, padahal belum ada satu pos pun yang berhasil mereka tempuh. Sejujurnya Anna sendiri belum tahu, ke mana dirinya akan membawa kesembilan orang ini. Oh ya, sekadar informasi sudah jelas dan sudah tentu Anna mengorbankan dirinya menjadi seorang ketua. Jangan tanya apa alasannya! Sudah jelas kan, makhluk-makhluk sisanya ini Cuma kumpulan makhluk abstrak yang bahkan menjadi ketua saja pastinya tidak sudi. Jadi daripada membuat keributan yang tidak jelas, Anna memilih mengalah saja.
Meski Anna belum tahu mau memutuskan pergi ke pos mana dulu, seenggaknya bisa nggak sih mulut Wanda disumpal saja? Pakai kain apa kek, kertas apa gitu. Biar nggak membacot sepanjang perjalanan! Heran banget! Bahkan Ririn yang terkenal berisik pun kalah jauh sama bocah ini, gitu.
"Pos dua, mungkin," jawab Anna masih bersabar. Please, lah. Dia ini junior! Harus tahan banting dan tahan sabar. Lagipula ini kan malam keakraban, bukan malam keributan!
Akhirnya setelah bermeter-meter mereka menyusuri jalan setapak yang membuat mereka terpisah dari kelompok lain—masing-masing kelompok dibebaskan untuk berjalan sesuai kemauan mereka—, kelompok Anna berhasil sampai di salah satu pos. Tampak bendera hitam pertanda mereka telah sampai di salah satu pos, meski belum tahu ini pos berapa. Mungkin nomor berapa pos tersebut, dirahasiakan.
"Heya, selamat datang di pos tiga!" Salah satu anak OSIS yang dikenali Anna bernama Kimi tersenyum licik. "Oke, kalo boleh tau kalian kelompok berapa?"
"Eh, kita kelompok berapa?" tanya Indra santai. Ingin rasanya Anna memaki dan menjambaknya karena meski sudah diingatkan berkali-kali, tetap saja anak itu lupa. Septa malah ikut menanggapi, pula. Apes banget, Anna! punya kelompok kaya mereka.
"Kan tadi gue udah bilang, ada yang inget nggak?"
Seluruh anggota kelompok Anna menggeleng, Anna lantas menghela napas sambil menunduk. Ini benar-benar malam keakraban terkampret seumur hidupnya!
"Kami kelompok ...." Ririn mulai mengeluarkan suaranya, Anna langsung bangkit. Dirinya memangkap secercah harapan terang di tengah kegelapan. Ayolah, Ririn! Meski Cuma satu orang yang benar, tidak apa. "Sepuluh."
Anna nge-flat. Salah besar!
"Bukannya kelompok sepuluh baru aja lewat, ya! Masa kelompok sepuluh ada dua?" Kimi mengangkat sebelah alis untuk memastikan, belum ada dua detik Kimi berbicara Anna langsung menyela untuk meralat.
"Maaf, salah, Kim. Maksudnya kelompok sembilan."
"Cih! Ketuanya siapa sih?"
"Gue," jawab Anna lagi.
"Tuntun anggotanya yang bener dong, masa nomor kelompok sendiri nggak tau!"
Lo sendiri belom tentu kuat jadi gue, Kim! Anna membatin sadis.
"Oke, jadi di pos ini kalian bakal diadain soal pengetahuan umum untuk menilai kekompakan kelompok kalian, jadi nanti gue bakal kasih satu fakta dan kalian harus harus menebak apakah fakta tersebut benar atau salah. Kalau menurut lo benar, lo bergeser ke kiri, dan kalo salah lo bergeser ke kanan."
"Kalo nanti nggak sama gimana?" tanya Zaki.
"Ya gapapa, kalian jawab aja sesuai isi hati kalian. Ada poin penilaiannya, kok!"
"Oke siap boskuee!" jawab Septa dan Indra bersamaan, sumpah mereka tuh kompak banget!
Kimi mengangkat senyum tipis. "Ok, game start!"
-----
Haii!!! Menurut kalian kelompoknya Anna gimana? Yuk coret-coret bagian komentar!
Oh ya, selamat hari Jumat minna^^ Ini hari yang bagus buat beribadah lho❤🥺
Posted : 24 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
Teen Fiction"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...