Sabtu (21.54), 20 Maret 2021
Lupa gak nandai "END" di bab sebelumnya 🙈 sekalian epilog aku post juga. Abis ini istirahat dulu. Jadi minggu depan jangan ditunggu 🙂
Happy reading!!
---------------------
Seorang lelaki tampak berjalan santai melintasi trotoar menuju sebuah rumah. Dia bersiul-siul riang seraya sesekali berbincang dengan binatang peliharaannya yang bertengger di bahu. Namun begitu ia tiba di rumah yang dituju, keceriaan yang mewarnai wajahnya sepanjang jalan seketika runtuh. Tubuhnya mendadak membeku dan wajah yang semula cerah berubah sepucat kapas.
Rumah di depannya kini rata dengan tanah. Bagian yang dulunya merupakan rumah telah menghitam menandakan bekas kebakaran.
"Tidak... tidak... tidak..."
Si lelaki menggumamkan satu kata itu bak mantra. Berharap segalanya akan berubah kembali seperti sedia kala. Namun tak ada yang terjadi.
Tubuhnya berubah lemas dan jatuh berlutut. Dia yakin mustahil ada yang bisa diselamatkan dari bekas kebakaran separah itu.
Dari arah belakang si lelaki, seorang wanita paruh baya datang mendekat. Tampaknya dia hendak ke pasar jika dilihat dari keranjang belanja yang menggantung di salah satu lengannya.
"Kamu temannya Queenza, ya?"
Si lelaki yang tadinya masih menatap penuh kesedihan ke arah bekas rumah, perlahan menoleh menatap si ibu disertai anggukan tanpa kata.
Si ibu menatap penuh rasa iba. Namun tak memiliki pilihan selain mengatakan yang sebenarnya. "Pasti kamu belum dengar tentang kebakaran itu. Sudah tiga bulan," Dia mendesah sedih seraya turut menatap puing-puing bekas rumah. "tapi rasanya masih menyesakkan. Gadis malang itu pasti terjebak di dalam sana. Tidak ada yang tersisa."
Dari posisi berlutut, lelaki itu jatuh terduduk. Tubuhnya benar-benar lunglai seolah tak memiliki tenaga lagi. Matanya berkaca-kaca dengan pandangan terus tertuju pada bangunan yang telah musnah.
Si ibu menepuk bahu lelaki itu dengan prihatin. Sejenak dia menawari lelaki itu untuk mampir ke rumahnya.
"Terima kasih," ujar lelaki itu dengan nada serak penuh emosi. "Tapi saya butuh waktu sendiri. Untuk menerima bahwa... bahwa dia telah..."
Si ibu mengangguk mengerti. Lalu dia berpamitan dan meninggalkan si lelaki duduk bersimpuh sendirian di halaman rumah yang dulunya ditempati keluarga Queenza.
Selama beberapa saat, suasana menjadi hening. Butuh waktu sampai si lelaki berhasil menenangkan dirinya dan menerima fakta mengerikan di depan mata.
"Seharusnya aku tidak meninggalkanmu di sini. Ini salahku," gumamnya pelan, meratapi "dia" yang tak mungkin kembali.
Sejenak dia menghela napas, berusaha tegar seraya menyeka sudut mata yang basah dengan punggung tangan lalu menghela dirinya sendiri agar kembali berdiri tegak.
"Selamat tinggal, Lappy. Selamat tinggal episode-episode yang belum sempat kutonton. Aku janji tak akan melupakan kenangan kita bersama."
Kembali dia menghela napas lalu menoleh ke arah bayi naga hitam di bahunya. "Kau tahu apa pesan moral dari kejadian ini, Blaky?"
Si naga hanya menatapnya datar.
"Jangan suka mengoleksi film ilegal. Karena yang palsu tidak akan pernah abadi. Sama seperti cinta." Dia mendesah lalu memaksakan seulas senyum di bibirnya. "Ayo kita ke toko dvd ori!"
Sikapnya kembali ceria saat dia berbalik meninggalkan halaman yang dulunya ditempati Queenza... dan dirinya sendiri. Tapi baru beberapa langkah, dia berhenti.
![](https://img.wattpad.com/cover/162266132-288-k17644.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
ФэнтезиWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...