K&Q S.2 - Prolog

146K 14.8K 394
                                        

Jumat (15.24), 25 Januari 2019

Ada yang tanya juga di part pembatas kemarin, apanya yang kepotong kok perlu direfresh?

Jadi ada beberapa reader yang gak bisa baca secara full. Misal di paragraf keberapa, kalimatnya kepotong, gak ada lanjutannya.

Buat yang udah praktekkan cara kemarin tapi tetep gak bisa baca, setelah buang cerita ini dari library, logout dulu dari wattpad trus login lagi. Lalu ikuti lagi petunjuknya di part pembatas kemarin. Kalau tetap gak bisa, ulangi lagi. Setelah ngulang tetep gak bisa, pasrah aja dah. Anda kurang beruntung, hehe...

Selamat membaca!

-------------------------

Queenza membuka mata dengan pikiran berkabut. Dadanya masih terasa sakit-sangat sakit. Tapi dia tidak tahu mengapa. Dan di mana dirinya berada. Otaknya seolah berceceran dan dia berusaha mengumpulkannya kembali.

"Dia sudah sadar."

Suara seorang wanita. Terdengar tidak jauh dari tempat Queenza berada.

"Butuh berapa lama sampai kau bisa memulai ritualnya?"

Suara itu terdengar lebih berat dan maskulin. Jelas suara lelaki. Queenza memperhatikan semua detail itu di antara kabut yang menyelubungi otaknya.

"Kira-kira satu bulan lagi, tepat bulan purnama, Yang Mulia," ujar wanita itu.

"Kau yakin ini akan berhasil?" tanya si lelaki.

"Hamba belum pernah melakukannya. Tapi menurut catatan leluhur hamba, ini akan berhasil. Mengingat mereka sudah terikat dan darah wanita ini ada dalam tubuh Kingsley, seharusnya tidak akan ada masalah. Setelah mereka bangkit kembali, Kingsley sudah bukan makhluk abadi yang tidak bisa terbunuh. Istrinya sendiri adalah kelemahannya."

Kingsley?

Apa yang mereka katakan? Apa mereka berencana membangkitkan Kingsley kembali? Itu tidak akan terjadi. Selama aku masih bernapas, aku tidak akan membiarkan mereka mengambil darahku untuk membangkitkannya.

Dengan tekad itu, Queenza berusaha menyingkirkan kabut yang masih bertahan di otaknya. Dia mengerang, merasakan jantungnya semakin sakit saat bergerak.

Pertanyaan lain muncul kemudian. Kenapa dirinya belum mati-atau seperti kata ibunya-mengkristal setelah jantungnya ditikam?

Sejenak suasana hening. Sepertinya orang-orang yang tadi berbincang kini terdiam memperhatikan kondisi Queenza yang pasti mengenaskan.

"Aku sendiri yang akan menyembunyikan mayat Kingsley," suara lelaki itu terdengar lagi. "Kita tidak bisa mengambil resiko para abdi setianya membangkitkan dia sebelum wanita itu bisa digunakan untuk membunuhnya."

"Tapi dia harus tetap diawasi," si wanita bersikeras. Terdengar jelas khawatir ada yang tidak sesuai rencana.

"Mochi saja sudah cukup. Bukankah selama ini Mochi juga yang mengawasinya dan Kingsley tidak pernah curiga?"

Tidak ada sahutan. Mungkin orang yang diajak bicara si lelaki hanya mengangguk.

Selama beberapa saat, suasana kembali hening. Lalu terdengar suara lelaki itu memanggil, "Kevlar!"

Sekitar dua detik kemudian, terdengar pintu di ruangan itu terbuka lalu menutup kembali. Queenza tidak bisa menebak ruangan apa tempatnya berada. Apakah kamar? Penjara?

"Ya, Yang Mulia." Sahut suara yang dikenali Queenza.

Dengan kemarahan yang membakar dadanya, dia berusaha berbaring menyamping dari posisi semula yang telentang seraya mengangkat tubuh. "Ke... mari... kau... baji... ngan!" geram Queenza dengan suara terputus-putus menahan sakit. Penglihatannya juga belum sepenuhnya fokus. Keadaan sekelilingnya seperti bayangan kabur namun semakin lama semakin menampakkan bentuk.

Kingsley & QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang