The Truly Rival - 8

179 27 5
                                    

"Nah jadi jelas kan, tujuan gue ngapain, plastik," jelas Arul di sela-sela aktivitas makannya. Masih dengan senyum meremehkan yang menghiasi wajah tampannya.

Anna membatu tak berkutik akibat kelakuan Arul, cowok itu dengan santainya mematah-matahkan bagian cokelat tersebut lalu berniat membagikannya kepada dua komplotannya; Fariel dan Yugha.

"Nih bro, cobain," tawar Arul sambil menyodorkan cokelat genggamannya tersebut. Yugha, si cowok softboi pecinta damai menerimanya dengan riang.

"Thanks, Rul," terima Yugha dengan pupil berbinar-binar.

Sedangkan Fariel menatap remeh cokelat yang diberikan Arul. "Yaelah cokelat ratu silver, kalo gue mau mah bisa sepabrik gue beli, Rul, Rul."

"Et udah, gak usah pamer! Mau kagak?" Arul mendengus kesal. Sudah dibagi, masih saja protes! Namanya juga Fariel, sahabat Arul yang dikenal bak sultan jadi-jadian itu!

"Ck, karena gue ini Fariel Dermawan Sayudha yang terlahir baik hati, tidak sombong, rajin menabung, kebetulannya juga ganteng, dan kaya raya, maka akan gue terima cokelat murahan pemberian sobat gue ini," tukas Fariel panjang lebar sembari menepuk-nepuk dada penuh bangga dan kemudian menerima cokelat dari tangan Arul.

Murid-murid yang masih berada di kelas 11-A itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sobat Arul yang dapat dibilang ganteng ganteng gendeng tersebut.

"Serah lo dah, Riel, Riel. Tapi kalo lo beneran bisa beli tuh perusahaan cokelat bolehlah bagi sahamnya dikit ke gue! Jangan lupa temen!" Arul memperingatkan sambil masih mengunyah cokelat di mulutnya.

"Yeh dasar otak cuan!" balas Fariel lagi.

Anna benar-benar mati kutu sekarang. Itu cokelat misterius yang belum dia ketahui darimana munculnya dan sosok Arul alias si bawang itu malah dengan santainya memakan benda itu di hadapannya. Astaga!

"Bawang! Lo tuh ya! Gak ada sopan-sopannya banget sih! Udah masuk kelas orang sembarangan terus main ngambil-ngambil cokelat di kolong gue, hah! Punya otak gak sih lo?" ketus Anna mengeluarkan semua yang ada di benaknya. Dia benar-benar sudah muak! Arul sangat keterlaluan baginya.

Seandainya papa tahu, iya tahu, bahwa cowok yang ada di depan puterinya inilah satu-satunya orang yang selalu membuat Anna murka dan menjadi tega!

Arul memutar bola mata malas tiap kali Anna berbicara. Anna muak kepadanya? Sebaliknya, Arul jauh lebih muak sama Anna! Karena tidak tahan dengan segala makian tanpa remnya tersebut, Arul dengan santainya menarik dagu Anna kasar agar mendongak menatapnya.

"Eh, plastik, denger ya! Kalo gue gak punya otak, gue gak bakal dapet beasiswa di sini. Kalo gue gak punya otak, gue gak bakal jadi kapten tim basket. Dan satu lagi, emangnya cokelat ini milik lo?" protes Arul yang tak gentar. Dia tidak akan pernah mau mengalah, apalagi Anna ini rivalnya!

Anna menggigit bibir bawahnya, saat ini pandangan mata mereka saling menumbuk. Terdapat senyum kemenangan yang mengulas bibir cowok itu. Arul senang sekali setiap melihat Anna seperti ini, itu artinya cewek itu kalah telak! Tapi Anna tidak akan pernah terima diperlakukan seperti ini.

Anna mengempas tangan Arul kasar membuat cowok itu sedikit tersentak. Anna menggesek-gesek bawah dagunya dengan tangan beberapa kali seolah habis tersentuh Arul akan menyebabkannya terkena bakteri atau virus.

"Idih jijik banget gue, bau bawang tau gak!" Anna menimpali lalu melipat kedua tangan di bawah dada. "Emang cokelat itu bukan punya gue! Tapi emang itu punya lo?"

Arul mengangguk. "Punya gue."

"Sejak ka—"

Teng tong teng tong.

Suara bel berbunyi membuat Anna mengatupkan bibir. Terdengar sebuah pengumuman dari toa besar yang ada di kelas. Setiap kelas di SMA Cattleya memang memiliki toa itu agar setiap bel apapun dan pengumuman apapun tersampaikan dengan tepat dan jelas.

"Perhatian, kepada seluruh siswa SMA Cattleya baik kelas 10, 11, maupun 12 untuk mata pelajaran setelah ini ditiadakan karena ada rapat guru mengenai perubahan kurikulum. Mohon agar setiap murid segera meninggalkan sekolah dan jangan menongkrong di sembarang tempat, terima kasih."

"Udah ya, plastik. Gue males memperpanjang urusan sama lo," gumam Arul lalu dengan santainya melangkah keluar kelas diikuti kedua sobatnya itu.

---
Hai! Gimana kesannya di chapter 8 ini?🥺
Jangan lupa vote, comment, dan tambahkan ke reading listmu ya!
Kalo suka banget boleh juga ajak temen-temen kamu baca biar ada bahan obrolan di grup WA selama pandemi wkwk😙😙
See u next chap!
Posted : 6 Mei 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang