K&Q S.2 - 15

68.7K 7.2K 1.2K
                                        

Senin (21.04), 30 Maret 2020

--------------------------

Rumah Queenza jelas tidak cukup luas untuk menampung delapan orang yang tinggal di dalamnya. Tapi Queenza berhasil membagi tempat. Dirinya dan Emily akan tidur di kamar utama, sementara Myria dan Tavisha mendapat tempat di kamar yang lain. Kamar yang dulu ditempati Kingsley. Sedangkan para lelaki harus mengalah dan memilih sendiri tidur di mana dalam rumah itu. Entah di sofa ruang tengah atau ruang tamu.

Kingsley memutuskan duduk di undakan teras rumah Queenza memandang langit. Kegiatan yang akhir-akhir ini kerap ia lakukan di istana Ackerley. Biasanya dia akan berpikir apa yang dilakukan Queenza saat itu. Sekarang pikirannya dipenuhi hal lain. Pertanyaan kira-kira sampai kapan kondisinya akan seperti ini dan kapan dia bisa menyentuh Queenza lagi.

Sama sekali tidak ada bintang malam ini. Namun bulan bersinar sangat terang. Pikiran Kingsley berkelana lebih jauh. Teringat masa-masa tiga tahun pernikahan singkatnya dengan Queenza dulu. Sepertinya dari keseluruhan hidup Kingsley, hanya saat itu dia benar-benar menikmati yang namanya bahagia tanpa khawatir apapun.

Lalu bayangan lain muncul. Sosok Ayah yang dulu begitu Kingsley puja. Thane tidak selalu berada di rumah menemani Kingsley dan Ibunya yang tinggal di pedalaman hutan. Tapi tiap kali Thane datang, Kingsley selalu merasa senang. Dia bahkan dengan heboh bercerita banyak hal yang mungkin sama sekali tak didengarkan oleh Thane. Kingsley sudah cukup senang hanya sekedar mendapat tanggapan gumamam dari sang Ayah.

Dulu Kingsley pikir Thane pendiam. Itu sebabnya dia tak banyak bicara. Termasuk pada ibunya. Tapi Kingsley sangat yakin, ibunya juga sama bahagianya tiap kali Thane hadir. Apakah saat itu ibunya tidak tahu dirinya hanya dimanfaatkan? Apa sampai dia meninggal pun sang ibu tetap tidak tahu?

Kingsley mencoba mengingat lagi sosok Thane. Apa dia pernah bersikap kasar atau kejam?

Tidak, tidak pernah. Thane memang dingin. Tapi tidak pernah melakukan hal kasar. Bahkan sesekali dia tersenyum atau bercanda. Benar-benar sosok ayah idaman. Mereka bertiga seperti gambaran keluarga kecil yang bahagia walau harus bersembunyi di tengah hutan.

Lalu kenapa Thane yang dikenal Kingsley sekarang seperti itu? Apa ada sesuatu yang membuatnya berubah ataukah dulu Thane terlalu pandai bersandiwara sebagai ayah yang baik?

Pertanyaan itu jelas tak bisa mendapat jawaban. Dan mungkin Kingsley juga tak terlalu berharap. Dia hanya heran kenapa sosok ayah yang dikenalnya sekarang dan dulu sangat berbeda?

Lamunan Kingsley terganggu dengan kehadiran seseorang di sampingnya. Tanpa permisi, orang itu duduk di sebelah Kingsley dan turut menatap langit.

"Apa Immorland sama seperti dunia ini?" tanya Edrick tanpa mengalihkan perhatian dari langit malam.

"Secara keseluruhan, iya. Hanya saja di Immorland bisa dibilang lebih penuh. Dunia yang luas ini hanya dikuasai manusia. Binatang dan hewan tidak bisa berpikir hingga menurut saja apa kata manusia. Tapi di Immorland, ada banyak kaum. Itu seperti... binatang dan tumbuhan yang memiliki akal dan pikiran. Sampai bisa dibilang, di Immorland pemangsa jauh lebih banyak dari mangsanya."

Kening Edrick berkerut tak mengerti.

"Ibaratnya begini," jelas Kingsley. "ada singa, ular, buaya, beruang. Mereka semua memiliki akal dan pikiran. Sama-sama memiliki kehendak. Jika seperti itu, apa menurutmu manusia bisa gampang memburu mereka? Atau membuat mereka tersinggung? Yang ada, mau tidak mau manusia harus berbagi tempat dengan mereka. Menganggap mereka setara dan bekerja sama.

"Jika semua binatang buas seperti itu—memiliki akal dan pikiran—maka yang tersisa sebagai makanan apa? Tinggal binatang-binatang kecil. Belum lagi kalau tumbuhan-tumbuhan tertentu juga hidup, bernapas, bergerak, layaknya manusia dan juga bisa berpikir, makanan semakin berkurang. Karena itu, kadang di Immorland antar kaum saling memangsa. Atau menunggu mayat saudaranya untuk dimakan."

Kingsley & QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang