Envy? - 76

41 9 1
                                    

"Udah, ayo, ah! Gue bosen di sini." Ririn mengecilkan suaranya sehingga mirip seperti suara tikus berdecit. "Ayo."

Anna tidak dapat berbuat banyak kalau Ririn sudah memaksa seperti itu, dia adalah tipe cewek bersuara besar yang tak segan menjadi barbar kala permintaannya tak terpenuhi. Daripada harus diusir secara tidak terhormat oleh Bu Yanti, lebih baik mereka pergi sendiri tanpa paksaan. Anna mengambil satu buku lalu membawanya ke lokasi tempat Bu Yanti masih terduduk. Guru penjaga perpustakaan itu sedang asyik memegangi cermin sambil memencet-mencet jerawat matangnya.

"Bu," panggil Anna. Bu Yanti melongok santai seakan memastikan siapa yang memanggil lalu menaruh cermin miliknya ke dalam tas. Menghampiri Anna dengan seulas senyum manis.

"Oh, Anna. Iya, ada apa Nak?"

Ririn memasang wajah muram. 'Kampret! Giliran sama murid pinter cepet lo, Bu!'

Anna mengangkat buku tersebut lalu mengeluarkan sesuatu dari kantungnya. Sebuah kartu tanda pelajar SMA Cattleya. "Saya mau minjem buku, Bu."

Bu Yanti mengangguk lalu mengambil kedua benda tersebut dan mengetak-ngetikkan sesuatu di layar komputernya. Dua menit kemudian, ia menyerahkannya kembali pada Anna.

"Anna emang pinter dan kalem ya, berbeda sama temen kamu yang berisik ini." Bu Yanti melirik-lirik Ririn, mengeluarkan satire yang kejam. Anna hampir tidak bisa menahan tawanya, sedangkan Ririn menunjuk diri.

"Kok jadi banding-bandingin, Bu?" Ririn bersungut kesal. "Emang ya dunia cuma adil sama makhluk yang good looking dan pinter, doang."

"Yeee ... saya bilang gitu biar kamu tuh termotivasi, rajin belajar juga sama kayak temen kamu ini. Ketularan pinter gitu, lho."

Ririn tidak menjawab apa pun lagi, dia berjalan terseok-seok keluar dari perpustakaan. Anna khawatir lalu mengejar dan memanggilnya.

"Woi, Rin!"

"Apaan?"

"Kok lo kesel sama gue, sih?"

"Nggak juga," jawab Ririn masam. "Gue cuma bete aja. Kenapa kok guru kampret kayak gitu udah kaya emak-emak aja. Banding-bandingin anak gitu."

"Ya kan emang Bu Yanti udah ibu-ibu sih, jadi pasti emang suka banding-bandingin."

"Tau ah, lo mah gak peka, Na!" Ririn kembali berjalan menjauh meninggalkan Anna. Apa dia baru saja membuat kesalahan lagi? Langkah Ririn kini menjadi besar-besar sehingga Anna tidak mampu mengejar dan malah kehilangan jejak.

Karena ngos-ngosan mengejar makhluk tinggi macam Ririn, Anna memerhatikan sekeliling. Ada beberapa anak dari kelas 11-B yang sedang menongkrong di bawah pohon mangga. Mereka berkerumun. Tiba-tiba Anna jadi teringat perkataan Ririn yang menjelaskan bahwa Arul sudah tidak masuk selama berhari-hari. Entah kenapa ada sisi lain dari Anna yang turut penasaran, tapi di sisi lain Anna merasa senang. Pantas aja tidak ada pembuat onar yang selalu mengganggu ketenangan hidupnya.

Akibat berjalan maju tetapi kedua pupil bergerak jelalatan ke mana-mana, Anna jadi tidak fokus dan malah ....

Bruk!

Dia menabrak cowok berwajah berandalan dan cuek yang pernah satu kelompok dalamnya ketika malam keakraban; Verel. Verel memandang Anna agak angkuh.

"Mata lo ke mana?" decak Verel setengah mengegas, Anna menunduk kecil, tidak mau memperpanjang masalah. Lagipula memang ini kesalahannya yang tidak berhati-hati ketika berjalan.

"Sorry."

Detik berikutnya, Anna tersadar bahwa cowok itu berada di kelas yang sama dengan Arul. Apakah aneh kalau seorang musuh menanyakan kabar musuhnya?

"Ehm .... maaf, gue mau nanya sesuatu." Anna menggigit bibir lalu membasahinya dengan lidah. Agak ragu, tapi entah kenapa tiba-tiba pertanyaannya lancar terlontarkan. "Arul ke mana, ya?"

-----
Hello!!!! ❤❤❤😍
Maaf baru sempat up RSPC lagi!
Gimana? Enjoy this chapter?
❤😍
Posted : 6 September 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang