K&Q S.2 - 31b

96.2K 15.1K 1.4K
                                        

Senin (15.10), 22 April 2019

Happy reading!

Jangan lupa taburan bintangnya ^_^

---------------------------

Kenzie telah kembali ke wujud manusianya dengan jejak darah membekas di bawah hidung dan dagunya. Tapi Kenzie mengabaikan semua itu. Bahkan rasa sakitnya sama sekali tak berarti saat melihat tubuh Queenza terbaring lemah dengan belati masih menempel di dadanya.

"Queenza...."

Nada suara Kenzie dipenuhi rasa bersalah. Secara tidak langsung dirinyalah yang membunuh Queenza. Air matanya bergulir dengan jemari terkepal kuat. Dia tertunduk, menangis dalam diam.

Lalu seberkas cahaya merah membuat Kenzie tersentak. Dia mendongak dan tampak terkejut mendapati cahaya itu muncul dari luka di bawah belati yang masih tertancap. Ragu, Kenzie menggenggam belati itu lalu mengerahkan tenaga untuk menariknya. Seketika cahaya merah semakin terang menyilaukan, membuat Kenzie terpaksa mundur sambil meletakkan tangan di depan wajah untuk menghalau cahayanya menyerbu mata.

Belum cukup sampai di situ, mendadak langit berubah gelap sehitam malam. Diiringi kilat merah yang seakan membelah langit.

Kenzie mendongak, menatap bingung pada langit. Ini kedua kalinya Kenzie menyaksikan langit berubah aneh seperti ini. Lalu dia menunduk kembali menatap tubuh Queenza sambil bertanya-tanya apakah cahaya itu yang membuat langit bereaksi. Kalau iya, lalu kejadian sebelumnya saat langit berubah seperti ini apa juga Queenza alasannya?

Sebelum Kenzie menemukan satu jawaban pun, mendadak cahaya di dada Queenza meredup lalu hilang sepenuhnya. Kenzie terbelalak melihat luka parah di dada Queenza kini menutup tak berbekas.

Bersamaan dengan hilangnya cahaya itu, jemari Queenza bergerak lalu mendadak mata itu terbuka, menampakkan manik mata merah seperti darah. Detik berikutnya, langit gelap berubah menjadi merah, seolah tersihir mata merah Queenza.

"Queenza," panggil Kenzie ragu. Dia ingat Queenza memiliki jiwa lain dengan mata hijau. Lalu mata merah ini, apakah juga jiwa yang berbeda.

Oh, semoga tidak! seru Kenzie dalam hati. Menghadapi satu jiwa Queenza yang lain saja dia tidak sanggup. Apalagi jika harus berhadapan dengan jiwa yang berbeda pula.

Panggilan Kenzie seolah menyadarkan Queenza. Dia bergerak bangun lalu mengerjap-ngerjapkan mata begitu berada dalam posisi duduk di atas tanah.

Kenzie semakin takjub melihat mata merah itu perlahan berubah hijau. Itu membuatnya bertanya-tanya sebenarnya Queenza sekuat apa? Lalu dia mengerutkan kening saat menyadari sesuatu. Darah Queenza tercium semakin manis. Tapi tak ada lagi aroma dan aura manusia. Semuanya murni dryad, yang seketika membuat tubuh Kenzie menegang waspada.

Kondisi Queenza seperti orang yang baru bangun tidur. Dia linglung sesaat. Lalu matanya melebar saat kesadaran mulai mengisi benaknya.

Queenza menatap sekeliling. Lalu perhatiannya terpaku pada Kenzie. Seketika mata hijaunya bersinar semakin terang, membuat Kenzie bertanya-tanya apa yang diingat jiwa Queenza yang ini adalah keinginannya untuk membunuh Kenzie di pantai waktu itu?

"Aku sungguh kecewa padamu, Kenzie," geram Queenza. "Kau mengkhinati kepercayaanku."

Kenzie mengerutkan kening, tak mengerti. Apa jiwa yang lebih suka dipanggil Queen ini masih marah karena Kenzie seolah lebih memilih Queenza?

"Aku-aku tidak mengerti," kata Kenzie terbata seraya mundur selangkah.

"Tidak mengerti?!" pekik Queenza marah. "Jelas-jelas kau menculikku dari kamarku lalu membawaku ke sini untuk dibunuh beramai-ramai dan kau masih bilang tidak mengerti?!"

Kingsley & QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang