K&Q S.3 - 10

54K 6.2K 382
                                        

Senin (21.39), 24 Februari 2020

Ini tokoh yang udah dipersiapkan sejak awal dan secara tersirat sudah sering diungkit. Jadi bukan tokoh baru ^_^

Happy reading!

---------------------

Edrick Altezza menatap sekitar dengan binar kanak-kanak di matanya. Di tangan kanannya ada permen kapas sementara tangan kirinya memeluk setumpuk mainan.

"Edrick, astaga!"

Duma Tavisha setengah berlari mengejar langkah lebar Edrick. Sangat sulit mengejar bayi besar itu di antara keramaian. Apalagi kedua tangan Tavisha penuh dengan kantong kresek.

"Edrick!"

Lagi-lagi seruan Tavisha tak mendapat tanggapan. Tak peduli suasana sekitarnya ramai, dia yakin Edrick bisa mendengarnya dengan jelas.

Akhirnya Tavisha berhenti. Sadar bahwa Edrick sengaja mengabaikannya. "Baiklah," geram wanita dua puluh delapan tahun itu. "kalau kau tidak kembali ke sini dalam hitungan ketiga, akan kubuang semua benda di tanganku. Satu..."

Tak perlu sampai hitungan kedua, Edrick sudah berbalik lalu bergegas menghampiri Tavisha dengan seringai nakal di bibirnya. Seringai yang membuatnya tampak seperti bad boy SMA. Hingga terkadang membuat Tavisha tak nyaman karena terlihat seperti mengencani bocah. Ah, atau kalau mau jawaban jujur, menikahi bocah.

Titik. Oke!

Nasib sial yang menyadarkannya bahwa selain dunia yang dirinya tempati, juga ada dunia lain yang tak sembarang manusia bisa mencapainya. Immorland.

"Kau memanggilku?" tanya Edrick dengan tampang tak berdosa. Tapi wajah polosnya rusak karena seringai yang tidak bisa dia tahan.

Tavisha mengembuskan napas kesal. "Ini, bawa sendiri barang-barang belanjaanmu!"

Edrick mengerucutkan bibir melihat Tavisha mengulurkan kantong-kantong kresek di tangannya. "Tanganku sudah penuh."

Tavisha menarik kembali tangannya ke sisi tubuh seraya menipiskan bibir berusaha meredam kekesalannya. "Dengar, Tuan Edrick Altezza. Aku bukan baby-sittermu. Jadi—"

CUP.

Sebuah kecupan mendarat di bibir Tavisha hingga membuatnya membeku. Edrick yang jangkung membungkuk di depannya hingga mata birunya sejajar dengan mata hitam Tavisha.

"Memang bukan. Kau istriku. Aku tidak akan pernah lupa." Edrick tersenyum lebar lalu berbalik dan berjalan lambat. "Ayo, jangan sampai kau tertinggal lagi. Aku heran kenapa bisa dapat istri dengan kaki pendek seperti itu."

Seketika Tavisha tersadar. Dia segera menatap sekeliling dan menyadari tatapan mencela orang-orang sekitarnya. Maklum, ini bukan negara di mana kau bisa bebas berciuman. Dan Tavisha sendiri bukan wanita liar.

Tak mau semakin dihakimi tatapan-tatapan itu, Tavisha menaikkan tudung jaketnya menutupi kepala lalu bergegas mengikuti Edrick dan berjalan di sampingnya. Mendengarkan dengan bosan tiap Edrick mengagumi sesuatu di pawai budaya itu seperti bocah yang diajak ke taman bermain.

***

Tavisha mual saat dia merasa melayang sejenak lalu kembali menjejak bumi. Hanya beberapa detik. Tapi kesadaran bahwa dirinya baru saja melakukan teleportasi selalu berhasil membuat perut Tavisha bergolak.

"Bisakah lain kali kita lewat pintu saja?" tanya Tavisha seraya menjatuhkan kantong-kantong kresek ke atas meja lalu ia sendiri menghempaskan tubuh di sofa empuk sambil memijat pelipisnya.

Edrick turut duduk di samping Tavisha seraya meletakkan mainannya yang berupa miniatur kendaraan di atas meja. Dia memang suka sekali miniatur dari kayu. Tiap berhasil keluar dari kastil besar ini, dia pasti akan membeli semua miniatur yang menarik perhatiannya. Dan itu belum termasuk peralatan melukis serta mainan lainnya.

Kingsley & QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang