Senin (20.22), 07 Oktober 2019
--------------------------
Pesta pernikahan berlanjut di Kerajaan Ackerley. Jamuan mewah terhidang untuk para tamu. Semua tampak bahagia. Meski ada beberapa bibir mencibir yang seolah tak setuju karena sang Kaisar mengikatkan diri. Apalagi alasannya kalau bukan karena mereka ingin diri merekalah yang dipilih sang Kaisar.
Di antara semua kebahagiaan itu, tentu sang mempelai yang tampak paling bahagia. Senyum keduanya tak henti merekah. Jemari keduanya terus terjalin, seolah tak ingin dipisahkan. Sesekali mereka saling pandang, berbagi suka cita dalam hati dengan tatapan.
Menjelang malam, para tamu mulai berpamitan. Dan saat tamu terakhir telah keluar dari pintu istana, Queenza mendesah lelah lalu menjatuhkan diri duduk di kursi tamu.
"Aku benar-benar lelah."
Mendengar ucapan Queenza, Emily menoleh menatap Kingsley dengan senyum jahil. "Sepertinya kau akan melewatkan malam pertamamu. Queenza kelelahan."
Kingsley mendorong kening Emily dengan satu jari telunjuk. "Anak kecil jangan sok tahu urusan orang dewasa."
"Kings! Aku sudah menikah!"
"Apa aku salah? Tristan memang menikahi anak kecil."
"Dan Queenza satu tahun lebih muda dariku," Emily masih tidak mau kalah.
"Tapi kenyataannya Queenza ratusan tahun lebih tua darimu."
Queenza memijit pelipis mendengar perdebatan dua orang di dekatnya. Akhir-akhir ini Kingsley suka sekali berdebat. Dia semakin tidak mau mengalah untuk hal-hal sepele, membuat Queenza hanya bisa geleng-geleng seolah menghadapi bocah kecil dengan tubuh lelaki dewasa.
Mengabaikan kedua orang itu, Queenza beralih pada salah satu panglima yang malam ini ditugaskan khusus menjaga Kingsley dan Queenza. Meski mereka tengah dalam situasi damai, siapa yang tahu jika ada pihak-pihak tertentu yang ternyata adalah musuh? Yang bisa mereka lakukan hanya waspada.
"Mette, kau lihat dua temanku?"
"Para manusia itu?" tanya sang panglima.
"Iya."
"Mereka sudah beristirahat di kamar."
Queenza mengangguk lega. Meski dia percaya orang-orang di Ackerley sangat setia dan bisa diandalkan, namun dia yakin masih banyak orang-orang Immorland yang belum benar-benar menerima kehadiran manusia. Mereka masih menganggap manusia adalah makhluk hina yang tidak sepantasnya menginjakkan kaki di Immorland.
"Sepertinya kita juga harus ke kamar. Biar para pelayan membersihkan tempat ini."
Queenza mendongak menatap Kingsley yang membelai rambutnya. Lalu bibirnya mengerucut kesal. "Apa kau sudah selesai dengan Emily?"
Kingsley menyeringai geli. "Apa istriku cemburu?"
Queenza berdecak. "Aku tidak mungkin cemburu pada kalian. Aku hanya kesal karena kalian semakin mirip anak kecil. Apalagi kau! Semua temanku selalu kau ajak berdebat."
Seringai Kingsley semakin lebar. "Itu menyenangkan dan mengasah pikiran."
Queenza semakin merengut.
Cup.
Sebuah kecupan mendarat di kening Queenza. "Ayolah, jangan merengut terus. Malam ini aku milikmu."
Mereka saling tatapan dalam jarak yang sangat dekat. Kingsley membungkuk dengan satu tangan tenggelam dalam saku celana dan tangan yang lain bertumpu pada meja. Sementara Queenza masih duduk dengan kepala mendongak menatap mata biru Kingsley.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasyWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...