11b

157K 16.2K 507
                                    

Minggu (18.45), 23 Desember 2018

-------------------------

Emily tersentak kaget melihat sepasang pria dan wanita asing tiba-tiba muncul di halaman rumahnya saat dia tengah menyiram tanaman bersama pengurus rumah. Dan yang lebih membuat kaget hingga lututnya terasa lemas adalah sosok yang tengah mereka papah.

"Errie?!" Emily berseru seraya bergegas menghampiri mereka sementara pengurus rumah segera membukakan pintu. Rasanya Emily tidak sanggup berdiri lagi melihat tubuh Tristan berlumuran darah. "Apa yang terjadi?" tanyanya dengan air mata berlinang.

"Kita bicara di dalam. Tunjukkan kamarnya!" si wanita, yang tak lain merupakan Marlene, berbisik tanpa menghentikan langkah.

Emily segera mendahului mereka menunjukkan jalan menuju kamar utama yang menjadi kamar Tristan. Tiba di sana, kedua orang itu membaringkan Tristan di atas ranjang.

Emily terkesiap sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dalam posisi berbaring seperti itu, luka-luka di tubuh Tristan terlihat jelas. Sangat mengerikan dan beberapa tampak seperti membusuk.

"Apa yang terjadi? Apa Errie akan baik-baik saja?" tanya Emily dengan tangis tertahan.

"Proses penyembuhan luka di tubuh Tristan sama sekali tidak bekerja," gumam Marlene pada suaminya.

Paul menggosok pelipis di bagian wajahnya yang terluka. Luka itu ia dapatkan dari semburan tinta seorang Kraken yang dengan sengaja menunjukkan wujud asli di depan manusia lalu memangsa manusia itu. Tapi beruntung pertarungan itu dimenangkan Paul dan istrinya meski akibatnya Paul tidak bisa lagi menunjukkan diri di depan Queenza.

"Sebaiknya aku memanggil Yang Mulia Kaisar ke sini," putus Paul lalu tubuhnya menghilang ditelan kabut hitam.

Emily menghampiri Marlene sambil meremas kedua tangan, tampak jelas sangat khawatir dan—takut. Bagaimana tidak? Luka di tubuh Tristan tampak tidak bisa disembuhkan. Bahkan sesekali terdengar erang kesakitan dari sela bibir lelaki itu. Seumur hidup, Emily belum pernah melihat Tristan berada dalam kondisi seperti ini.

"Apa tidak ada yang bisa kau lakukan? Sepertinya Errie kesakitan.

Marlene memejamkan mata sejenak sebelum membalas tatapan mata basah Emily. "Errie-mu akan baik-baik saja."

"Aku bukan anak kecil. Aku tidak butuh jawaban omong kosong seperti itu." Emily menyahut tajam.

Marlene menghela napas. "Kalau begitu tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu suamiku datang bersama Kaisar. Kaisar pasti tahu apa yang harus dilakukan."

"Benarkah Kaisar akan membantu?" Nada suara Emily sedikit mengejek. "Errie bukanlah orang yang terlalu penting. Dia masih punya banyak panglima hebat dan rakyat yang harus dia pedulikan. Jadi untuk apa membuang waktu memikirkan keselamatan salah satu panglimanya?"

"Jaga bicaramu," desis Marlene tidak terima. "Kaisar adalah orang yang selalu mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya. Dan kita semua, termasuk Tristan, adalah rakyatnya."

Emily memalingkan wajah dari Marlene, tidak ingin memperpanjang perdebatan meski dalam hati dia ingin sekali menyatakan keraguannya.

Di dunia yang dihuni kaum-kaum hebat dengan kekuatan luar biasa, Emily pernah merasa terasing dan tidak sepadan dengan mereka. Tapi kondisi itu tak lantas membuatnya menutup diri. Dia masih berusaha berteman meski banyak yang terang-terangan memandang rendah dirinya. Setidaknnya mereka tidak berani menyatakan perasaan tidak suka secara langsung atau mencoba melukainya karena posisi Emily sebagai manusia yang dipilih panglima tertinggi kaum guardian.

Kingsley & QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang