The Weird Girl - 116

21 5 0
                                    

Kenyataannya, manusia tidak pernah tahu apakah jalan yang dipilihnya benar atau salah, yang mereka tahu adalah ketika mereka meyakini jalan tersebut benar maka pasti akan menyusuri jalan tersebut sekali pun terdapat jurang besar yang siap memerosokkan. Itulah sifat seorang insan. Demikian tidak ada yang aneh kalau mereka sudah melakukan kesalahan, yang terpenting adalah perubahan setelahnya. Apakah menyesal dan berubah menjadi lebih baik, keluar dari jurang atau tenggelam semakin dalam dan berkelimpahan kesesatan tak berkesudahan.

Anna menunduk, apa yang sedang dia lakukan? Cewek itu termasuk jarang mengenakan pakaian formal semacam gaun yang eye-catchy seperti ini, sehingga hanya mampu terduduk diam di sofa terujung di serambi kanan meja resepsionis. Manik cokelatnya hari ini tidak kentara, karena Anna menggunakan lensa kontak berwarna biru cerah. Saking excited-nya, Anna tidak lupa membubuhkan riasan yang cukup tebal dari biasanya. Diam-diam Anna berharap hari ini bisa berjalan dengan semestinya, Youka benar. Anna harus mengucapkan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam.

“Kamu.” Suara seseorang yang terdengar polos menyapa indera pendengaran Anna, begitu Anna mencari sumber suaranya dia langsung tersentak halus melihat objek di hadapannya. Seorang yang tak asing, si cewek jenius dari tempat les yang sama, Balerina Venora.

“Bale?” Anna mengernyit. Apa Bale merupakan salah satu peserta di perlombaan ini? Namun detik berikutnya, Anna memasang senyum kecil. Lebih baik Anna menyapanya. “Apa kabar?”

Bale mengedip dua kali lalu menjawab. “Baik.”

“Kamu ikut lomba dansa?”

“Nggak, nganterin temen doang.” Bale seperti memiliki dua kepribadian. Mulutnya seolah tidak ada minat sama sekali untuk berbicara, tapi pandangannya penuh dengan rasa ingin tahu yang tak terdeskripsikan. Anna dapat menangkap hal itu dari binar bocah jenius di hadapannya ini.

“Kalo ada yang mau ditanya, tanya aja,” kilah Anna sambil memantapkan senyumnya. Berinisiatif duluan untuk membiarkan Bale melontarkan isi hatinya.

“Napa dah nggak les lagi?”

Senyum Anna berubah, wajahnya jadi sedikit masam. Apakah harus hal yang telah terjadi diceritakannya atau tidak usah? Ini pilihan yang berat. “Karena ... ada sesuatu.”

“Ervan?” tebak Bale yang seratus persen benar. Anna mengangkat kelopak mata.

“Kamu tahu?”

“Dari awal memang penampilannya mencurigakan, tapi jangan khawatir. Cowok itu udah berhenti les.”

“Eh kenapa?”

“Udah dikeluarkan dari sekolahnya, bahkan. Karena ketahuan melakukan hal buruk.”

Anna tidak ingin mencari tahu lebih dalam, ternyata hal buruk pun sudah terjadi pada cowok itu. Ya sudahlah. Anna memperbaiki tali gaunnya yang sedikit kendor. Padahal dia berhenti jauh sebelum insiden Ervan dikeluarkan, tapi Bale dengan pintarnya sudah menebak bahwa kedua kejadian tersebut saling berkesinambungan. Memang tipikal cewek pintar.

Bale sekarang menajamkan pandangannya. “Kamu ngapain di sini? Ikut lomba?”

Ugh! Pertanyaan skakmat yang cukup membunuh. Haruskah Anna menjawabnya? Daripada berbohong yang akan mengakibatkan kedustaan berikutnya, lebih baik Anna berkata terus terang.

“Seharusnya iya, tapi sepertinya pasanganku nggak dateng.”

Bale memasang wajah teduh, berusaha sedikit menunjukkan simpati. Dia mengambil sesuatu dari dalam tas, sebuah gantungan kunci bergambarkan hati. “Ini buat kamu, simpen baik-baik. Kalo ketemu lagi, jangan ragu menyapaku.”

Seusainya Bale meninggalkan Anna sendirian di sofa tersebut, Arul sama sekali tidak datang, semua berlalu begitu saja. Arul benar-benar tidak peduli pada perlombaan pesta dansa ini.

Tidak bisa dibiarkan, Anna harus mencari cara lain. Dia harus bisa mengucapkan dua kata itu pada Arul bagaimana pun caranya. Besok, besok di sekolah, dia harus mengucapkannya. Harus. Harus bisa!

-----
Aku suka sama Bale hehehe >///<

Posted : 27 Oktober 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang