Kingsley & Queenza

K&Q S.3 - 29

Rabu (20.20), 26 Agustus 2020

Tigaaa...

----------------------------

Tristan, Emily, Ayhner, Kenzie, Edrea bahkan Avery bersama orang-orang lain yang sebelumnya bertahan dalam istana tampak tertegun melihat apa yang terjadi. Lokasi mereka cukup jauh dari tempat peperangan antara orang-orang di bawah pengaruh pengendalian Kingsley dan Thane. Tapi mereka bisa mendengar jelas keributan di sana yang dilanjutkan dengan aksi Queenza memamerkan kekuatan maha dahsyat yang berakhir dengan—kematiannya?

Tak ada yang berani menyuarakan hal itu. Namun pikiran semua orang jelas terarah ke sana. Rasanya tidak mungkin tubuh Queenza bisa bertahan setelah menyerap lalu melepaskan energi sebesar itu. Hanya menyelubungi istana Ackerley saja mereka ingat betul bagaimana tubuh Queenza langsung tampak lemah dan darah segar mengalir dari bibirnya. Dan sekarang yang diselubungi bukan hanya sebuah Kerajaan. Melainkan seluruh Immorland. Bukankah itu berarti—

"Errie," bisik Emily dengan suara serak. Jemarinya menarik lengan baju Tristan seperti anak kecil. "apa Queen—"

"Sssttt...." Tristan merangkul Emily. "Bukankah kau selalu percaya pada Queenza? Dia pasti baik-baik saja."

Emily menggigit bibir bawahnya dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu Errienya hanya sekedar menghibur. Karena dirinya sendiri tak yakin Queenza bisa selamat. "Apa ini akhirnya?" bisik Emily dengan air mata yang akhirnya tak sanggup dia bendung.

Tristan tak mengatakan apapun lagi. Hanya menarik Emily lebih rapat ke sisi tubuhnya. Hatinya sangat sakit. Otaknya memikirkan hal yang sama seperti Emily. Atau seperti semua orang yang melihat kejadian tadi. Lalu kilasan-kilasan kenangan membanjiri benaknya. Rasanya seperti baru kemarin dirinya, Emily, Kingsley dan Queenza bermain-main di dunia manusia. Dengan segala tingkah konyol Kingsley serta kebersamaan Queenza dan Emily melakukan kegiatan manusia. Tapi siapa sangka mereka akan tiba di titik ini?

Tristan bernapas melalui mulut yang terbuka karena sesak seraya mengerjapkan mata untuk menghalau air mata. Sahabat. Seperti inikah rasanya kehilangan sahabat?

"Ratu Edrea, katakan sesuatu!" Mendadak Kenzie berseru. "Queenza baik-baik saja, kan? Kau pasti tahu."

Ratu Edrea membalas tatapan Kenzie dengan matanya yang ternyata basah. "Aku tidak bisa melihat apapun," bisiknya. "Dari tadi aku sudah berusaha merasakan aura Ratu Queenza. Tapi tidak ada."

"Tidak ada bagaimana?" desak Kenzie.

"Asal aku kenal auranya, meski orang itu berada di ujung dunia, aku pasti bisa merasakan keberadaannya. Tapi ini—" Edrea tercekat. "dia sudah tidak ada." Suaranya semakin menghilang.

Ratu Edrea memang tak terlalu dekat dengan Queenza. Malah tanpa sadar kadang merasa Queenza seperti saingan. Tapi saat ini, hatinya sangat sakit melihat Sang Ratu Immorland mengorbankan dirinya seperti ini. Terharu sekaligus pedih.

"ARGHHH!"

Kenzie berteriak lalu menyusurkan kedua tangan ke kepala. Dia bertahan dalam posisi itu, memegang kepala dengan kedua tangan, lalu menangis tanpa suara. Tak peduli meski dirinya seorang lelaki yang seharusnya tampak tegar.

"Errie...." Emily pun tak kuasa menahan tangis. Dia menyurukkan wajah di dada Tristan lalu menangis tersedu. "Queen bilang kami akan pergi berbelanja setelah bertemu lagi. Tapi dia berbohong. Dia meninggalkan kita."

Yang dilakukan Tristan hanya mendekap Emily. Memangnya apa lagi? Dadanya sendiri sangat sakit. Gumpalan tangis memenuhi tenggorokannya.

Ayhner yang sedari tadi hanya diam terus menatap Kingsley yang masih meraung memanggil-manggil Queenza. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Kingsley dan Queenza mengingat Ratu Edrea berkata bahwa jiwa gelap Kingsley telah bebas dan dia sanggup membunuh tanpa berkedip. Bahkan Queenza sekalipun. Tapi pemandangan di depan matanya menunjukkan bahwa Ratu Edrea salah. Benar kata Emily. Sampai kapanpun Queenza akan selalu menjadi pawang Kingsley. Tapi sekarang, tanpa kehadiran Queenza, siapa yang akan mencegah Kingsley melakukan hal yang mengerikan?