Minggu (00.08), 16 Desember 2018
---------------------------
Queenza membuka pintu rumahnya dengan hati bertanya-tanya apakah Kingsley sudah pulang. Tadi pagi lelaki itu berkata hendak ke dimensi atas menemui Mochi. Mungkin Mochi sudah mendapat informasi yang Kingsley butuhkan dan kata Kingsley Mochi tidak bisa pindah-pindah dimensi. Jadi dia yang harus mendatangi peliharaannya itu.
Mengingat Mochi, Queenza tersenyum. Dia ingin bertemu lagi dengan makhluk lucu dan menggemaskan itu. Tapi tentu saja, Queenza tidak ingin kembali ke dimensi atas. Seharusnya tadi dia berpesan agar Kingsley membawa Mochi ke sini, dunia manusia.
Astaga, kenapa kedengarannya aneh dan agak mengerikan saat dia sendiri yang berpikir tentang 'dunia manusia'. Apa itu artinya ia mulai mengakui bahwa makhluk hidup di dunia ini bukan hanya manusia, binatang dan tumbuhan? Tapi yah, bagaimana Queenza bisa mengelak mengakui semua itu sekarang? Dia bertemu 'mereka'. Bahkan beberapa kali terluka karena mereka.
"Kingsley, kau sudah pulang?" Queenza bertanya, sedikit mengeraskan suaranya begitu melewati ruang tamu.
Tidak ada sahutan.
Queenza menatap sekeliling dan memang tidak ada tanda-tanda keberadaan Kingsley. Dia segera menuju kamar untuk berganti pakaian lalu keluar menuju dapur beberapa saat kemudian. Namun baru saja hendak melewati ruang tengah, langkah Queenza terhenti.
Ada seseorang yang duduk mengarah tv yang rusak namun membelakangi dirinya. Padahal saat hendak masuk kamar, Queenza yakin tidak ada siapapun. Dugaan pertamanya orang itu adalah Kingsley yang baru pulang saat dirinya di kamar. Tapi—Queenza merasakan alarm tanda bahaya di alam bawah sadarnya.
"Kingsley?" tanya Queenza ragu.
Orang itu berdiri perlahan. Queenza bisa melihat tubuh ramping dibalut jaket kulit warna hitam. Ah, sepertinya bukan jaket. Itu lebih menyerupai mantel pria yang bagian bawahnya mencapai lutut. Sementara rambut orang itu juga tergerai panjang seperti Kingsley.
Sama perlahannya seperti saat berdiri, orang itu juga berjalan melewati kursi yang didudukinya dengan sama pelannya. Entah memang dia tipe orang yang sangat tenang dan santai atau hal itu sengaja untuk mengintimidasi Queenza. Tapi sepertinya opsi kedua yang benar karena saat orang itu berbalik, Queenza nyaris jantungan akibat terlalu tegang.
"Kau—siapa?" refleks Queenza mundur selangkah.
Queenza yakin belum pernah bertemu orang itu. Lelaki itu tampan. Namun dingin membekukan. Matanya menyorot tajam, seolah hendak menikam Queenza dengan tatapannya.
Mantel panjang yang dia kenakan sengaja dibiarkan terbuka bagian depannya, menampakkan kaus hitam yang mencetak dadanya. Sepertinya mantel panjang itu mengelabui. Dibalik tubuh ramping orang itu, pasti ada otot-otot yang terbentuk sempurna. Sementara itu bagian bawahnya dibalut celana hitam panjang. Memeluk kaki jenjangnya bagai kulit kedua. Dan di bagian kaki, orang itu mengenakan sepatu sejenis pantofel. Tentu saja, warnanya juga hitam.
"Sudah cukup mengamatiku?" suara yang berat dan dalam menyapa indera pendengaran Queenza.
Rasanya Queenza ingin berbalik sekarang juga lalu kabur. Tapi itu pasti sia-sia jika ternyata orang di hadapan Queenza bukanlah manusia. Tanpa bisa dicegah, tubuh Queenza bergidik ngeri membayangkan mungkin saja orang itu juga salah satu makhluk yang menginginkan darahnya. Sementara dirinya di sini sendirian, tanpa perlindungan. Apakah kali ini Kingsley bisa menyelamatkannya?
"Aku—hanya bertanya-tanya. Apa kau tidak kepanasan mengenakan mantel dan pakaian serba hitam di cuaca terik seperti sekarang?"
Salah satu alis Tristan terangkat. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa yang kukenakan. Kau harusnya lebih khawatir pada nyawamu dan mulai tanyakan pada diri sendiri apa kesalahanmu hingga harus berhadapan dengan prajurit guardian."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasyWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...