K&Q S.2 - 8

118K 13.9K 1.7K
                                    

Jumat (20.23), 15 Februari 2019

Selamat membaca ^_^

-------------------------

"Aku mencintaimu, Queenza."

Lalu detik berikutnya bibir Kingsley menyentuh bibir Queenza. Dan dengan lembut dia memaksa bibir di bawahnya mereka, membiarkan dia mengalirkan darah dari mulutnya.

Queenza memejamkan mata, menelan darah di mulutnya dengan nikmat. Rasa sesak memenuhi dadanya merasakan betapa tulus saat Kingsley mengatakan itu. Tanpa bisa dicegah, air mata mengalir di sudut mata Queenza, mengalir membasahi bantal. Dan akhirnya dia menyerah. Melingkarkan kedua lengannya ke belakang leher Kingsley lalu menariknya mendekat.

Entah berapa menit berlalu, Kingsley terpaksa menarik diri karena napas Queenza mulai tersengal. Namun dia tidak menegakkan tubuh. Kedua tangannya menumpu di kedua sisi kepala Queenza dan wajah mereka hanya berjarak tiga puluh senti.

"Aku tidak berani berkhayal terlalu tinggi. Tapi kupikir perasaanku berbalas." Senyum Kingsley merekah.

"Aku tidak mengatakan apapun," sangkal Queenza keras kepala. Namun pipinya bersemu merah.

"Aku juga tidak berharap bisa mendengar pengakuan cintamu dalam waktu dekat. Tapi jangan membuatku menunggu lama. Banyak gadis yang mengantri di belakangmu untuk mendapat kesempatan itu."

Kesal, Queenza memukul lengan Kingsley dengan bibir merengut. Kingsley tertawa geli dan merasa—lega. Tiga hari ini sangat menyiksa. Meski kamar yang disediakan Jervis jauh lebih mewah dari kamar di rumah Queenza. Namun dia tidak merasakan kenyamanan seperti di rumah gadis itu. Bersamanya.

"Jadi, apa kau akan kembali ke rumah?" tanya Queenza, berusaha mati-matian menahan nada penuh harap dalam suaranya.

"Apa kau ingin aku kembali?" Kingsley membalikkan pertanyaan dengan nada menggoda.

"Tidak!"

Kingsley tersenyum lembut. "Jangan khawatir. Aku tidak akan kembali."

"Kenapa?" Raut wajah Queenza berubah kecewa.

Tawa Kingsley pecah. "Tadi kau sendiri yang bilang tidak ingin aku kembali."

"Kau menyebalkan." Queenza memalingkan wajah, tak bisa mencegah air matanya mengalir kembali.

Dengan lembut, Kingsley memalingkan wajah Queenza agar menatapnya kembali. "Kadang kau harus sedikit menurunkan egomu dan mencoba jujur meski terkadang bagimu itu memalukan. Itu lebih baik daripada kau kehilangan sesuatu yang berarti."

"Apa sekarang kau menilai dirimu sendiri sebagai 'sesuatu yang berarti', Yang Mulia Kaisar Kingsley?"

"Hmm, menurutmu bagaimana? Apa aku 'sesuatu yang berarti' bagimu?" Salah satu alis Kingsley terangkat, menantang Queenza berkata jujur.

Queenza tidak langsung menjawab. Tampak berdebat dengan dirinya sendiri. Tapi akhirnya dia menyerah. "Ya." Queenza mengangguk dengan air mata yang kembali mengalir. "Kau berarti bagiku."

"Senang mendengarnya," bisik Kingsley lembut lalu menunduk, kembali menyatukan bibir mereka.

***

"Kau tampak lebih segar."

Komentar itu membuat Queenza yang tengah duduk bersandar di ranjang rumah sakit mendongak dari ponselnya. Senyumnya merekah melihat Kenzie yang datang lalu duduk di kursi samping ranjang.

"Ya, dokter juga kaget. Keinginanku untuk sembuh memang sangat kuat. Oh, aku juga baru tahu dari teman-temanku bahwa kau yang membawaku ke sini. Terima kasih."

Kingsley & QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang