Teach Him And Win! - 83

50 11 1
                                    

"Wah, wah, ada cewek manis sendirian di sini, ya? Ngapain tuh? Lagi mata-matain sobat gue, ya?"

Anna menundukkan tubuh lalu menjawab. "Enggak, kok!"

"Jangan boong. Lo ngapain masih di sini? Cattleya kan udah bubar daritadi. Ngapain, hm?" Fariel melayangkan tatapan penuh selidik. Anna berusaha meyakinkannya.

"Nggak ngapa-ngapain, ih!"

"Huuu ... denger ya! Seorang cowok yang sempurna kayak gue gak suka diboongin!"

Dalam hati Anna membatin. Memangnya siapa orang di dunia yang suka diboongin?

Ini gawat! Terciduk oleh sang sobat Arul, benar-benar hari yang sial!

"Riel, lo ngapain?" tanya Arul yang menyadari bahwa Fariel sedang berdiri di depan bangku ujung.

"Hoho, seru nih," gumam cowok narsis tersebut lalu mulai berjalan mundur meninggalkan Anna. Sungguh tidak jelas tujuan dan maksudnya. "Gue pulang dulu. Udah sana kalo lo emang ada urusan sama Arul, selesaikan. Dia nggak suka orang yang nggak to the point."

Anna tidak mau menjawab apapun sampai Fariel resmi tidak terlihat lagi di lapangan. Anna memerhatikan bahwa beberapa kali Fariel menunjuk ke arah lokasinya di hadapan Arul. Ini gawat! Si kampret itu bocor ternyata!

Nah benar saja! Arul malah mendatangi posisi tempat Anna berdiri sambil menunduk-nunduk. "Pus! Pus!"

Dibandingkan seseorang yang habis diberi tahu kedatangan musuhnya, Arul malah seperti seorang pecinta binatang yang sedang mencari kucing hilang. Anna tertahan di posisinya. Arul tidak sadar bahwa ada Anna di hadapannya?

Arul sekarang mendongak. Pandangan mereka bertemu. Jantung Anna sudah berdebar tak terkira, sementara Arul masih memasang wajah datar tanpa dosa.

"Oh. Yo, plastik."

Anna memutar bola mata, merasa harus pergi tapi tak bisa.

"Lo liat kucing loreng oranye? Itu punya Pak Satpam. Katanya tuh kucing kabur ke sini," tukas Arul tanpa menunggu jawaban Anna. Anna menggeleng. Aneh, kenapa jadi bahas kucing segala?

"Oh yaudah." Arul berjalan meninggalkan Anna. Anna tercengung heran. Bisa-bisa banget makhluk ini sesantai itu? Apa Arul sudah tidak mau ambil pusing dengan segala hal yang berkaitan dengan Anna, kah?

Anna meneguk saliva. Tanpa sadar bibirnya bergerak sendiri menyebutkan nama sang cowok wibu tersebut.

"Syahrul."

Dengan sekejap, sang pemiik nama berbalik. Wajahnya tetap datar, apa dia tidak tersentak karena jarang sekali bukan ada yang memanggil seperti itu?

"Kenapa manggil gitu? Tumbenan," tanyanya dingin. Entah kenapa suara Arul jadi tidak mengenakkan. Sangat berat. Apa dia tidak suka dipanggil dengan nama itu?

"Maaf."

"Selama ini lo selalu manggil bawang kan, plastik." Arul merasa aneh. Anna seperti tidak ada gairahnya untuk bertengkar seperti biasa, jadi Arul pun tidak akan mengajaknya duluan.

"Iya. Tapi tolong kesampingkan itu." Anna mengukuhkan diri. Ini adalah amanah. Tidak boleh dilanggar seenak jidat. "Gue bukan mau ngomong sebagai rival lo selama ini, tapi sebagai seorang murid peringkat 1 SMA Cattleya."

Arul menyilangkan kedua tangan lalu sedikit memundurkan tubuh, seakan berusaha melindungi diri. "Lho, kalo lo sebagai si pemilik rank 1 udah jelas lo itu rival gue. Karena kita saingan, kan."

Anna menepuk dahi. Bagaimana dia bisa lupa soal fakta barusan? Sepertinya hari ini Anna kurang beristirahat, huft. Hingga dia bisa tidak stabil gini dalam menjalankan sebuah perintah dari guru.

"Oke. Oke. Gue ganti aja. Gue di sini sebagai guru lo."

Arul tidak paham, tapi tanpa sadar cowok itu semringah.

"Gue nggak tau kalo lo ada turnamen kemaren, seharusnya lo tolak tawaran gue yang maksa lo ngajarin gue main basket, kan?"

Arul mendengkus. "Gue terpaksa lakuin itu. Bukan bermaksud apa-apa. Jangan kepedean."

Anna menggangguk. "Iya, gue tau, buat nilai Fisika lo kan?"

Arul tidak mau menjawab apapun lagi. Dia masih mengerutkan dahi, menunggu maksud Anna.

"Gue disuruh Bu Dewi buat ngajarin lo Fisika sampe lo nembus KKM."

Arul membalikkan tubuh. "Nggak butuh!"

Anna menepuk dada Arul agak kasar. "Jangan sombong! Lo mau nggak lulus, ya?"

"Yaudah, terserah."

"Tapi ...."

"Hm?"

"Gak gratis lho." Anna menahan tawa, mengingat kejadian di mana Arul pernah memerasnya. Wajah Arul semakin datar, gawat! Apakah dia akan menolak? Waduh! Padahal Anna hanya mau membercandainya saja.

"Berapa?"

Anna mengerjap. "Lah lo punya duit?"

Arul mengangguk, memasang wajah agak sombong. Dia mengangkat dompet yang entah diambilnya dari mana lalu mengelus benda pusaka tersebut. "Yaiyalah. Gue kan menang turnamen."

Anna menahan napas, hampir meledak. Dia langsung berteriak.

"Beliin gue tikeeet konseeerrr!"

-----
Asyik🤭 Jadi Anna enak kali ya wkwk! Kalian pada mau nggak?

Posted : 13 September 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang