Jumat (17.09), 01 Februari 2019
--------------------------
Tristan bersandar di salah satu pohon tepi jalan dengan pandangan mengarah ke seberang. Di sana tampak Kingsley dengan tenang menerobos antrian untuk membeli burger di foodtruck.
Ah, sebenarnya tidak bisa dikatakan menerobos karena orang-orang yang sedang mengantre seolah tak peduli dan hanya berdiri mematung dengan mulut berliur. Semua mata mengarah pada Kingsley dan tidak bisa beralih.
Tristan hanya bisa menggeleng pelan melihat itu. Kadang dia berpikir apa mungkin Kingsley memiliki semacam ilmu hipnotis. Karena tampaknya dia bisa membuat orang-orang bertingkah aneh setelah menatapnya.
Sekitar lima menit kemudian, Kingsley sudah berada di samping Tristan sambil mengulurkan burger dengan satu tangan sementara tangan lainnya sibuk memegangi burger yang dilahapnya sendiri. Dengan enggan Tristan menerima makanan itu. Junk food bukanlah kesukaannya.
"Aku berani bertaruh kau tidak akan bisa membeli makanan dengan antrean sepanjang itu lebih cepat dariku." Ujar Kingsley menyombong setelah menelan makanannya.
Tristan mendengus. "Aku bisa membelikanmu lima burger kurang dari dua menit."
"Di tempat itu juga?"
"Tentu saja."
"Coba buktikan!" tantang Kingsley.
Tristan semakin yakin bahwa terkubur dalam tanah hingga menjadi tengkorak akan membuatmu menjadi bayi lagi ketika dibangkitkan.
Dengan tenang Tristan mengeluarkan pisau lipat dari saku jaketnya lalu hendak berbalik menyeberang jalan menuju antrian. Tapi langkahnya terhenti karena Kingsley menahan lengannya yang masih memegang burger.
"Untuk apa pisau itu?"
"Membuat orang-orang pergi."
Kingsley berdecak. "Lucu sekali. Aku tidak mau melihat wajahmu terpampang dengan berita perampokan foodtruck. Memang unik karena biasanya yang dirampok adalah bank. Tapi tetap saja menyedihkan."
Tristan tersenyum mengejek seraya memasukkan kembali pisau lipatnya ke saku. "Ternyata kau masih bisa berpikir normal juga."
Kingsley hanya angkat bahu seraya berjalan yang langsung diikuti Tristan.
"Kingsley," Tristan belum terbiasa memanggil orang yang seharusnya dihormatinya hanya dengan nama saja. Tapi Kingsley menolak panggilan seperti 'Yang Mulia' saat mereka hanya berdua. Begitu pun Queenza.
"Kenapa?" tanya Kingsley masih dengan sikap santai menikmati burgernya sementara burger Tristan hanya tampak satu kali gigitan.
"Apa menurutmu Queenza baik-baik saja?"
"Tentu saja. Di luar rumah ada Dixon yang menjaganya. Dan tidak ada satupun makhluk non-manusia yang bisa melewati pagar rumah Queenza tanpa izin dariku. Apalagi dia pasti sudah bersama Emily sekarang."
"Bukan serangan dari luar yang kumaksud. Ini tentang luka yang kau alami di arena pertarungan tadi. Kau pernah bilang saat Queenza terluka kau juga akan terluka. Dan begitu pula sebaliknya. Jadi apa menurutmu Queenza akan baik-baik saja? Luka di dadamu tadi agak dalam."
Mendadak langkah Kingsley terhenti. Lalu dia mengumpat dengan segala umpatan yang dipelajarinya dari film-film.
"Ayo cepat! Semoga Queenza tidak sendirian atau dia akan mati kehabisan darah."
Keduanya bergegas menyelinap ke tempat sepi lalu memilih terbang. Cara itu lebih efektif mengingat tempat ini cukup jauh dari kediaman Queenza.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasiWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...