Food Box - 121

20 6 3
                                    

Anna tidak menyerah. Tidak hanya berhenti sampai di situ, keesokan harinya Anna berpikir untuk membuat bekal berisi sayuran dan buah karena Arul tidak pernah memakan makanan sehat, cowok itu terlalu sering memakan fast food karena mudah.

Jam pelajaran berlalu begitu cepat seakan-akan semesta berpihak padanya, Anna akan segera mengucapkan ‘terima kasih’ untuk kedua kalinya. Karena terlalu bersemangat, cewek itu membuka tasnya untuk memastikan sekali lagi bahwa benda yang sudah disiapkannya tadi pagi sudah ada di dalam.
Gawat!

Anna memandang nanar, sekali lagi mencoba untuk mengubrak-abrik isi tasnya. Berusaha mencari secercah ahrapan yang bahkan sudah diketahui bahwa harapan tersebut sia-sia.
Pandangan Anna yang terlalu buruk itu mengundang rasa ingin tahu Ririn. Cewek itu langsung saja menceletuk sambil menelungkupkan wajahnya di atas telapak tangan. “Kenapa lo? Kayak abis liat setan aja.”

Dalam hati Anna ingin berkata bahwa sesungguhnya yang dirasakannya jauh lebih buruk daripada melihat setan, tapi apakah Ririn akan paham? Sial, ini beneran sial! Harus dengan cara apalagi nantinya Anna untuk mengucapkan sekadar ‘terima kasih’ ke Arul?

Napas Anna memburu, berusaha menghilangkan kecemasan yang terus saja menyerang tanpa ampun. Menghabiskan seluruh tenaga Anna bahkan sebelum dirinya berhasil menemui makhluk paling dingin yang dikenal sebagai kulkas hidup di SMA Cattleya.

Sebelum berhasil menguak lebih jauh, tiba-tiba dari depan kelas muncullah Zealdy, cowok itu memanggil Indra. “Ndra.”

“Napa Zeal? Nyari sapa?” tanya Indra menyahuti. Zeal dengan wajah dinginnya menyebutkan lirih tanpa bersuara, hanya dengan kode yang dapat dipahami dua cowok itu. Indra mengangguk dan memasang wajah konyol. Sepertinya dia akan melakukan keisengan sebagai netizen kelas 11-A lagi.

“Ririn! Dicariin nih sama Akang Zeal, xixixi!” Indra berteriak membuat satu kelas mendengarnya, dengan semangat teman-teman langsung menggoda Ririn membuat wajah cewek itu kini semerah kepiting rebus. Ririn bergeming, salah tingkah. Zeal tetap saja bersikap cool seolah tidak terusik akan hal tersebut.

Anna menyenggol-nyenggol tubuh Ririn seakan berusaha menyadarkannya pada kenyataan yang menghadang di depan mata. Ririn menutupi wajahnya dengan kedua tangan, malu sekali. Anna menggeleng lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Ririn yang mengenakan anting bintang.

“Buruan, udah ditunggu pangeran lo, tuh. Selama ini kan lo nanyain dia.”
Wajah Ririn malah semakin memerah padam, Anna berhasil membuat Ririn terbang dengan ucapan lirih itu. Tanpa babibu, Ririn berjalan melangkah mendekati Zeal. Dalam hati, Anna merasa bersyukur. Setidaknya Ririn tidak akan menanyakan perihal dirinya yang sedang kerepotan.

Sekarang masalah barunya adalah di mana Anna menaruh kotak bekal yang sudah dipersiapkannya dari tadi pagi? Apakah semua rencana yang sudah dipersiapkannya matang-matang akan gagal begitu saja?

Anna menarik napas dalam-dalam. Tidak, dia tidak boleh menyerah hanya sampai di sini. Dia harus berhasil mencapai harapan terbesarnya! Anna mencari gawai dan menelepon ke rumah, barangkali dia bisa meminta tolong seseorang di rumah untuk membawakannya.

Tidak ada tanda-tanda telepon akan terangkat, Anna menggigit bibirnya keras-keras. “Di mana Youka?” tanyanya bermonolog. Aneh sekali, seharusnya jam segini Youka masih bersantai-santai di rumah. Tidak mungkin, kan, Youka pergi begitu saja?
Anna bangkit dari tempat duduknya, berjalan menuju kantin. Sumpah, rasanya kesal sekali. Anna memilih membeli segelas jus mangga dan meneguknya tanpa ampun agar rasa segar dari buah tersebut langsung melewati lidah dan kerongkongannya. Berusaha melampiaskan semua perasaan negatifnya. Hari ini gagal lagi. Kegagalan yang sudah kedua kalinya, haruskah Anna mencoba lagi?

“Gue ... capek,” keluhnya lalu meluruskan kedua tangan dan membiarkan wajahnya menunduk dalam pada meja kantin. Suasana kantin SMA Cattleya hari ini masih saja ramai, tapi Anna merasakan kesepian di tengah riuh manusia. Anna tidak tahu bagaimana cara untuk bergaul dengan begitu mudah, hidup Anna terlalu monoton. Hanya belajar, belajar, dan belajar. Karena itulah dia mudah merasakan sendirian.

Tiba-tiba kantin menghening, tidak ada lagi suara riuh orang-orang. Mereka seperti dipaksa membisu oleh keadaan. Anna merasa aneh, dia membuka satu matanya—oh bahkan, sedari tadi Anna terpejam—seolah tadi berusaha menikmati keheningan, tapi bukankah ketenangan di sebuah tempat yang ‘seharusnya’ ramai itu aneh? Ya, itulah yang Anna pikirkan.

“Apa yang membuat lo capek?”
Dada Anna berdegup sangat kencang, suara itu bagaikan aliran listrik yang menyengat di telinga Anna. Menguarkan perasaan aneh yang mulai menyebar dalam hati dan pikiran Anna sekaligus, terlalu berbahaya.
Dia ini ....

Cowok itu berhasil membuat orang-orang terdiam, membisu hanya karena melihat kewibawaannya. Keringat yang mengucur sedikit di pelipis, pakaian yang agak basah karena peluh tersebut, pertanda bahwa cowok ini habislah melakukan sebuah kegiatan yang sampai membuat tubuhnya kelelahan. Anna sudah tahu, penyebabnya adalah basket.

Mereka saling beradu pandang selama tiga detik. Ada semacam perasaan hangat yang melingkupi dada Anna, dia tidak tahu apa. Tiba-tiba saja air mata mengalir dari maniknya, seolah semesta mempermainkannya. Setelah membuatnya menyerah karena digagalkan berkali-kali, sekarang malah memaksanya untuk bertindak dan kembali berusaha.

“Ba ... wang ....”

“Lo kenapa nangis, plastik?” tanya Arul heran. Cowok itu jarang sekali singgah di kantin, sama seperti Anna. Hidupnya didedikasikan untuk basket, bedanya Arul mudah bergaul dengan tiap orang. Catat, pada cowok. Kalau cewek, ya datar.

Anna tidak mau menjawab dan menundukkan pandangannya, seolah menghindari tatapan intimidasi Arul. Arul mengangkat benda yang dipegangnya di tangan kanan dengan sesumbar, tidak Anna ketahui benda apa itu. Setelah ditunjukkan di depan wajah Anna, barulah Anna sadar.
“I ... itu ....”

Arul menarik senyum tipis. “Gue nggak nyangka orang kayak lo mau bikinin gue bekal.”

-----
Ini baru kedua kali, lho! Hoho

Posted : 9 November 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang