Uncliche - 58

66 12 1
                                    

Arul sesekali melirik spion motor. Wajah Anna kumal, kucel, dan rambutnya berantakan tertiup angin. Fokus Arul bukan pada itu. Hal yang membuat Arul terfokus adalah wajah Anna kayak habis nonton film horror yang banyak jumpscare-nya. Entah apa yang membuat cewek itu sangat ketakutan.

Arul mengerutkan dahi. Dia ngira gue nyulik, gitu?

Barulah Arul sadari sesuatu. Tubuh Anna gemetaran, mungkin dia sudah kedinginan karena terkena hawa dingin jalanan. Angin terus meniup tanpa ampun. Arul menghela napas kasar lalu tanpa aba-aba memberhentikan motornya di sebuah toko yang tutup. Anna mendelik. "Lho, kenapa berenti?"

Arul memberi kode agar Anna turun, meski sempat ragu cewek itu menurut saja. Toh, jalannya masih Anna kenali. Arul tidak berniat menculiknya, kan?

Cowok itu dengan santai membuka jok motornya lalu mengambil sesuatu dari sana, setelahnya dia mengarahkan benda tersebut pada Anna. Anna menurunkan pandangannya, menatap lurus jaket bomber itu sambil memiringkan kepala. Arul memajukan kepala, memberi kode agar Anna mengambilnya. Anna menatap nanar lalu perlahan mengambil benda itu.

Tidak tahan dengan komunikasi non-verbal, Anna langsung menyerocos. "Buat gue?"

"Hm."

"Kenapa?" Anna heran, kayak tidak mungkin saja gitu seorang kapten basket tercuek se-SMA Cattleya tiba-tiba memberikan jaket. Anna sedang tidak menang giveaway, kan? Sudah lama dia tidak ikut hal begituan di sosial media.

"Lo dingin," jelas Arul datar. Bahasanya sedikit rancu. Berkali-kali Anna mengernyit. Bingung menerjemahkan makna bahasa Arul. Sebenarnya yang dingin itu bukannya Arul?

"Dingin gimana maksudnya?"

Arul melotot tajam. "Cepetan pake."

Otak Anna kemudian loading. Oh, maksudnya dingin itu kedinginan, toh! Anna memasukkan kedua tangannya pada lubang di lengan jaket lalu menyampirkan dengan benar. Anna kemudian menatap Arul seolah memberi jawaban bahwa dia sudah mengenakannya. Arul kelihatan enggan melihat lalu segera kembali ke motornya. Anna mendengkus, selalu heran dengan sikap Arul yang tidak bisa ditebak.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tidak banyak obrolan sama sekali karena Arul cuma berfokus menyetir. Tidak lagi melirik ke belakang seperti tadi. Tiba-tiba Anna memanggilnya.

"Bawang!"

"Yo."

"Lo minjemin jaket ke gue, emang lo nggak kedinginan?"

"Nggak," jawabnya. "Gue anget."

Lagi-lagi jawaban yang tidak jelas. Sudahlah, berbicara dengan Arul saat dia sedang di jalanan memang bakal berakhir meningkatkan darah tinggi.

Anna turun dari motor Arul lalu bersiap untuk membuka pagar. Dari kemarin Youka selalu menanyakan Arul dan kebetulan cowok itu malah mengantarnya pulang. Mungkin hari ini mereka berdua bisa bertemu.

"Oi, plastik!" Belum sampai dua langkah lagi Anna mencapai pagar, Arul sudah memanggilnya. Anna pun kembali berjalan mendekati Arul.

"Kenapa?"

Arul mengangkat tangan seolah meminta sesuatu. Anna mengerjap. Bingung, lagi dan lagi sikap dan ucapan Arul selalu ambigu.

"Bayar," ucap cowok itu santai.

"Hah?" Anna menggaruk tengkuk. Makin kebingungan.

"Lah, lo pikir ini gratis?" Arul manyun. "Cepet bayar. Bensin gue mahal."

Dada Anna sesak. Dia pikir dapat menghemat uang jajan hari ini, eh taunya malah diperas. Astaga, Arul yang menawarkan tumpangan tapi kok malah gitu. Dengan berat hati, Anna mengambil dompet di dalam tasnya lalu mengambil uang sepuluh ribuan dan menyerahkannya pada Arul.

"Tuh, dasar tukang ojek mesum." Anna mendumel ria. Tetapi Arul bodo amat. Cowok itu malah menerima uangnya dengan sangat ikhlas. Jujur saja, Anna berharap dapat kembalian tapi ternyata itu tak menjadi kenyataan. Pias, sudah! Lenyap sepuluh ribu untuk jasa ojek seorang kapten basket SMA Cattleya!

Apes, apes!

Sementara Arul, berbanding terbalik. Dia tersenyum bangga.

2-0.

-----
Yohooo!!!!! Ini hari Minggu, selamat bernolep ria sobat cumi. Btw jangan lupa vote dan comment yaaaa!!! Lop yuuu sobat cumi🐙🐙

Posted : 16 Agustus 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang