K&Q S.3 - 12

46.7K 5.7K 267
                                    

Minggu (16.09), 01 Maret 2020

Sekali lagi grup masih close member yah. Nanti akan aku kabari lagi setelah open member ^_^

-------------------------

Queenza muncul secara tiba-tiba di ruang tengah rumahnya disusul Kenzie lima detik kemudian. Keduanya memilih bungkam saat Queenza menghempaskan diri duduk di sofa depan tv sementara Kenzie memilih duduk di sofa yang lain.

Mereka baru saja kembali dari rumah salah satu Bibi Queenza. Salah satu yang Queenza ingat cukup dekat dengan orang tuanya serta Bibi Marlene.

Ternyata tanpa sepengetahuan Queenza, paman dan bibinya memang sepakat menjual rumah itu dan hendak memberikan uang hasil penjualan untuk Queenza. Mereka bahkan menegur Queenza karena memilih bekerja dan bukannya melanjutkan sekolah.

"Bibi masih sanggup membiayaimu," Bibi Rasya memegang erat jemari Queenza dengan mata berkaca-kaca. "Sudah Bibi bilang, kan? Sebaiknya kamu tinggal di sini saja."

Queenza diliputi rasa bersalah melihat bagaimana saudara kandung Ibunya itu sangat memedulikannya. Apalagi dia memang tidak pandai berbohong. Sedari dulu. Membuat situasi semakin terasa tak nyaman.

"Aku baik-baik saja, Bi. Aku memang tidak ingin melanjutkan sekolah. Bekerja dan hidup sesuai keinginanku lebih menyenangkan."

"Hidup itu keras, Queen Sayang. Apalagi di zaman sekarang saat ijazah menjadi pertanyaan pertama ketika kau ingin melamar kerja. Bibi benar-benar tidak setuju melihatmu bekerja sebagai pelayan toko begitu padahal seharusnya kau bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik."

"Pekerjaan yang lebih baik itu seperti apa?" Queenza tersenyum geli. "Menjadi bawahan di manapun rasanya sama saja."

"Pekerjaan yang bisa kau banggakan. Pekerjaan yang tidak banyak menggunakan beban fisik namun bergaji besar."

Queenza masih berusaha membantah dengan halus. Tapi tampaknya dia datang di saat yang tidak tepat. Karena Bibi Rasya tengah bertekad membuatnya kembali sekolah. Sesuatu yang benar-benar tidak dibutuhkan Queenza saat ini. Apalagi setelah semua yang dia alami. Rasanya sekolah adalah kegiatan konyol.

Queenza mendesah keras seraya menyandarkan kepala ke punggung sofa. Pandangannya menatap lurus langit-langit.

"Kau tahu apa yang lucu, Ken?"

"Hm?"

"Aku Ratu Immorland. Apa gunanya belajar matematika dan fisika?"

"Agar tidak salah menghitung jumlah rakyatmu?"

Queenza menoleh menatap Kenzie kesal. "Apa ratu harus turun tangan melakukan sensus penduduk?"

Mendadak Kenzie tergelak. "Mungkin kau juga bisa menerapkan hukum-hukum fisika di Immorland."

"Tidak lucu. Apa kau pernah sekolah?"

"Pernah." Tawa Kenzie semakin keras melihat wajah terbelalak Queenza. "Kau tidak akan percaya berapa ijazah yang kumiliki."

"Ckckck... seperti yang dilakukan vampir dalam film-film."

Kenzie nyengir. "Hidup cukup lama akan memberimu banyak waktu untuk mencoba berbagai hal. Ada banyak kegiatan manusia yang menyenangkan untuk dilakukan."

Queenza merenung memikirkan ucapan Kenzie. "Tapi tampaknya Tristan tidak banyak melakukan kegiatan manusia."

"Kami memiliki cara hidup yang berbeda. Dia sangat mencintai Immorland dan bertekad melindunginya. Melakukan semua yang dia bisa demi menjaga perdamaian Immorland. Sementara aku—" mendadak rasa sesak merayapi dada Kenzie. Teringat Ibunya, Arvel, bahkan sang Ayah, Kevlar.

Kingsley & QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang