“Na, tadi sebelum masuk kelas. Lo abis ngomong apaan sama si Bale?” tanya Ervan penuh selidik sambil merapihkan mejanya bekas belajar tadi. Entah kenapa Ervan kurang menyukai Balerina karena cara bicaranya yang cenderung blak-blakan dan tidak punya sopan santun. Meski pun Balerina pintar keterlaluan bahkan lompat kelas, tetap saja cewek pecinta Chuba itu umurnya yang termuda. Kalau kata Ervan, dia itu kaya prestasi tapi miskin attitude.
“Kenapa emangnya, Kak? Dia cuma kasih Anna minum aja, kok.” Anna tidak merasa tersinggung sedikit pun, malah dia memaklumi sikap Balerina dan agak kagum karena dia berani mengutarakan apa saja isi otaknya. Sikap ragu-ragu tidak ada dalam kamus cewek imut itu. Anna berfokus merapihkan buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Ervan dan Anna sama ribetnya, suka mengeluarkan banyak buku dalam sekali belajar.
“Oh gitu.” Ervan mengangguk. Tanpa sadar bukunya terhempas ke bawah meja Anna, Anna bermaksud mengambilkan namun Ervan dengan cekatan sudah mau mengambil. Tanpa sadar tangan mereka saling bersentuhan, sedikit getaran hangat merasuki tubuh Anna. Hening seketika.
Kenapa Anna baru menyadari sang pemilik wajah keturunan Chinese ini ternyata masuk dalam kategori tampan? Bibir tebal Ervan membius Anna untuk berfokus ke situ. Warnanya agak menggelap alias tidak terlalu merah seperti delima tetapi lembab seolah cowok itu rajin menggunakan pelembab bibir. Anna menggigit bibir.
Ervan seakan terhipnotis oleh kerupawanan Anna, kenapa dia baru sadar sang cewek sesederhana Anna mampu membuat dadanya berdebar kencang bak berlari di lapangan luas?
“Ehem,” deham Ervan seakan baru menyadari situasi. Anna segera melonjak mundur untuk memperlebar jarak mereka namun karena posisi Anna yang tidak terlalu jelas antara duduk atau berdiri, dia malah setengah terjengkang. Cepat-cepat Ervan menangkap tangan Anna dan menarik tubuh Anna ke arahnya agar Anna tidak kehilangan keseimbangan. Dalam sekejap, kepala Anna bersandar di dada bidang milik Ervan. Anna dapat merasakan degupan yang begitu besar, pipi Anna kian bersemu merah bak orang kasmaran.
Ervan berbisik lembut di telinga Anna. “Rasanya gue mau belajar lebih sering sama lo, Na.”
“E-eh?” Anna tergagap. Baru kali ini ada seseorang yang mau menunggu kelambatan Anna, memang Anna terlalu teliti hingga berkali-kali mengecek isi tasnya ketika pulang sekolah. Kata ketinggalan itu sangat haram bagi Anna. Makanya kadang berkali-kali dia ditinggalkan sendirian. Siapa sangka bahwa penyakit ‘teliti’-nya itu terbawa hingga di tempat les? Dia berdua saja dengan Ervan sekarang, Ervan pun sepertinya memang sengaja menunggu Anna.
Ervan meniup napas hangat di telinga Anna. “Lo itu pinter banget dan masa depan lo masih panjang. Sedangkan gue harus ikut SBM sebentar lagi, boleh kan gue ke rumah lo? Gue mau belajar banyak lagi sama lo, Na.”
“A-anu, Kak .... “ Anna berusaha mengendalikan dirinya agar tidak terbawa suasana. Jarak tubuh mereka benar-benar hampir nyaris tidak ada. Ervan tidak memberi kesempatan Anna untuk menjauh.
Gawat! Anna sudah tidak bisa berpikir apa pun lagi, dada bidang milik Ervan benar-benar terasa di depan wajahnya. Ervan menenggelamkan kepala Anna lebih dalam ke sana dengan cara mendorong tubuh Anna lebih dekat dan dekat lagi.
Ervan berbisik lagi, dengan suara berat miliknya dia berkata lembut. “Gue nggak terima penolakan, Na.” Parfum maskulin milik Ervan menyeruak paksa masuk ke indera penghidu milik Anna membuat cewek itu hampir setengah gila dalam kenyamanan yang dibuat Ervan. Kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya?
-----
Hihihihi yuk tebak habis ini kelanjutannya gimana?🥰🥺Stay support this story yupss❤🥰
Posted : 11 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
أدب المراهقين"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...