Dampak dari traumatis begitu besar sampai Anna benar-benar tak mau lagi menginjakkan kaki ke tempat les, bahkan saking ogahnya Anna membuat sebuah surat pengunduran diri. Awalnya sang papa ingin menanyakan alasan apa yang bahkan sampai membuat putrinya sudah tak tertarik lagi di sana, tapi mungkin itu jalan terbaik. Papa tidak mau menuntut Anna, mungkin Anna sudah kelelahan belajar.
Itu bukan kebohongan, Anna sungguhan memang belajar terlalu keras. Dia belajar sendirian di rumah setiap hari, entah terbuat dari apa otaknya yang bahkan tidak lelah setelah menghabiskan waktu belajar di sekolah di rumah masih saja mengutak-atik buku pelajaran. Tekad kerasnya tak surut walau harus belajar mandiri, Anna sudah pasti akan mengejar mimpi dan cita-citanya untuk berkuliah di tempat yang terbaik.
Sebagai seorang pemegang tanggung jawab yang besar dari banyak orang, termasuk juga orang itu, tidak ada lagi yang bisa Anna lakukan selain harus menjadi sosok yang berhasil. Dengan begitu, dia, pasti bangga.
Anna tidak berani menemui Gifari meski pun cowok itu sudah meminta Anna untuk menemuinya di Kafe Sehat, rasa-rasanya perlu ada lagi yang diluruskan Gifari perihal perasaannya tetapi berbanding terbalik dengan Anna yang merasa semua sudah jelas.
Selamanya mereka hanya menjadi teman, bukan?Anna kembali mengetuk-ngetukkan pulpennya, sudah lima belas soal matematika dikerjakannya. Entah kenapa Anna merasa malam ini begitu dingin, sampai rambut-rambut halusnya berdiri. Keringat dingin memenuhi sekujur tubuh, Anna berniat untuk membuat cokelat panas tetapi karena pandangannya yang sedikit berkunang mengakibatkan dirinya membatalkan hal itu lalu memilih berbaring di ranjang. Berusaha mengempaskan seluruh rasa lelahnya selama ini di tempat terempuk di dunia tersebut.
***
Ini hari Senin, tidak ada drama adegan terlambat bangun lalu disirami air. Itu terlalu klise. Jelas saja Anna sebagai murid teladan justru melakukan hal sebaliknya, dia yang membangunkan papa dalam keadaannya sudah memakai seragam rapih dan bahkan sudah memasakkan sarapan. Karena mereka hanya tinggal bertiga serta rasa-rasanya tidak mungkin mengharapkan Youka yang jelas-jelas masih bocah piyik untuk memasak, bukan?
“Nanti siang kamu beneran berangkat ke sana sendiri?” Papa menanyakan niat Anna semalam yang dibalas Anna anggukan kecil. Kepalanya dari semalam memang pusing dan Anna tidak berniat membahas apapun, bahkan termasuk hal itu. Papa tersenyum lalu mengelus kepala Anna lembut. “Kamu hebat dan berani, kayak mamamu.”
Anna terkesiap mendengar hal itu lalu membalas senyuman hangat itu. “Makasih, Pa.”
Youka tidak berani berkomentar apapun, bocah itu menikmati sarapannya dan tidak mau merusak momen romantis kedua manusia berstatus keluarga kandung tersebut.
***
Seharusnya dalam matahari yang terang benderang ini, upacara berjalan begitu lancar. Memang, prosesi upacara di SMA Cattleya sangat lancar hari ini. Langit yang seakan mendukung, kerapihan barisan yang sudah diatur sedemikian rupa oleh para pengurus OSIS, bahkan sampai pelaksanaan pengibaran bendera oleh para tim pengibar berjalan begitu khidmat. Lagu Mengheningkan Cipta dinyanyikan ratusan murid SMA Cattleya sampai tibanya tanpa sadar saatnya pemberian amanat oleh pembina upacara. Seharusnya semua ini normal, saja kan?
Namun tidak dengan seorang Annandita Aurellia Hafsah, cewek itu berusaha memegangi kepalanya yang seperti dipukul berkali-kali. Menahan nyeri yang terus menyiksa menyebabkan kedua bahunya bergemetar hebat.
Sang pembina upacara menyampaikan amanat yang berkaitan dengan prestasi formal maupun non-formal, bahkan sampai memanggil tim basket SMA Cattleya yang memang sudah terkenal kelihaiannya dalam bermain tersebut. Arul, Fariel, Yugha dan kawan-kawan pun maju ke depan dengan senyum bangganya. Arul hanya memberi goresan tipis agar tidak dianggap sombong.
“Mereka inilah yang harusnya menjadi contoh bagi kalian semua, anak-anakku generasi muda zaman sekarang. Bukannya malah yang suka mabuk-mabukan, narkobaan, bahkan pacaran gelap-gelapan ya.” Sang pembina upacara sedikit memberikan guyonan yang bahkan tidak dapat dimengerti generasi Z. Kepala sekolah yang gokil!
Wajah Anna semakin memucat, dia menunduk untuk menutupinya. Ririn yang menyadari gerak-gerik Anna aneh segera menepuk bahu cewek itu. Untunglah di belakang Anna ada Ririn. Anna menoleh sedikit lalu mengangkat jempol untuk menandakan bahwa dia baik-baik saja.
Sayangnya ... dia tidak baik-baik saja.
Satu ....
Dua ....
Tiga ....
Raga Anna limbung.
-----
Haai!!! Aku awalnya kepengen post kemarin lho pas tanggal 20 karena Robot Sang Peri Cinta resmi sudah 6 bulan dirilis hihihi🥳 Yah, siapa yang duga sih pas aku cek jam udah jam segini yang berarti sudah masuk tanggal 21 hihihi.
Yuk cek instagram @storigga, di sana banyak kejutan lho🥳 Sering komen ya biar nama kalian bisa masuk TV wkwkwk🤣Posted : 21 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
Teen Fiction"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...