K&Q S.3 - 13

52.8K 6.5K 799
                                    

Senin (20.46), 02 Maret 2020

----------------------

Entah apa yang terjadi pada Queenza hari itu, mendadak indera tajamnya menumpul. Dia tak menyadari ada makhluk lain di kamarnya sampai dia berada di dalam sana, menutup, lalu melihat orang itu. Seketika matanya melebar kaget dan tubuhnya mendadak membeku. Dia kehilangan kata. Tak menyangka orang itu bisa ada di kamarnya sekarang.

Orang yang dia rindukan.

Kingsley.

Sementara itu bertolak belakang dengan reaksi Queenza, Kingsley tersenyum geli. Kedua tangannya di belakang tubuh dan dia sedikit menelengkan kepala seolah menilai keadaan Queenza.

"Kau terlihat semakin cantik, Queen. Lama tidak bertemu membuatku amat sangat merindukanmu."

Kingsley hendak menghampiri Queenza. Berniat memeluk sang istri dengan sangat erat. Namun langkahnya terpaku saat Queenza mendadak mundur dengan tangannya terentang lurus ke arahnya sebagai isyarat agar Kingsley berhenti.

"Tidak! Tetap di situ!" seru Queenza dengan raut panik. Perasaannya yang semula kaget dan tak percaya, berubah menjadi panik dan khawatir. Dia masih ingat betul alasan mengapa dirinya memilih pergi. Meski menyakitkan bagi hatinya, Queenza bersungguh-sungguh tak ingin menyakiti Kingsley.

Awalnya Kingsley terkejut melihat reaksi Queenza. Tapi itu tak berlangsung lama. Bibirnya berkedut geli dengan sorot mata berbinar. "Sepertinya kau meremehkanku, Sayang. Tidak peduli yang dikatakan si penyihir, satu-satunya yang bisa menyakitiku adalah jauh darimu."

"Ini bukan waktunya menggombal!" Mendadak mata Queenza terasa panas. "Kau harus menjauh dariku. Kalau perlu kembali ke Immorland."

"Kalau aku tidak mau?"

"Maka aku yang akan pergi."

Queenza langsung berbalik menghadap pintu dan membukanya. Tapi baru saja terbuka sedikit, pintu itu kembali menutup dengan suara keras.

"Oke, cukup main-mainnya. Kau yang pilih. Tetap di sini atau kembali ke Immorland?"

Queenza berbalik kembali menghadap Kingsley. "Kau yang cukup main-mainnya!" Dengan kasar dia mengusap air mata yang mengalir di pipinya dengan punggung tangan. "Aku tidak mau kau terluka karena diriku lagi. Itu sangat menyakitkan. Melihatmu berbaring lemah di sana dan sadar bahwa akulah pelakunya. Yang membuatmu seperti itu."

Kingsley melipat kedua tangannya di depan dada. "Itu sama sekali tidak benar—"

"Sampai kapan kau akan perlakukan aku seperti anak kecil?! Seolah aku tidak tahu apapun! Apa menurutmu aku sebodoh itu sampai tidak menyadari kebenaran di depan mataku?!"

Kingsley menghela napas lalu menurunkan kedua tangannya di sisi tubuh. "Kalau itu benar, lalu kenapa?"

"Kau masih bertanya? Kalau itu benar, pergilah sejauh mungkin dariku."

"Itu juga akan membunuhku." Kingsley angkat bahu lalu kembali melangkah, mengabaikan sikap panik Queenza. "Dan menurutku, lebih baik mati dalam pelukanmu daripada mati jauh darimu."

Hati Queenza serasa diremas sekaligus hangat. Bagaimana bisa di saat seperti ini Kingsley masih bisa membuatnya melayang sekaligus terasa sakit?

"Aku yang tidak bisa," suara Queenza berubah berbisik. "Karena buktinya kau berhasil pulih saat aku pergi."

"Sialan, Queen!" Kingsley sudah nyaris merengkuh Queenza ke dalam pelukan namun mendadak tubuh wanita itu pecah menjadi kelopak-kelopak bunga berwarna pink cantik. "Brengsek! Kau ingin main kejar-kejaran denganku?"

Kingsley & QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang