Sabtu (21.36), 20 Juni 2020
-----------------------
Suasana kamar utama di istana Ackerley tampak tegang. Para pemimpin dan panglima berkumpul di sana membentuk tameng mengelingingi dua orang paling penting di Immorland. Mereka tengah berjaga-jaga, khawatir ada yang berhasil menembus kubah pelindung Queenza lalu menyerang sang Ratu dan Kaisar.
Tapi selain itu, tujuan mereka berkumpul di sana adalah untuk melepas kepergian mereka. Ada kata-kata perpisahan yang tak terucap. Sekaligus doa untuk keselamatan Kingsley dan Queenza.
"Jangan lepas tanganku," peringat Queenza saat jemarinya menyelinap di antara jemari Kingsley.
"Tentu saja." Kingsley memaksakan seulas senyum.
Wajah Kingsley semakin pucat. Dia benar-benar tak tega melihatnya sekaligus bertanya-tanya dalam hati, apa ini karena kedekatan mereka yang terjalin kembali? Karena sejak ciuman mereka, Kingsley tak mau Queenza menjauh?
Queenza menyingkirkan pikiran itu jauh-jauh dari benaknya. Lupakan soal itu dulu. Fokus untuk mencapai hutan barat.
Lalu Queenza beralih menatap orang-orang di sekeliling mereka, begitu pula Kingsley. Semua tampak cemas namun penuh harap.
"Jaga diri kalian semua. Sampai jumpa lagi," Kingsley berkata pelan, tapi didengar jelas oleh semua yang ada di sana.
Setelahnya Queenza mengibaskan tangan. Kelopak-kelopak bunga seolah muncul dari dalam tanah lalu bergerak mengelilingi tubuh mereka berdua. Saat kelopak-kelopak itu masih menyelubungi setengah tubuh mereka, Tristan maju lalu menjatuhkan diri dalam posisi berlutut. Dia menundukkan kepala dalam-dalam dengan hikmat sementara air matanya menggenang di mata.
Yang lain melakukan hal yang sama. Berlutut untuk mengantar kepergian sang Ratu dan Kaisar. Bahkan Ayhner, Edrea, dan Avery juga berlutut sambil menahan sesak di dada dan berusaha berpikir positif bahwa Ratu dan Kaisar mereka pasti berhasil. Bahwa suatu hari mereka akan bertemu lagi dalam situasi damai.
***
Queenza terengah dengan napas sesak begitu tubuhnya terasa kembali menapak tanah. Namun bukan dalam posisi berdiri, melainkan terbaring di atas tanah. Rasanya beberapa saat lalu tubuhnya melayang sebelum akhirnya terhempas dengan keras ke atas tanah.
"K-Kings..." Queenza terbata saat menyebut nama sang suami. Tubuhnya terasa selembek agar-agar. Bernapas terasa sangat perih. Entah karena energinya yang terkuras atau karena jatuhnya yang keras.
Queenza masih bisa merasakan tangan Kingsley yang hangat di antara jemarinya. Tapi sama sekali tak ada tanggapan. Sementara tubuh Queenza masih susah digerakkan. Itu membuat rasa takut menghantam diri Queenza.
"Kings!"
Kali ini Queenza berseru sambil sedikit menarik tangan Kingsley. Ketakutannya semakin besar seiring dia mencoba menghela tubuhnya berbaring miring menghadap sang suami.
"Aku... masih hidup," sahut Kingsley pelan.
Ada nada geli dalam suaranya. Tapi dalam situasi seperti ini, jelas Queenza sama sekali tak bisa menangkap hal lucu dari kondisi mereka.
"Kau baik-baik saja?"
Susah payah Queenza menarik tubuhnya yang terasa sangat lemas mendekati Kingsley yang berbaring telentang. Mata lelaki itu terpejam, membuat rasa takut Queenza menjadi berkali-kali lipat.
"Kings!" serunya lagi karena tak mendapat tanggapan.
"Beri aku waktu... untuk memulihkan diri..." Hanya bibir Kingsley yang bergerak. Tapi itu sudah cukup untuk menenangkan hati Queenza. Dia mendesah lega lalu berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Kingsley namun tak berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasyWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...