Kamis (22.07), 03 Januari 2019
--------------------------
Jervis tengah serius mempelajari dokumen di mejanya saat mendadak jendela ruang kerjanya terbuka lalu angin malam yang dingin berembus masuk hingga tirai jendela berkibar.
Keningnya berkerut saat memperhatikan keluar jendela yang memaparkan pemandangan samping rumah. Dia yakin sudah mengunci jendela beberapa waktu lalu. Jadi bagaimana angin bisa membukanya?
Berdiri, Jervis menuju jendela lalu menutupnya kembali. Baru saja selesai mengunci, ia merasakan aura seseorang terasa dalam ruangannya. Seseorang yang jelas bukan manusia. Seseorang dengan kekuatan yang jauh di atasnya.
Refleks Jervis berbalik lalu perhatiannya langsung tertuju pada seseorang yang sedang duduk santai di sofa panjangnya. Orang itu tampak begitu angkuh dan penuh wibawa namun sorot matanya lembut saat membalas tatapan Jervis.
"Maaf membuatmu kaget."
Jervis mendekati orang itu lalu sedikit menundukkan kepala memberi hormat. "Saya tidak menyangka Anda akan datang. Apa ada sesuatu yang terjadi?"
"Ya dan tidak."
Jervis mengerutkan kening tidak mengerti.
"Duduk saja. Leherku sakit berbicara sambil mendongak begini."
Jervis tersenyum kecil kemudian duduk. Dia memang belum lama mengenal lelaki di hadapannya. Tapi Jervis tidak salah menyerahkan kesetiaannya. Kingsley, begitu lelaki itu mengenalkan diri, lebih sering bersikap seperti teman daripada seorang pemimpin atau atasan. Padahal Kingsley berhak karena Jervis telah menyerahkan diri untuk menjadi anak buahnya.
"Hmm, rumah ini sepi. Apa semua orang sudah tidur?"
"Ya. Tapi ada banyak penjaga di sekitar rumah."
Kingsley mengangguk. "Aku bisa merasakannya."
Jervis terdiam. Dia merasakan tiba-tiba ada yang berbeda dengan sekitarnya. Udaranya lebih hangat dan seolah sama sekali tidak ada udara yang berembus. Dia mendongak, memperhatikan sekitarnya lalu menyadari ada kabut tipis yang mengurung mereka berdua. Jervis kembali menatap Kingsley penuh tanya.
"Ada sesuatu yang ingin kubicarakan dan ini bersifat pribadi. Aku tidak akan mengambil resiko ada yang mencuri dengar."
Jervis mengangguk mengerti.
"Tapi pertama aku ingin bertanya dulu. Seberapa besar kau akan menyerahkan kesetiaanmu padaku?"
"Tentu saja sepenuhnya," sahut Jervis mantap seraya sedikit menunduk. "Saya dan keluarga saya serta mereka yang mengabdi pada kami."
"Bahkan meski itu berarti kalian harus mempertaruhkan nyawa?"
Jervis mendongak tiba-tiba, menatap sorot mata biru Kingsley yang tampak serius untuk memahami maksud lelaki itu.
"Belum terlambat untuk menarik diri," lanjut Kingsley. "Aku sedang terlibat masalah besar. Kalau kau dan keluargamu ada di belakangku, kalian juga akan terkena imbasnya. Jadi aku hanya ingin memastikan."
Tak butuh waktu lama untuk Jervis memutuskan. Perhatian Kingsley yang masih memberinya pilihan untuk mundur jelas menunjukkan bahwa lelaki itu pantas menjadi seorang pemimpin. "Saya tidak akan mundur. Kami siap mempertaruhkan nyawa untuk Anda dan Nona Queenza."
Kingsley tersenyum. "Terima kasih."
"Kalau boleh tahu, masalah apa yang sedang Anda hadapi?"
"Sepertinya aku hanya sedikit membuat kesal kaum guardian hingga mereka semua berniat membunuhku dan Queen. Mungkin tidak lama lagi bukan hanya kaum guardian yang memburuku. Tapi juga seluruh penduduk Immorland."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasíaWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...