Sabtu (19.46), 27 Oktober 2018
WARNING!!! Adegan dewasa 21++
Yang gak suka, skip aja.
--------------------------------
Queenza baru benar-benar pergi setelah menunjukkan baju baru Kingsley dan memastikan makhluk yang mengaku kaisar itu tahu cara menggunakannya. Tapi baru beberapa langkah berjalan, dia mulai berpikir apa baju yang dibelinya tidak terlalu kecil mengingat Queenza sengaja mencari baju yang pas dengan ukuran tubuh tengkorak Kingsley.
Langkah Queenza melambat. Tapi kemudian dia menggeleng pelan seraya berjalan lebih cepat. Mencari tahu baju yang dibelinya muat atau tidak untuk Kingsley bukanlah urusan mendesak. Saat ini Queenza hanya harus mendahulukan Bibi Marlene sebelum sang Bibi memutuskan untuk datang ke rumah Queenza.
Rumah Bibi Marlene sekitar 10 km dari rumah Queenza. Kalau sedang libur sekolah, Queenza suka naik sepeda ke rumah sang Bibi. Atau naik mobil bersama orang tuanya. Tapi saat ini Queenza sedang tidak ingin bersepeda dan dia belum bisa mengemudi. Jadi satu-satunya pilihan adalah berjalan kaki hingga perempatan sekitar setengah km dari rumahnya lalu naik kendaraan umum.
Kini Queenza sudah melewati minimarket tempatnya berbelanja tadi pagi. Dia jalan dengan santai, menikmati udara segar yang berembus. Meski matahari lumayan terik, pepohonan yang sengaja ditanam di pinggir jalan menghalau cahayanya agar tak menyengat kulit, membuat Queenza tak menyesal memilih berjalan.
Ditengah asyiknya Queenza menikmati angin yang menggoda rambutnya, ada kejanggalan yang dia rasakan.
Kenapa suasana di sekitarnya mendadak tampak sangat sepi seperti dini hari? Padahal sekarang sudah saatnya jam makan siang dan jam pulang beberapa sekolah. Harusnya jalanan ini cukup ramai seperti biasa.
Menelan ludah, Queenza menoleh tanpa menghentikan langkah. Jalanan di belakangnya juga sangat sepi. Tak tampak seorang pun, dan sepertinya hewan-hewan juga tak berani mendekat.
Queenza mempercepat langkah seraya menghapus segala pikiran buruk yang menguasai otaknya. Namun langkahnya terhenti melihat dua orang lelaki berdiri sekitar lima meter di depannya, juga di atas trotoar, dengan senyum mengerikan di bibir. Senyum yang jelas ditujukan untuk Queenza.
Sekilas, dua lelaki itu seperti manusia biasa pada umumnya. Penampilannya juga sangat manusiawi dengan kaus santai dan celana jins. Tapi aura yang menguar dari tubuhnya menunjukkan bahwa mereka bukanlah manusia.
Pura-pura tidak menyadari bahwa mereka berbeda, Queenza turun dari trotoar lalu kembali berjalan santai. Jantungnya berdegup semakin kencang di tiap langkah yang membuatnya semakin dekat dengan mereka. Tubuh Queenza merinding merasakan tatapan keduanya yang menelusuri tubuhnya. Bukan jenis tatapan lelaki yang tertarik dengan wanita secara seksual. Jelas tatapan itu seperti orang kelaparan yang tengah memandangi makanan lezat.
Semakin mendekati mereka, Queenza mulai bertanya-tanya apakah dirinya tolol? Kenapa dia tidak berbalik lalu berlari cepat mencari bantuan tadi? Memangnya kalau mereka berpikir dirinya tidak tahu bahwa mereka berbeda, maka ia akan selamat? Seharusnya Queenza belajar dari pengalaman bahwa yang makhluk-makhluk itu inginkan hanya memakan dirinya.
Tinggal beberapa langkah lagi mencapai tempat kedua orang itu berdiri di trotoar, nyali Queenza sudah menguap. Dia segera berbalik lalu berlari secepat mungkin. Namun baru beberapa langkah, Queenza berhenti saat melihat tiga lelaki lain sudah berdiri sekitar tiga meter di depannya, menghadang jalannya.
Panik, Queenza menoleh ke belakang. Rupanya dua lelaki tadi juga sudah turun dari trotoar dan berdiri menunggu di belakangnya.
Rasanya saat ini Queenza ingin menangis. Tapi dia menahan diri untuk tidak melakukan hal itu. Dia tidak boleh menunjukkan kelemahannya di depan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
خيال (فانتازيا)WARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...