Youka mengedarkan pandangannya pada seisi rumah. Menurutnya ini adalah sebuah kesempatan mumpung rumah ini sedang kosong. Tidak ada Anna mau pun papa, kedua-duanya sedang di luar. Anna belum pulang sampai sesore ini dan papa pun biasanya pulang malam hari.
Bocah itu berusaha mencari hal yang ganjil, entah kenapa batinnya tidak enak. Rasanya masih banyak misteri-misteri yang disimpan oleh mereka berdua. Apakah Youka harus mencari tahu? Atau jangan? Pergolakan itu cukup berat, tetapi Youka yakin bahwa pilihannya tidak salah. Ya, semoga saja.
Cepat-cepat Youka memutari ruang tamu lalu membuka satu demi satu laci rumah, lagi dan lagi. Youka sempat menemukan foto seorang cewek yang sama dengan yang pernah dia tunjukan ke Anna. sebenarnya ada hubungan apa Anna, papa, dan cewek misterius itu?
***
Anna berusaha tidak mau tahu permasalahan mengenai pesta dansa di malam keakraban nanti. Akhirnya dia lebih memilih menarik jus mangga yang ada di meja hadapannya. Dia belum mau pulang sampai sesenja ini, diliriknya tempat yang tidak pernah berubah selama dua tahun lamanya. Sebuah tempat yang didominasi warna hijau muda dengan desain banner warna-warni bergambar buah-buahan; stoberi, mangga, jeruk, dll. Tempat favorit Anna dalam suka mau pun duka, sebuah kafe sehat yang tidak terlalu ramai. Bahkan karyawan di sana, Gifari, sudah cukup akrab dengannya.
Sudah satu jam lebih Anna di sana dengan pandangan kosong. Walau otaknya memaksa tidak mau tahu tapi hati Anna terus bergejolak. Bagaimana ini?
"Na, lo gak papa?" tanya Gifari yang memerhatikan Anna sedari tadi. Anna kini mengalihkan pandangannya dan memerhatikan secara langsung wajah lelaki yang tengah memakai celemek putih itu. Gifari itu adalah seorang cowok yang easy-going, peduli, ramah, dan yang terpenting dia memiliki senyum manis ditambah dengan kedua lesung pipi. Tidak heran banyak sekali cewek yang mampir ke kafe hanya demi melihat senyumnya. Hal itu berbeda dengan Anna yang lebih cenderung menyukai kafe ini karena sepi dan membuat kita lebih produktif dalam memikirkan sesuatu.
"Hei!" sekarang Gifari mengibas-ngibaskan kedua tangan miliknya di depan wajah Anna membuat cewek itu tersadar kalau daritadi dia bengong.
"Nggak papa, kok," jawab Anna singkat, lalu membuang wajah. Dia tidak mau nantinya Gifari akan salah mengira yang bukan-bukan.
"Lo kayak sama siapa aja, Na, cerita aja dong sama gue." Gifari makin merekahkan senyuman teduhnya bahkan mengangkat jempolnya. "Pasti gue bantu, kok."
Memang, karena Anna terlalu sering main ke kafe sehat ini, dia jadi cukup dekat dengan Gifari. Ya tentu saja sebagai teman. Lagipula Gifari itu hanya beda dua tahun dari Anna. Cowok itu terpaksa berhenti sekolah demi menghidupi keluarganya. Satu hal yang Anna kagumi, Gifari tidak pernah kelihatan lelah atau pun sedih. Dia selalu tersenyum di depan semua orang.
"Gue ... bingung. Jadi kan bocah-bocah Cattleya pada bikin acara Makrab tuh, nah nantinya bakal ada pesta dansa. Gue gak tau pasangan gue nanti siapa, lo tau lah gue tuh nggak pernah deket sama cowok mana pun."
"Yaudah gak usah ikut. Gak wajib, kan? Bukan dari pihak sekolah ini, kan?"
Anna menarik kedua alisnya tak terima. "Dih, nggak bisa gitulah. Gue kan ranking satu di kelas gue, kalo gue nggak ikut nanti dianggep sombong, lagi!"
"Hm, iya juga, sih." Gifari lantas berjalan, tampaknya itu karena ada seseorang pengunjung yang datang dan meminta dilayani. "Bentar ya, Na."
"Iya." Anna mikir keras sekarang. Anna memerhatikan gerakan Gifari yang lincah dan cekatan dalam memotong buah apel sebelum buah itu dieksekusi ke dalam sebuah blender berukuran cukup besar. Setelahnya jemari cowok yang berurat itu—mungkin karena terlalu rajin bekerja—menyalakan blender dan tak berselang lama, dia menuangkan jus apel tersebut ke dalam gelas. Barulah jus apel yang sudah jadi itu diberikan kepada pelanggan yang telah memesan.
Gifari kini kembali melangkahkan kaki menuju meja Anna. Cowok itu menjentikan jari keras-keras di depan wajah Anna yang sontak membuat cewek itu mengerutkan dahi.
"Lo ngapain, sih?"
Dengan menggebu-gebu, Gifari menarik kursi di depan Anna lalu duduk dengan santainya dan menampakkan wajah antusiasnya. "Gue ada ide!"
"Ide apaan?"
Gifari tersenyum. "Lo bakal ikut makrab dan akan dapet pasangan di sana!"
"Serius lo?" Anna tampak tidak yakin. Pasalnya, meski Anna adalah seorang cewek berotak encer tetapi dia tidak pernah terlibat hubungan akrab dengan cowok mana pun. Dan para konco-konco kelasannya itu tidak mungkin tertarik pada Anna disaat kelas 11-A saja memiliki lebih banyak cewek cantik dibandingkan Anna yang terkesan biasa saja.
"Serius, kok," goda Gifari yang sejujurnya masih meragukan. Tapi mungkin saja, benar. "Percaya sama gue."
-----
Halo!!! Kira-kira kalian bisa nebak gak sih apa yang bakal diucapin Gifari? Wkwkwk😂
Posted : 8 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
Teen Fiction"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...