The Deep Conversation - 50

83 12 1
                                    

SEKADAR INFORMASI!
CH 50 INI BAPER ZONE!
ENTAH YA MOMEN UWU APA BUKAN!
KALIAN BACA SENDIRI AJA DIJAMIN GAK NYESEL!
UGH BANGETLAH POKOKNYA!

-----

Alunan musik romantis mulai berdendang dan membius tiap pasangan yang berada di sana. Tidak hanya itu saja, malam itu di tengah-tengah setiap pasangan terdapat sebuah api unggun yang bertujuan menghangatkan dan menambah suasana romantis. Berbeda dengan sekolah lain yang apabila ada api unggun, malah tiap murid membentuk lingkaran. Di sini fungsi api unggun adalah menjadi satu-satunya penerangan di lapangan luas itu, karena super duper gelap. Jadi cahaya api unggun menambah kehangatan dan meramaikan jalannya acara pesta dansa.

Anna dan Arul tidak tahu harus berbuat apa, di antara sekian orang yang dengan syahdunya berdansa mereka malah membatu. Bergeming seolah waktu hanya membeku di antara mereka. Arul memerhatikan Anna dengan seksama, mengapa dia baru menyadari bahwa cewek ini ... cantik? Anna tidak berani melihat Arul, mengingat kejadian ketika Arul memeluknya ketika dia mengamuk saja sudah cukup memalukan. Mereka tidak ada yang berani memulai pembicaraan atau berinisiatif untuk melakukan dansa seperti yang lainnya.

"A ... anu ...."

Anna menutup mulut sementara Arul menggaruk tengkuknya. Kenapa mereka bisa berbarengan?

"Lo duluan aja, deh." Arul berinisiatif membiarkan Anna memulai pembicaraan.

Anna mengangguk. "Kenapa lo milih gue tiba-tiba? Lo bener-bener menganggap gue gak bakal punya pasangan?"

"Emang punya?"

Anna menggembungkan pipi. Bicara sama Arul benar-benar membuatnya darah tinggi.

"Ya, punya lah!"

"Siapa?"

"Yeni, anak kelasan lo!"

"Oh."

"Kok oh doang, sih? Tadi kan lo nanya."

"Ah iya, ya." Arul menyipitkan mata. "Yaudah, kalo gitu gue jawab. Gue milih lo karena mungkin ... kebetulan lo yang ada di situ."

Anna mengangkat alis, bingung bercampur heran. "Tapi ... gue kan rival lo, masa lo mau dansa sama gue?" cicitnya.

Arul mengedikkan bahu. "Yah ... better lah daripada gue dilempar ke kolam lele."

Jujur saja, Anna merasa aneh dengan jawaban Arul. Masih ada beberapa pertanyaan yang ingin diajukannya, tetapi ya sudahlah. Arul tidak kelihatan antusias untuk menjawab. Ah, lagipula atas dasar apa Arul harus bersemangat? Anna hanyalah musuhnya, catat itu. Catat!

"Terus ... lo mau ngomong apa?"

Arul memandang Anna cukup lama, seolah ragu mengatakannya. Satu sekon. Dua sekon. Cowok itu menghela napas lalu mengusap kepalanya pasrah. "Maafin gue."

"Untuk?"

Belum terdengar jelas alasan Arul meminta maaf padanya, lagi-lagi hal buruk menerpa.

Blar!

Sebuah letusan petasan membelah langit, suaranya sangat dahsyat dan terngiang di telinga Anna. Wajah cewek itu memucat, gemetar di tangannya semakin jelas, tubuhnya mendingin, dan deru napasnya tidak stabil. Arul bingung.

"Lo ... kenapa?"

"I ... itu ... petasan ...."

Arul mengangguk santai lalu menunjuk tepat ke atas. Sebuah balkon vila yang terdapat dua orang manusia menjengkelkan biang masalah di sekolah. "Iya, itu dinyalain sama dua pasangan rese. Reno sama Sintia, si duo onar SMA Cattleya."

Tentu saja duo onar itu ogah mengikuti pesta dansa, daripada berdansa romantis tidak jelas mereka memilih mengacaukan acara itu dan saling mengadu petasan siapa yang paling besar suaranya.

"Ah! Kerenan punya gue, Sin!"

"Dih, lo ngehina gue?" Sintia tidak terima lalu bersiap menyulutkan petasan miliknya. Reno tersenyum licik, memang tujuannya ingin memancing Sintia. Cewek itu kemudian melempar petasannya menimbulkan suara yang semakin mengganggu kenyamanan pesta dansa.

Sayangnya, di sisi lain itu ....

"N ... Na!" pekik Arul bingung. Wajahnya sudah semerah tomat sekarang. Tidak tahu harus berbuat apa! Dia hanya bisa memasrahkan diri ketika Anna terus menguatkan dekapan lengannya di punggung Arul. Bukan tanpa alasan cewek itu melakukannya, melainkan karena phobianya pada petasan. Anna terus meraung-raung dengan paraunya.

"Gue takut petasan, Rul! Gue takut! Gue takut banget! Hiks!" Kedua buliran bening terus menetes bak hujan. Anna benar-benar takut. Arul bisa merasakannya, keringat dingin terus bergulir dari cewek itu.

Sekarang Arul sendiri pun bingung harus meminta tolong pada siapa, karena orang-orang di sekitarnya sedang asyik sendiri berdansa. Belum lagi suara petasan milik duo onar membuat Arul bahkan tidak bisa berbicara dengan jelas kecuali jika mengeraskan suaranya. Ya! Memekik!

Bagaimana ini?

-----
Yihaaa sobat cumiii🐙
Apa kabar? ❤😂
Gimana perasaan kalian baca ch 50 ini?
Ambyar ga?
Cumi berhasil, ga?😂😂
Komen ya!
Wajib!
Wajibb paraaaahhh!

Posted : 8 Agustus 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang