Jumat (14.55) 16 November 2018
-----------------------
Dengan ragu sekaligus penasaran, Queenza mengambil kain dengan bercak merah—yang tampak jelas seperti darah—dari keranjang sampah di belakang rumah. Kain itu sudah tak berbentuk hingga sulit dikenali. Namun Queenza yakin bahwa itu adalah pakaiannya.
Bukankah ini baju yang ia kenakan saat diserang makhluk mengerikan dalam perjalanan ke rumah Bibi Marlene?
Refleks Queenza melempar baju itu kembali ke keranjang sampah. Bulu kuduknya langsung meremang, teringat rasa sakit dan ngeri saat tangan makhluk itu menembus perutnya dari belakang.
"Ternyata baunya dari sini. Aku lupa belum membakarnya."
Queenza tersentak kaget mendapati Kingsley sudah berdiri di sampingnya. Tatapan lelaki itu lurus ke arah keranjang, tepatnya pada baju Queenza yang telah koyak dan berlumuran darah kering. Perlahan baju itu mengkerut, seperti plastik yang terkena panas. Terus mengkerut hingga akhirnya hanya tersisa gumpalan hitam sekepalan tangan balita.
"Wow, itu hebat sekali," gumam Queenza takjub.
"Tentu saja," sahut Kingsley dengan nada bangga. "Jangan lupa bahwa aku adalah seorang Kaisar."
"Tapi kenapa hanya baju koyak itu? Kenapa tidak semua sampahnya juga kau bakar?" Queenza menunjuk keranjang sampah yang penuh.
"Kalau aku semua yang melakukannya, lalu kerjaanmu apa?" Kingsley balik tanya dengan tak acuh lalu menghilang dari samping Queenza.
"Hah, apa?" Queenza berjalan sambil mengentakkan kaki saat bergegas masuk rumah mencari Kingsley. "Enak sekali kau bertanya begitu padahal aku yang mengerjakan semua di rumah ini sementara kau hanya bersantai." Mendadak langkah Queenza membeku saat dirinya baru mencapai ruang tengah karena teringat sesuatu. Lalu dia mempercepat langkah menghampiri Kingsley yang sedang duduk nyaman di sofa depan tv-nya yang masih rusak akibat ulah lelaki itu. "Kingsley, siapa yang mengganti pakaianku saat aku terluka?" tanya Queenza begitu duduk di samping Kingsley.
Kingsley angkat bahu dan dengan raut polos berkata, "Tidak tahu."
"Apanya yang tidak tahu?" Queenza memukul kesal lengan Kingsley. "Hanya kau yang ada di rumah ini."
"Kalau begitu kenapa masih bertanya?"
"Jadi—jadi kau sudah melihat tubuhku?" Queenza bergeser mundur menjauhi Kingsley seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada.
Kingsley berdecak malas. "Dulu aku juga sudah sering melihat tubuh telanjangmu. Lagipula tidak ada yang bisa dilihat dari tubuh remajamu yang masih rata itu."
"Dasar Kaisar mesum," geram Queenza. Ingin rasanya dia mengamuk dan mengumpati Kingsley namun menahan diri karena itu akan membuatnya semakin malu. Lalu perhatian Queenza mengarah pada rambut panjang Kingsley yang tergerai hingga punggung. "Kau harus memotong rambutmu!"
Kingsley melotot. "Jangan coba-coba mengusik rambutku!"
"Memangnya kenapa? Apa itu kelemahanmu?"
"Aku tidak punya kelemahan," sahut Kingsley sombong. "Rambut panjang ini membuatku tampak lebih tampan, berwibawa, dan berkelas."
"Cih. Awas ada banci yang membuntutimu gara-gara rambut panjang itu."
Mendadak raut wajah Kingsley berubah serius. "Aku sudah memikirkannya. Wajah tampanku memang kadang menjadi musibah. Karena itu kuputuskan tidak akan lagi menampakkan diriku di depan manusia."
"Hah? Benarkah?" Queenza mendengus. "Kalau begitu silakan mengurung diri sendiri di dalam rumah ini. Sementara aku harus pergi sekolah." Queenza hendak berdiri menuju kamar mandi namun urung karena teringat sesuatu. "Kemarin saat aku terluka, apa tidak ada yang datang ke sini? Bibiku bilang dia ke sini karena cemas tapi malah hanya berputar-putar di sekitar sini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantezieWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...