Anna datang ke sekolah dengan setengah mengantuk, dia lesu sekali. Bawah matanya menghitam dan dia tak berhenti menguap. Semalam dia memaksakan diri belajar mengerjakan tugas yang begitu menumpuk karena dia ingin bersantai di hari libur, ya tentu saja karena dia ingin menghabiskan waktu liburnya itu untuk melakukan hobi! Dengan sangat terpaksa dia pun begadang sampai jam dua belas malam, itu hal yang jarang bagi seorang Anna yang selalu tidur tepat waktu. Yah, mau bagaimana lagi. Pengorbanan, sih!
Sontak saja begitu Anna baru saja melangkahkan kaki di kelas, Ririn langsung melotot tidak percaya. "Woi, Na! Lo ke sekolah mandi, gak?"
Anna hanya melempar tatapan tajam yang malah membuat Ririn tergelak, baru kali ini Anna datang dengan wajah pucat, kantung mata besar, dan rambut acak-acakan seperti lupa disisir dan berusaha diakali dengan cara diikat saja. Sungguh, penampilan Anna sekarang mirip seperti ....
"Lo tuh mayat babu, ya?" tunjuk Indra sambil melontarkan komentarnya. Kalian ingat kan kalau kelas 11-A ini banyak sekali murid bak netizen? Selalu saja berkomentar seolah tidak ada habisnya.
"Gue abis begadang," lirih Anna mencoba menjelaskan. Hal tersebut malah membuat yang lain ikutan mengoceh.
"Begadang jangan begadang." Septa mulai mendendangkan suaranya membuat Ridho bergoyang di tengah kelas. Banyak siswi yang memberi tatapan jijik. Mata mereka sakit.
"Kalau tiada artinya," lanjut Indra.
"Begadang boleh saja?"
Anna mendengus, dia hanya mampu geleng-geleng saja. Tidak habis pikir dengan tingkah para konco-konco kelasnya itu, ya mau gimana lagi. Untungnya mereka tidak berani nakal dengan para guru, itu salah satu kelebihan murid-murid SMA Cattleya. Mereka melucu, mereka bercanda, tapi tidak nakal dan kurang ajar dengan menentang para guru seperti anak SMA kebanyakan. Ya kalau ngegosip-gosipin dikit karena sebal sama guru sih, iya pasti. Hahaha.
Sebenarnya hal tersebut karena SMA Cattleya merupakan salah satu sekolah favorit dan tentu saja biaya untuk bersekolah di sini tidak murah. Jika siswa atau siswi berani mencari masalah yang aneh-aneh maka ancamannya sudah tidak main-main. Bisa-bisa yang bersangkutan tidak naik kelas! Lebih parah lagi, untuk kelas 12 sudah dapat dipastikan mereka langsung tidak diluluskan, dikeluarkan, dan tentu saja akan diberikan surat blacklist. Hal mengerikannya, jika sudah mendapat surat blacklist SMA Cattleya besar kemungkinan mereka akan sulit diterima masuk sekolah lain. Seram banget, ya? Lagipula masuk SMA Cattleya saja tidak mudah, meski pun sekolah ini sekolah swasta mesti diingat kualitas sekolah ini benar-benar diperhatikan. Contohnya, untuk masuk SMA Cattleya saja ada tes seleksi masuk sehingga yang sudah resmi menjadi anak SMA Cattleya bukan anak-anak sembarangan, bukan?
Tetapi jangan salah, jika sudah berhasil menjadi salah satu murid SMA Cattleya dan bahkan lulus bisa menjadi lirikan berbagai macam universitas pilihan mengingat SMA Cattleya bermitra dengan berbagai universitas besar. Lulusan SMA Cattleya akan dianggap terpandang, disiplin, dan pastinya berkualitas. Biaya sekolah sudah mahal, fasilitas yang terjamin oke punya, tes seleksi yang cukup berat, masa iya tidak mendapat hasil yang optimal?
Oh ya, pastinya tidak semua siswa yang diterima merupakan hasil tes seleksi dan jalur beasiswa. SMA Cattleya juga tidak menutup kemungkinan menerima murid dengan otak yang biasa aja, intinya yang tak terlalu encer, asalkan mempunyai attitude yang baik. Biasanya mereka bisa mendaftar di gelombang terakhir alias sisa-sisaan dan kuotanya pun terbatas. Setelah diterima pun, mereka akan disama ratakan dengan murid lainnya. Bagi SMA Cattleya, mungkin kepintaran bisa dicari, otak bisa dilatih, tapi attitude di atas segalanya. Karena itulah universitas-universitas senang bermitra dengan SMA tersebut.
Eh sudah dulu bahas SMA Cattleya-nya, nanti kalian ngiler mau masuk ke sekolah situ kan berabe urusannya, hehe.
Anna memilik mengedikkan bahu lalu segera merebahkan kepalanya di atas meja, Ririn malah jadi kasihan.
"Lo ngapa begadang, sih? Tumben, amat!" tanya Ririn penasaran. Nah, Ririn ini salah satu siswi SMA Cattleya yang masuk tanpa tes masuk dan jalur beasiswa, jadi maklum saja dia bergantung penuh pada teman sebangkunya yang terlalu encer ini.
"Gue semalem ngerjain tugasnya Pak Tono," jawab Anna jujur.
"Hah? Tumbenan, padahal gak ada pelajarannya hari ini. Lo ngigau?"
Anna mendelik. "Gue bukan kayak lo, Rin, yang kalo ngerjain mepet-mepet deadline. Ujung-ujungnya malah nyontek sama gue."
"Hehehe." Mendengarnya, Ririn langsung tersenyum malu. "Jangan pelit-pelit lah, Na sama sobat sebangku lo ini."
"Iya, iya."
Tak lama, Pak Romi, guru Bahasa Inggris yang terkenal ramah dan asyik pun datang dan langsung menempati bangku guru. "Morning, everyone!"
"Morning, Sir!" jawab murid-murid kelas 11-A kompak membuat Pak Romi mengangguk sambil terus tersenyum memamerkan gigi putihnya. Guru itu kemudian memerintahkan muridnya untuk mengumpulkan tugas yang sudah diberikannya minggu kemarin, semua murid serentak menurut kecuali satu orang yang kini menjadi sorotan utama Pak Romi.
"Hey girl, what happen with you?" tanya Pak Romi yang hanya dibalas wajah pucat dan keringat dingin yang terus mengucur deras.
Bibir cewek yang diajak bicara gurunya itu terus menerus membisu, seperti es yang membeku. Baru kali ini, untuk pertama kalinya ... seorang Anna tidak membawa buku tugas.
----
Hai! Aku update RSPC lagi yaa🥰 yu jangan lupa vote, comment, dan tambahkan ke readinglistmu! Ajak juga temen2 kamu baca yahh🥺
Posted : 16 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
Teen Fiction"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...