The Regret - 53

62 12 1
                                    

Anna baru saja sampai ke kamar cewek sampai Ririn langsung memeluknya erat. Pemandangan yang dapat disaksikan Anna adalah berbagai ransel yang sudah dirapihkan. Kamar itu tak sama seperti Anna lihat kemarin. Waktu itu masih banyak barang-barang yang ditaruh sembarangan. Sepertinya perkataan Rosy mengenai Ririn yang merapihkan seluruh keperluannya itu benar. Lebih dari itu, hal yang mampu membuat Anna kagum kuadrat adalah karena Ririn tiba-tiba menangis tersedu-sedu setelah melihatnya. Seperti seorang ibu yang baru saja kehilangan anak dan baru menemukannya dengan sehat wal afiat.

"Bego! Anna bego! Dasar bego!" Ririn kemudian menyedot-nyedot ingusnya. Anna tidak tahu harus berekspresi apa, mungkin ini pertama kalinya dia melihat dengan mata kepalanya sendiri seorang cewek yang bawel, barbar, dan super seperti Ririn tiba-tiba meneteskan air mata.

Selain itu, Anna sendiri pun tidak paham. Atas dasar apa dia dikatai bego?

"Udah, cepetan! Ayo ke bus!" Ririn segera menghapus buliran-buliran air matanya dan menatap Anna tajam, berharap cewek pintar yang baru saja dikatainya bego ini mengikuti langkahnya menuju bus karena mereka tidak punya waktu banyak lagi. Tentu saja, hari Minggu siang ini mereka akan kembali ke Jakarta.

Digantikan oleh Rio sang pelor, Anna pun tidak harus menjadi maskot saat pulang. Anna lebih banyak termenung dan tidak ada yang meributkan hal itu, malah cenderung wajar mengingat Anna pingsan tiba-tiba kemarin. Murid-murid kelas 11-A memberikan persepsi bahwa tubuh Anna mudah lelah dan tidak dapat melakukan hal yang berat-berat. Nah, mumpung sekarang sedang dalam kondisi pemulihan maka tidak ada hal yang dapat dilakukan selain memaksa Rio menggantikan posisi maskot.

"Udah, cepetan, pada naik. Jangan manja!"

"Anjay! Ma bro jadi pemimpin nih, ye!" goda Septa sambil menepuk-nepuk bahu Rio membuat cowok itu menekuk wajahnya, kesal dengan posisi yang menurutnya tak menguntungkan. Tentu saja, masa seorang maskot tertidur di dalam bus? Kan, tidak elit.

"Bacot, udah burua naek ah," balas Rio kemudian melanjutkan lirih, "gue ngantuk tau!"

"Hahaha! Mas pelor bisa jadi maskot ternyata! Gila, gila, gila! Auto nge-fans gue sama lo, Yo!" Lah dalah dalah, si Indra pake acara ikutan! Di mana ada Septa di situ ada Indra, duo netizennya kelas 11-A memang!

Indah sebagai ketua kelas 11-A hanya bisa geleng-geleng saja melihat tingkah konyol mereka lalu segera mengambil posisi di dalam bus.

Di dalam bus, anak-anak kelas 11-A saling bercanda tawa sementara Anna memilih mengambil posisi di dekat jendela dan mulai merenungkan banyak hal. Dia masih kepikiran soal kemarin, itu sungguh memalukan. Kenapa dia harus berhadapan dengan Arul? Masalahnya kalau dihitung-hitung berarti sudah dua kali Anna dan Arul berkontak fisik, pertama karena Arul tiba-tiba menarik tubuhnya dan merangkulnya erat. Kedua, karena phobia dengan petasan Anna malah menjadikan Arul sebagai tameng dan memeluknya kencang tanpa dosa. Duh, sumpah! Memalukan, banget!

Ririn yang duduk di sebelah Anna mulai berkicau, curhat colongan. "Lo bikin gue khawatir aja tau gak sih, Na! Kalo emang badan lo sakit, kan lo bisa bilang ke gue. Biar gue gak jadi dansa sama Zealdy dan ngejagain lo!"

Anna memandang nanar pada Ririn. "Gue ... nggak mau ganggu waktu lo sama Zealdy, selama ini kan lo selalu ada buat gue!"

Usai mendengar penjelasan teman sebangku yang dirasanya tidak logis itu, Ririn lantas mencubit pipi Anna gemas. "Ih! Lo apaan, sih! Bagi gue temen itu lebih penting daripada cowok! Lo nganggep gue apa sih, Na!"

Anna tersipu mendengar ucapan itu, belum pernah rasanya Anna mendengar kalimat itu dilontarkan dari mulut seseorang. Karena itulah Anna membuang muka, enggan melihat Ririn lalu mengalihkannya dengan membahas hal lain.

"Emang lo nggak takut dilempar ke kolam lele karena nggak punya pasangan?"

Mendengarnya, Ririn refleks ngakak di tempat.

"Buahahahahaha!"

Anna merasa ada yang aneh. "Kenapa lo ketawa?"

Saking lucunya, Ririn sampai memegangi perut. "Duh sori, sori! Lo gila ya, Na?"

Wajah Anna semakin memerah, nggak terima. Sumpah! Ririn memerhatikan Anna dengan seksama, lalu kembali tertawa karena tak tahan. Beneran ngakak, dong dia! Sebenarnya kenapa, sih?

"Eh, kenapa sih? Apa yang lucu?"

Ririn langsung menunjuk wajah Anna. "Lo yang lucu, Na." Detik berikutnya Ririn geleng-geleng kepala lalu kembali mencubit Anna.

"Sumpah ... ih! Lo tuh ya, polos amet sih! Mana mungkin lah, hellaw, dalam acara Makrab kayak kemaren ada yang dilempar ke kolam lele! Itu diboongin, bego! Biar kita punya pasangan aja!"

Anna mengerjap, baru tahu fakta barusan. "Serius?"

"Ya iyalah! Sekarang gini, emang lo liat ada kolam lele di sana?"

Anna dengan polosnya menggeleng.

"Ya emang gak ada, lah!" Ririn mendengkus. "Wong adanya kolam renang, kok!"

Buk!

Anna menepuk dahinya frustasi. Gilak! Kalau tahu ternyata itu cuma akal bulus para anggota OSIS, mestinya sewaktu Arul mengklaim dirinya sebagai pasangan buru-buru Anna menendang atau meninju Arul! Sial! Jadi begini rasanya menyesal? Argh! Seandainya waktu bisa diputar!

-----
Yihaaa! Sobat cumiii!!! Apa kabar? Semoga kalian baik baik saja ya🥰🥰 btw aku selalu menunggu kalian komen:") biar aku tau kalian suka cerita ini atau nggak, makasih:")

Posted : 11 Agustus 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang