Keesokan harinya, setelah pulang sekolah, seperti biasa Anna menahan diri sampai semua murid meninggalkan kelas. Anna menerbitkan senyumnya. Kalau benar dugaannya, pasti Arul sering berlatih basket di lapangan. Jadi hari ini jika sukses, maka misi Anna adalah untuk menggertak cowok itu. Anna membawa dendam yang luar biasa, semua harus berhasil. Tidak ada kegagalan sedikit pun.
Anna melangkah sambil menghirup napas dalam-dalam, selama ini Anna tidak pernah bisa berbuat tega pada seseorang. Suasana lapangan hari ini cukup kosong karena tidak ada kegiatan ekstrakurikuler siswa di lapangan. SMA Cattleya jadi kelihatan jauh lebih luas. Anna memerhatikan seseorang cowok berpostur tegap dengan tubuh yang cukup lengket karena keringat terus mengalir deras, bahkan meski memakai kaus sekali pun rasanya keringat tersebut tidak dapat terserap dengan baik. Hembusan napas naik turun dengan cepat juga bisa didengar Anna, lengan yang membesar karena dipergunakan untuk berkencan dengan bola tersebut kini berada di hadapannya. Hanya tinggal beberapa langkah lagi, Anna sedikit ragu. Kepala itu menunduk dengan tangan yang mengepal keras. Tanpa Anna sadari bahwa Arul menyadari kedatangannya karena telah menoleh. Kedua alis cowok itu sedikit turun, merasa bersalah karena kejadian kemarin yang mungkin menyakitkan hati Anna.
Arul melangkah lalu mengungkapkan perasaannya, jujur. “Maaf. Gue kemaren nggak sengaja.”
Kepalan Anna hampir terlepas, dadanya berdenyut sekarang. Bagaimana pun Arul sudah meminta maaf, bukan? Ah, tidak! Siapa tahu semua itu hanya omong kosong dan kebohongan agar Anna melunak lalu setelahnya Arul akan menghina dan bahkan menghasut setiap orang untuk membully Anna? Tidak ada yang tahu isi hati seseorang, kan? Anna meneguk saliva, mengeraskan rahang. Tidak bisa, tidak ada kata maaf. Anna berfokus pada rasa sakit hatinya dan mengangkat kepala. Menantang Arul dengan berani.
“Kemaren lo bilang apa, huh? Alay? Plastik ditonton?” ketus Anna tetap teguh pada pendiriannya untuk menjatuhkan harga diri Arul. Cowok itu tidak berkutik melainkan sedikit kebingungan, menggaruk ujung telinganya dan memasang tampang heran. Anna mendengkus emosi dan membuka layar kunci gawainya, setelahnya langsung menyodorkan apa yang ada di dalam gawai tersebut ke orang di depannya. Kedua manik hitam Arul membulat, meski tubuhnya harusnya sudah tidak lagi gerah karena sudah berhenti bermain dan angin sedikit berhembus, rasa-rasanya itu tidak terjadi. Kenyataannya kini bahu Arul bergetar dengan keringat dingin di sekujur tubuh.
Anna menyeringai. “Lo sadar diri, nggak? 2D aja lo tontonin. Dasar cowok mesum!”
Anna memilih melakukan penyerangan duluan, menyulut sumbu emosi Arul. Padahal tadi Arul sudah tulus meminta maaf, namun mendapatkan intimidasi seperti ini rasanya Arul tidak bisa hanya ‘sekadar’ meminta maaf saja. Karena suara Anna terlalu keras, Arul langsung refleks bergerak maju dan membekap bibir mungil itu. Anna menggeram dan memaksa dilepaskan. Arul menajamkan pandangan.
“Lo bisa diem nggak sih, cewek alay?” Suara Arul terdengar serak, seakan memaksakan diri untuk menaikkan oktaf suaranya. Arul kembali melanjutkan ucapannya. “Ini di sekolah, kalo lo ketemu gue di luar terserah lo mau sebut apa.”
Anna menghempas tangan Arul begitu saja dan memberikan pandangan mengejek. Lama-kelamaan Anna menikmati perannya sebagai orang yang membenci Arul dan menganggap kesalahan tersebut tak termaafkan lagi. “Bla bla bla, whatever!”
Arul paham Anna sedang memprovokasi dirinya, tapi dia tak boleh semudah itu terlena. Bagaimana pun, Anna adalah cewek. Kalau Arul kesal dan memberikan bogeman mentah, pasti akan geger dan berpengaruh pada peringkatnya. Arul mencoba bernegosiasi. “Udahlah! Kita sama-sama tau aib masing-masing. Jangan sebut gue cowok mesum gitu, lo aja cewek alay!”
Anna berpikir sepertinya ucapan Arul ada benarnya juga. Pasalnya, Anna juga tidak mau ada seorang pun teman yang tahu bahwa dirinya seorang Kpopers dan Kdrama maniak akut. Anna menggaguk dan berucap tegas. “Yaudah terserah lo, dasar bawang!”
Arul menarik tipis ujung bibirnya, Anna yang berniat memprovokasi ternyata mudah diajak bernegosiasi. Syukurlah. Ini tidak sulit. Lantas, Arul langsung memberikan serangan balasan. “Dasar plastik!”
Mulai hari itu, mereka menjadi dua orang manusia yang saling membenci dan saling menyebut nama ‘bawang dan plastik’ tanpa ada seorang pun tahu dari mana asal-muasal kejadiannya.
-----
Sampai di sini dulu ya aku up-nya ❤❤
Semoga kalian suka ❤
Besok aku up lagi kok🤗Posted : 24 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot Sang Peri Cinta✔
Teen Fiction"Oi, plastik!" "Apa, bawang?" "Gue benci sama lo, plastik!" "Gue jauh lebih benci sama lo, bawang!" - Syahrul Abidzar Maulana (Arul), seorang cowok tampan, cool, ketua ekskul basket, bahkan termasuk jajaran most-wanted SMA Cattleya terlibat sebuah p...